Scenario Of Love
n. Seorang perempuan berusia dua puluh dua tahun itu memundurkan langkahnya ke belakang. Mata
salur berwarna biru langit dan putih dengan panjang selutut, sangat pas di tubuhnya. Pakaiannya ia padu dengan wide fit he
begitu ia menarik sudut bibirnya ke atas. Ber
ak bangga atas kepemilikan sebuah rupa yang ma
s berlekuk. Kulitnya seputih susu dan selembut sutra. Bibir penuhnya terlihat men
t terlihat menarik saat ia mengenakan dress yang memperlihatkan lekuk tubuhn
Sera mampu membuat kaum pria seakan bertekuk lutut, para pria pecinta rupa begitu men
a. Tak sedikit wanita yang menginginkan visualisasi seperti dirinya. Namun, tak sedikit
ntu kamarnya dibuka sembarang
uda. Usianya terpaut tiga tahun dengan Se
? Tapi kalau ke toko gak biasanya lo dandan cantik gini, buang-buang makeup ka
xer unisex selutut. Ia dengan rambut model pixie cut berdiri di ambang pintu. Terlihat rambutnya masih
an ketus. Kini perempuan itu sudah pindah posisi, duduk di ranjang sambil
idah, kemudian ia malah menyelonong masuk ke kama
. Lo tahu kan fungsi mulut untuk apa? Untuk berbicara. Nih ya, di luaran sana banyak tahu orang yang tak dapat diberi kesempatan unt
teman seperjuangannya. Bisa dipastikan perempuan bertubuh cungkring itu, perkataannya akan m
Sedetik kemudian ia tersadar, "what? Kencan? Sa
era kencan? De
ng kemana-mana. Salah satun
ra menjawa
ulah jawaban dari pertanyaannya.
anyaan yang dilontarka
orang Yusan gak tahu?" Kembali perem
mari tangan lentiknya kembali memainka
rtinya sudah tujuh hari, seratus enam puluh delapan jam dan sepu
gawainya. Sementara Yusan terdiam dengan banyaknya pertanyaan yang
a itu dengan lirih. Namun Sera
." sahu
ala ke samping saat tak me
enatap dinding kokoh yang menjadi sebuah
a tolehkan ke samping dimana Sera duduk. Sejenak mata mereka saling
wab, raut wajah yang beberapa detik lalu terkekeh, kini membalas tatapan Yusan deng
Membuat mereka segera mengakhiri saling bertatap
Tar
h di dep
bicarain lagi kan?" Ser
hir perempuan berambut pendek itu menyaut tas selempang yang tergantung di kapstok.
ang cuaca Ibukota tak terlihat baik-baik saja. Jalanan asp
arah luar, menatap gedung-gedung tinggi menjulang di sisi
besar menggenggam tangannya. "Kamu hari
namun dengan cepat ia menutupi ekspresi kaget
k. