AerinaNo7
Buku AerinaNo7(1)
Purba Mahkota
Sejarah Kalah menjadi abu. Menang menjadi arang.
Ini adalah kisah tentang pertikaian sengit di antara para putri yang ikut serta di dalam perebutan mahkota Putri Purba.
Tujuh bersaudara yang sedari kecil hidup bersama-sama dengan bahagia, … mulai menjalani hubungan persaudaraan yang kacau nan berantakan, … dikala mahkota yang didamba-damba telah jatuh ke tangan putri yang bahkan sama sekali tak mengharapkan takhta kerajaannya sedari awal.
Akankah takhta kembali beralih kepada orang yang sudah seharusnya menerimanya sedari awal?
Ataukah sang putri yang dijatuhi bingkaian hiasan kepala terbuat dari logam mulia, lengkap dengan intan dan juga permata itulah, … yang pada akhirnya akan tetap menjadi pemimpin kerajaan?
"Apa kau ingin tahu, kesalahan terbesar apa yang pernah dibuat olehku di sepanjang hidupku ini?"
Sang putri tertua kerajaan ini, si Putri Mahkota yang bahkan tak dapat menggapai gelaran mahkotanya lagi, Putri Purbararang, … bertanya dengan wajah yang pahit terhadap sang putri baik hati, yang saat ini tengah berdiri berhadapan dengannya diluar sel penjara.
"Kesalahan terbesarku adalah, pernah membuat hatiku yang sudah hancur ini, untuk menyayangimu dengan segenap hati …."
Dia berucap lirih semacam itu, diiringi dengan lelehan air mata.
"… Purbasari."
Air mata keputusasaan yang akan senantiasa ia dapatkan, dikala berhasil dikalahkan oleh adik kandungnya sendiri, Putri Purbasari, lagi dan lagi.
Anda mungkin suka
My Perfect Empress
Baekhyun_G
Semua orang beranggapan, ia hanyalah beruntung terlahir dari keluarga kerjaan TangXin. Tak ada yang bisa di banggakan dari sosoknya, sikap arogan dan sombongnya, tubuh gendut dan riasan menor yang selalu ia poles pada wajah bulatnya membuat usianya nampak terlihat tua. Tak ada yang tahu mengenai prestasinya, semua orang hanya mengenalnya sebagai putri kerjaan TangXin dengan kepribadian buruk.
Xin Fahrani, gadis yang semua orang katakan beruntung terlahir dalam lingkungan kerajaan dan gadis itu pun mengakui hal tersebut. Ia sama sekali tidak peduli dengan segala ucapan semua orang, sebab ia berpikir dengan memiliki kekuasaan, kekayaan, kedudukan, serta dukungan dari Ayahandanya, ia bisa mendapatkan apapun meski penampilannya sangat jelek dimata semua orang.
Namun nyatanya, semua yang ia miliki tak mampu membuat pria yang ia sukai balik menyukainya. Hal yang tak terduga ia alami adalah penolakan dari pria pujaannya dihadapan semua orang dan hal itu memberinya luka dan rasa sakit dari patah hati yang terasa dua kali lipat menghancurkannya.
Xin Fahrani benci menjadi bahan olokan, ia benci di permalukan dan di rendahkan. Sikap arogannya menolak di perlakukan demikian, ia tak ingin harga dirinya kembali di injak-injak oleh orang-orang yang mengangapnya menjijikan hanya karna postur tubuhnya beda dari gadis muda pada umumnya. Lantas apa yang akan Xin Fahrani lakukan untuk membalaskan dendam dari rasa malu yang ia rasakan? Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed
Risa Bluesaphier
Kisah ini dituliskan dengan latar belakang sejarah seorang wanita bangsawan kelas atas pada abad ke-15 di Eropa Timur, saat ini letak Cachtice Castle berada di dekat kota Bratislava, Slovakia.
Tokoh-tokoh nyata yang berada dalam sejarah seperti Elizabeth Bathory de Ecsed, Raja Matyas, Gyorgy Thurzo, dll., berdampingan dengan tokoh fiksi seperti Benca, Lorant, Arpad, Ivett, Gustav, dll.
Atas laporan dari berbagai pihak termasuk pendeta Lutheran Istvan Magyari, serta saksi-saksi lain, Raja Matyas memerintahkan Gyorgy Thurzo untuk melakukan penyelidikan terhadap Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, dia dinyatakan bersalah, termasuk mereka yang membantu kegiatan pembunuhan gadis-gadis muda secara sadis tersebut.
Dorka (Doratia Dentez), Anna Darvula, juga suster Illona Joo dan Johanness Ujvari, mendapatkan hukuman mati dari Raja Matyas, sedangkan Countess Elizabeth Bathory de Ecsed yang berstatus bangsawan, memiliki kekebalan terhadap hukuman mati. Maka dia ditahan di dalam kastilnya sendiri dengan hanya diberi sedikit celah untuk bernafas, dan makanan.
Pada 21 Agustus 1614, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, meninggal dunia, ditandai dengan makanan yang tidak disentuhnya sama sekali. Maka setelah diperiksa, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, ditemukan sudah tidak bernyawa. Hingga saat ini, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, sering disebut sebagai Blood Countess, atau putri berdarah yang disinyalir telah membunuh lebih dari 600 gadis perawan dalam upayanya untuk menjadi tetap muda belia, dengan melakukan ritual mandi darah gadis perawan.
