Bidadari Tak Bersayap
i bumi sejak semalam. Meski tak sederas semalam tapi sepertinya sang langit tak berniat menghentikan tangisnya d
ati alunan musik yang semesta mainkan, bibirnya mengulas senyum tipis dibalik cadar yang ia kena
to
kan kepalanya, perempuan bercadar itu be
amu'al
di hadapannya. Tersenyum sendu kala melihat perempuan di depannya menjawab tanpa mau mema
a setelah sang dokter meminta per
anya saling pandang sebelum Aiza mengalihkan pandangannya. Ja
ng kewarasannya, tapi sekarang keadaan Ale sudah semak
keheningan Abyaz--sang dokter mengangguk saat perawat di sampingnya meminta izin untuk keluar. Kini di
Aiza mendudukkan diri di samping ranjang pasien dan menggenggam tangan dingin itu dengan erat. B
nya beralih pada perempuan di depannya. Sorot matanya terlihat sendu,
ih mau lanjut kerja?" tany
," balas Aiza tanpa mengali
gga mau fokus
a juga de
ar mandiri," k
n Abyaz jika menanyakan hal-hal semacam ini padanya. Hanya saja m
Abyaz kemudian. Dia tahu jika d
nti bahas ini?" tanya A
az menghela napas kemud
g tulang kaya gitu. Inget, kamu masih punya kami, kamu ngga sendiri di dunia ini. Dan sekal
itu memandang wajah pucat putrinya dengan sendu, tangannya ma
gumamnya dengan
dari luar hanya bisa menatap kosong
ecek tasnya untuk melihat adakah benda yang tertinggal atau tidak. Hari ini sebenarnya ia masih cuti, tapi beberapa saat yang lalu sa
ha muda itu tengah berada di puncak kejayaannya dan dia benar-benar merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari perusahaan besar itu. Apalagi perusahaan tempatnya beker
pir tertutup. Perempuan itu menghela nafas saat b
erjengit kaget, sekilas ia menatap kesal sosok di
getin orang," uj
tatapan orang-orang yang memandangnya bingung. Ada tiga
," balasny
dokter perempuan yang hanya di balas senyum oleh Haydar, dia
ya masi
ngkat sekarang," kata Aiza yang memb
erempuan itu segera pergi tanpa menghiraukan Haydar yang dia yakini akan mengomelinya dan hal it
iknya itu dengan meraih lengannya. Namun segera
ant
rlu," uj
tiga puluh menit lagi dan jarak antara rumah sakit dengan perusahaan cukup jauh. Sepertinya ia harus rela jika gajinya b
i
keduanya, seorang satpam turun dan meny
s. Setelah satpam itu pergi Haydar kembal
" pintan
tahan akhirnya Aiza men
am menunjukkan pukul dua belas lebih, waktunya istirahat. Setelah makan dan sholat, dokter
ihat Aleesha dari dekat. Karena jika ada adiknya Haydar yakin ia t
kesalahannya dan dia tak menyalahkan
berusia lima tahun yang kerap disap
Haydar tak dapat membendung air matanya. Bagaimana bisa seorang anak kecil terbaring dengan ber
m tangan kecilnya, mengajak gadis kecil itu berbicara
gga kangen sama Aya
kecil itu seperti adiknya sendiri, pun sebaliknya. Aiza juga
ketika meminta sesuatu bahkan menangis saat merindukannya karena ia pergi dinas keluar kota, Haydar benar
ar semuanya, bagaimana Haydar mengajak putri kecilnya berbicara hingga ungkapan r
dan kini dia menyesal pernah mengatakan jika Haydar tak
k
buka, pria itu tak segera bangkit hingga Aiza
erulang kali mengucap istighfar untuk meredamkan gejolak di hatinya
anya dengan nada lemah, sebisa mungkin
balasan Aiza, Haydar b