Bidadari Tak Bersayap
Rayhan, apalagi kalau lagi ada calon istriny
dikit ramai hari ini, mungkin efek dari jam makan siang membuat perus
ampingnya, mengendikkan bahunya acu
ku sama dia itu kenal udah lama, dan dia ngga suka kalau aku bersikap formal kalau lagi sama dia. Inaranya aja yang sens
h gitu, dan pang
ya kemudian tertawa. Lebih baik mengakhiri
sakit," kata Aiza saat mereka s
, baru nanti malem ke rumah sakit lagi," balas
anyakan nan
ssy Aiza sudah kembali, dia akan kembali mengalah kali
Negara, l
atasan, satunya terlihat seperti orang yang paham agama tapi mau diajak jalan sama orang yang bukan mahramnya," kata Inara tanpa melepas pandangannya dari mobil Arza ya
ti-hati, pemuda itu melirik Aiza sekilas sebelum kemba
pas mendengarnya. "Insya
ada di sana berniat angkat suara. Namun, merasa jika sudah terlanjur membahasa in
ngga bisa dateng," kata pemuda itu, berusaha mengerti posisi Aiza saat ini. Bahkan
gan Inara. Arza yang tak sengaja melihat undangan untuk Aiza saa
s Aiza. Mau bagaimanapun Rayhan adalah atasannya, dan tak patut rasanya jika dia tidak d
seperti Aiza. Perempuan yang begitu baik, juga naif secara bersamaan, dan sayangnya perempuan itu tak
kata Arza, masih berusaha membujuk Aiza agar tak perlu datang ke acara i
di menatap lalu lalang kendaraan di sekitarnya, berharap itu dapat membawa
u bisa dateng
ng Aiza bersikeras datang ke acara pernikahan Rayhan
sama Mas Haydar a
baikan
kapan dia bertengkar dengan Haydar? Seingatnya tidak. Tadi pagi bahkan
izinin ka
mau dateng sama aku, gimanapun kehadiran aku sama dia past
enyandarkan tubuhnya seraya memejamkan matanya, tanda j
pembahasan mereka saat ini, tapi tidak bisakah mereka menyelesaikan apa yang sudah di mulai? Setidaknya dengan menentukan
u itu cuma bikin kamu sakit hati," ujar Arza pada akhirnya, dan balasan d
ga pengin ba
ni. Mungkin ini memang bukan tugasnya, biarla
ah sakit dimana Ale di rawat. Sesuai dengan keinginan Aiza, Arza menganta
mpa
ya melepas seatbeltnya. Pemuda itu suda
r membutuhkan waktu untuk sendiri, dan ruangan Ale adala
ngen sama dia," gumamny
Z
s Arza setelah menghela napas d
mitnya setelah Aiza
ati di
membuat pikirannya begitu kacau. Pemuda itu benar, ada kalanya dia harus bersikap egois agar hat
amun, belum sempat dia membuka pintu, pemandangan di depan sana membuatnya mengurungkan niatnya un