Kisah kekejaman maupun kegiatan ritual sex bebas yang dilakukan di dalam kastil Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, tercatat dalam sejarah kelam Roman Empire di Hongaria. Namun kisah ini hanyalah fiksi dengan latar belakang kekejaman sang putri berdarah yang menjadi inspirasi terhadap kisah vampire di Eropa.
Sr.Arsian Malaikat Cinta
Putry Gesù
**Sr. Arsian** kembali ke desanya setelah bertahun-tahun mengabdikan diri di kota. Disambut hangat oleh keluarga dan teman-teman lama, Arsian merasa terkejut dengan perubahan yang terjadi di desanya. Infrastruktur yang lebih modern, masuknya teknologi, dan perubahan sosial yang signifikan membuatnya merasa seperti orang asing di tempat yang seharusnya ia kenal baik. Meskipun demikian, sebagai superior baru di komunitas religius setempat, Arsian mulai merancang program-program sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Suatu hari, Arsian menerima kabar mengejutkan bahwa **Daniel**, sahabat lamanya yang telah lama tidak terdengar kabarnya, akan datang ke desanya. Daniel, seorang arsitek sukses di Jakarta, kembali ke desa dengan harapan bisa membantu proyek-proyek sosial yang digagas oleh Arsian. Pertemuan kembali mereka setelah bertahun-tahun membawa gelombang nostalgia dan kebahagiaan, mempererat kembali ikatan persahabatan mereka.
Bersama-sama, Arsian dan Daniel memulai proyek pembangunan sekolah dan fasilitas kesehatan yang lebih modern di desa mereka. Arsian menggunakan pengaruhnya di komunitas religius untuk menggalang dukungan, sementara Daniel menggunakan keahliannya sebagai arsitek untuk merancang dan mengawasi pembangunan. Mereka berdua berbagi visi yang sama: menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari birokrasi yang rumit hingga resistensi dari beberapa pihak yang merasa terganggu dengan perubahan. Beberapa orang di desa merasa skeptis dengan niat baik mereka, sementara yang lain khawatir bahwa modernisasi akan merusak tradisi dan budaya lokal. Namun, Arsian dan Daniel tidak menyerah. Dengan kerja keras dan dedikasi, mereka terus berusaha mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Proyek pembangunan sekolah menjadi salah satu keberhasilan terbesar mereka. Sekolah yang modern dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai kini menjadi tempat belajar yang nyaman bagi anak-anak desa. Anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan yang baik kini bisa belajar dengan lebih baik. Keberhasilan ini memberikan semangat baru bagi Arsian dan Daniel untuk terus melanjutkan proyek-proyek lainnya.
Di tengah kesibukan mereka, Arsian dan Daniel sering kali mengambil waktu untuk merenung dan berbicara tentang kehidupan. Mereka memperdalam ikatan persahabatan mereka, saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain untuk terus bekerja keras dan menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati. Percakapan mereka tidak hanya tentang proyek, tetapi juga tentang nilai-nilai hidup dan tujuan mereka ke depan.
Saat proyek pembangunan fasilitas kesehatan dimulai, mereka kembali menghadapi tantangan. Birokrasi yang rumit dan kurangnya dukungan dari beberapa pihak membuat prosesnya berjalan lambat. Namun, dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang solid, Arsian dan Daniel berhasil mengatasi masalah-masalah tersebut. Mereka juga melibatkan lebih banyak anggota komunitas dalam proyek ini, sehingga semakin banyak orang yang merasa memiliki dan mendukung perubahan yang terjadi.
Keberhasilan proyek-proyek mereka menarik perhatian pihak luar. Beberapa organisasi non-profit dan lembaga pemerintah mulai menawarkan bantuan dan dukungan. Arsian dan Daniel menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan proyek-proyek mereka berjalan dengan lancar dan berkelanjutan. Kerja sama ini tidak hanya membantu dari segi finansial, tetapi juga memberikan pengetahuan dan sumber daya yang lebih luas.
Meskipun telah mencapai banyak keberhasilan, mereka tidak luput dari krisis. Suatu ketika, desa mereka dilanda bencana alam yang merusak sebagian besar infrastruktur yang telah mereka bangun. Arsian dan Daniel harus bekerja lebih keras lagi untuk memulihkan kondisi desa dan memastikan bantuan segera datang. Krisis ini menguji keteguhan hati mereka, tetapi juga memperkuat solidaritas di antara penduduk desa.
Dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, desa mulai bangkit kembali. Arsian dan Daniel, bersama komunitas, membangun ulang apa yang hancur dan bahkan membuatnya lebih baik dari sebelumnya. Proyek-proyek mereka tidak hanya memberikan manfaat material, tetapi juga menumbuhkan semangat kebersamaan dan harapan baru bagi seluruh desa.
Pertemuan kembali dengan Daniel adalah anugerah bagi Arsian. Kehadiran Daniel membawa semangat baru dan energi positif yang membuat segala sesuatunya terasa lebih ringan dan menyenangkan. Bersama-sama, mereka tidak hanya berhasil mewujudkan banyak proyek penting, tetapi juga memperkuat persahabatan mereka yang telah lama terjalin. Kisah mereka mengajarkan bahwa cinta, persahabatan, dan dedikasi dapat membawa perubahan positif yang signifikan dalam masyarakat.
"Kembali ke Akar: Kisah Arsian dan Daniel" adalah sebuah cerita tentang cinta, persahabatan, dan dedikasi untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Novel ini menunjukkan bahwa dengan semangat.