Terjerat Gairah Semu
memerah. Dara hampir tidak bisa lagi berkata-kata, melirik malu ke ar
eolah faham dengan keresahan hati wanita di sampingnya. Farhat tampaknya
terasa hangat menyapu wajah keduanya. Dengan gerakan pelan,
nta izin untuk segera mengecup bibir
a lagi, dengan segera menyentuh bibir Dara dengan bibirnya, lidahnya bergerak lincah di dala
t gelagapan, ia tidak tahu harus berbuat apa, selain pasrah m
akan kepuasan yang sempurna, tidak apa jika ia har
pernah sekali pun ia merasakan bagaimana nikmatnya penyatuan diri seba
alam rongga mulutnya dengan sangat liar, jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya, has
ya ke belakang leher Farhat, menariknya kepalanya hingga desakan bibir Farhat se
amu yakin mau melakukannya?"tanya Farhat, telapak tangannya tampak mengelus lembut pi
hingga bibir mereka kembali menyatu tanpa tersedia jarak sedikit pun. Tubuh keduanya meliuk
sampai benar-
a mulai dilepaskannya tanpa sedetik pun melepaskan tautan bibir dan lidah di antara keduanya. Sembari menyingkirkan kemeja yang membalut tubuh wanita yang saat ini bersamanya, Farhat mulai menyusuri leher jenjangnya, meny
arhaaaat ...." Dara mulai merac
teman-temannya ceritakan, kini berada di hadapannya, dan ia benar-benar sanga
berada di depan kedua bukit kembar milik Dara yang bulat, pa
dada Dara secara halus dan perlahan digigitnya deng
ebat, jantungnya berdetak ber
an napasnya, Dara berkata lirih penuh gairah, "Far-haat, ti-tidak a-apa eksekusi di sini? Di-di ... r
akan membawamu terbang ke alam dimensi lain yang sangat indah
ang mengekang kedua bukit kembar itu hingga bulatan kencang di dada
i dada Dara sebelah kiri, sementara tangan kanan Farhat akti
ggang. Jari tengah Farhat mulai nakal, mengusap area paling sensitif
an, kedua matanya tertutup untuk sesaat, lalu terbuka kembali
semuanya hari i
Bukan tidak ingin, tetapi kondisi Guntur yang memang tidak mampu untuk melalukannya. Walaupun Dara sudah pernah melakuka
a. Bayangan Guntur sama sekali menghilang, sedikit pun tidak terlintas di kepalanya, ia benar-benar sudah melupakan suam
atas sofa ruang tamu, lalu menarik pelan celana rok yang di
lama, kedua tangan Farhat merayap pelan ke pinggang Dara lalu mulai menarik pakaian paling dalamnya itu. Dengan gerakan l
rwarna merah muda kecoklat-coklatan nampak terlihat cantik di mata Farhat, darahnya seketika
ea kewanitaan Dara yang paling sensitif itu, menghisapnya perlahan sembari mema
as puncak kepala Farhat. Mulutnya kembali terdengar mendesi
hi keduanya. Area sensitif milik Dara semakin lama semakin basah, kedua pahanya yang pu
at lalu berdiri, membuka resleting celananya di depan Dara. Mata Dara tampak sayu, menatap ke tengah pangkal p
ka menampakan diri, mata Dara nampak melebar. Tongkat pusaka yang berdiri gagah di depan matanya itu bena
ya ke dalam mulut Dara sembari berkata pelan, "Sentuh 'lah, coba rasaka