Desahan Sang Pejantan
mobil seraya berjalan menuju sebuah tempat. Namanya barak, gubuk b
ebagai tempat untuk tidur siang, makan, dan lain sebagainya. Di
rti itu saja. Namun, rasanya aku sangat malu jika terus bertahan. Sejak dinyatakan ta
ak secara mentah untuk ironi tersebut. Dengan membawa ponsel
g menyapa. Napas pun tak lagi bisa netral, aku selalu b
berjarak sekitar tiga meter
di hadapan kedua bola mata terbuka. Aku menatapnya sembari membuka folder penyimp
dangan realita. Si jago tempur pun hanya semakin kecil dan merunduk. Akibat ha
, dulu tidaklah membutuhkan waktu lama untuknya bangkit. Sekaran
pipi. Ternyata, mendapati hal demikian memang menyingkirkan rasa dalam
ng karena tak mampu memberikan nafkah batin. Hatiku menjerit, ditimp
as meninggalkan lokasi proyek untuk pulang ke rumah. Den
penanaman karet bulan depan. Hari-hariku disibukkan dengan berbagai keg
dup ini, baru sekaranglah terasa pukulan itu sangat berat kuhadapi. N
tanda maaf, aku pun berhenti dan ingin membelikan sebuah cincin. Tepat di
ada yang bisa saya ba
da permata berwarna putih. Kira-kira
akan cari di dalam dulu,
dukkan badan. Sembari memainkan ponsel, terli
li, kemungkinan ada hal penting yang akan dia katak
pa, Ma, nelep
um pulang? Ini u
kerjaan, tunggu
apa-apa. Mama khawatir kalau
kok. Sebentar lagi a
assalammua
ikumsal
erapa lama, pelayan yang menjual perhiasan pun datang dari da
delnya seperti
uju ke penjual. Tatapan sejurus tepat di sebuah cincin denga
ih cincin yang berada di tengah.
g ini, y
ya mau y
arganya tidak ter
kus yang i
dan dia memberikan dompet berwarn
apnya, lalu dia menyodor
dan membayarnya. Dengan langkah laju, tapakkan kaki ini
ng itu. 'Maafkan aku, Ma, yang enggak bisa membuat kamu bahagia.
jak gas mobil dan bergerak menuju jalan lintas. Di
kit lebih kencang. Tepat di ujung pandangan, terlihat beberapa cahaya berwarna
dengan sedikit pelan. Bungkusan di tangan pun terjatuh ke bawah
Sekilas, aku mencoba membuang tatapan menuju bawah kursi.
tika aku menatap, sebuah truk berukuran besar telah
ak .
br
liu ..
h sekujur tubuh. Tepat di tengah-tengah sekelompok orang, aku tak kuat lagi untuk membu
Tanpa mampu menatap, aku hanya bisa merasakan area sekitar. Banyak suar
urai panjang, dan kemungkinan itu adalah malaikat pencabut nyawa. Sejak ksebut. Paluh lembah darah tampak jelas di samping kanan, pemandanga
ya sebuah mimpi. Apa pun yang terjadi, a
ambu