PULANG KAMPUNG
R JADUL PADAHAL PU
yaan mereka. Mbak Sinta pun sepertinya tak ada niat untuk membelak
arus gantian tiap bulan. Sementara kamu? Bukannya ikut andil merawat ibumu malah nggak pulang-pulang. Ingat, Rum. Surga anak itu terletak pada kaki ib
kursi kayu di ruang tamu untuk melepas lelah, kembali menda
i kampung, biaya juga lebih murah. Suamimu biar aja di Jakarta sendiri. Tetangga juga banyak tuh yang suaminya merantau, tapi anak istri tinggal di k
gak kerja di s
nggak punya tabungan. Biaya hidup di sana juga mahal. Memangnya suamimu kerja apa sih, Rum? Sampai kamu nekat ikut me
elalu menyindir nggak jelas. Tiap kali aku nggak bisa ngumpul bersama teman-teman, dia juga memfitnahku maca
apa cari jodoh jauh-jauh kalau kerjanya juga cuma serabutan. Lebih baik tetan
alal dan selalu semangat cari nafkah buat keluarga. Dia juga penyayang dan setia. Itu sudah cukup buatku, s
aling biasa aja. Sementara aku meski tinggal di kampung, kami sudah punya rumah, sawah, ternak, dan kendaraan. Be
a keluargaku. Aku masih ingat betul, dulu saat ibu bersikeras menyekolahkan anak
SMA 3 tahun itu menghabiskan banyak biaya. Coba kalau
Lebih baik kerja, kalau sudah cukup umur ya nikah sa
Nggak kenal panas, nggak kenal hujan. Putus sekolah aja sih mumpung masih kelas dua, kerja san
elalu meremehkanku dan keluargaku. Membuatku down saat sekolah dulu.
ian modal pendidikan sampai SMA, setelah itu ... cari uang sendiri untuk modal kalian nikah nanti. Sekarang jangan pikirkan ibu, fokuslah sekolah
i sini. Sekarang, aku akan merawat ibu dan suami juga anak-anak di rumah i
ishan tuh kakak dan adikmu kadang cari pinjaman buat belikan ibumu ini itu. Merawat orang tua itu nggak mudah
la harus cari pinjaman segala? Padahal jelas aku selalu mencukupi kebutuhan ibu tiap bulan, bahkan aku juga serin
💕