Senja
enja. Lelaki itu terlihat fokus menatap jalan, dengan tatapan tak terbarunya. Karena itulah Senja semakin tidak nyaman, dan Senjapun khuatir,
di bawa ketempat yang seperti itu. Namun anehnya lelaki itu sama sekali tak perduli dengan ketakutan Senja, Alex bahkan seakan tak menganggap keberadaan Senja hingga lelaki itu mengajaknya bicara sama sekali. Sedari awal lelaki itu menyetir m
Senja benar-benar ketakutan kalau Alex akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar, tapi saat ini Senjapun tak punya pilihan. Senja hanya bisa pasrah dan mengekor kemanapun Alex baw
-benar akan merenggut kesucianku? Tunggu! Apakah aku harus memberitahu Alex, kalau aku masih perawan? Tapi bagaimana k
kan pintu untukmu, ka
ba di buka. Rupanya Alex sudah keluar dari mobil, da
ernyit ketika melihat wajah Senja yang pucat pasi, "Kenapa diam saja?" Alex tam
memberikan kartu kamar yang dipilih Alex, sementara Senja hanya bisa tertunduk, perempuan itu benar-benar malu, apa lagi saat orang-orang tengah menatapnya dari ujung kaki hingga kepala, karena kond
ftpun mereka tetap diam dalam keheningan. Hingga merekapun sampai di lantai tempat kamar mer
dan sangat mewah, sehingga Senja benar-benar terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya. Sementara Alex han
emparkan jasnya, dan juga melepaskan dasinya. Kemudian lelaki itu melirik Senja dengan sin
akan ragu, "Tapi... A-
g kaki dengan tatapan yang begitu intens, sehing
Senja dengan tatapan penuh arti, "Lagi pula, malam ini kau tak perlu repo
enar-benar menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata v*lgar Alex. Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas den
dari pada berasa di hadapan Alwx yang kadang terlihat marah, sinis, v"ular, bahkan kadang tak
nya saat ini Senja takut pada Alex, lelaki itu benar-benar menakutkan seperti seekor singa yang hendak menerkam m
rus melunasinya terlebih dahulu. Dan lagi, apakah mobil itu bisa langsung laku?" Senja terdiam bergulat dengan rencana yang ada dalam isi kepalanya. Perempuan itu benar-benar berada
ya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air hangat, setelah selesai, Senjapun mencuci rambutnya, dan menyandar
engan masa depan, dan ketika membayangkan bagaimana masadepannya nanti, masih adalah masa depan itu untuknya? Seketika air ma
otor dan tak pantas, dan Tio... maafkan aku, sejujurnya aku masih mencintaimu, dan sekarang, sekarang aku tahu kenapa kita harus berpisah dan tak bisa bersama, itu karena aku memang tak pantas untukmu. Benar kata ibumu, aku benar-bena
aupun bagian matanya tampak sembab. Ketika Senja hendak membuka pintu, tiba-tiba sebuah ketukan d
alam? Apa kau sudah selesa
jawab sambil merapikan jubah mandi ber
setelah semuanya sudah kelihatan cukup baik, Se
malam di meja. Kemudian lelaki itupun mengangkat sebelah alisnya, ketika melihat Senja yang memakai jubah ma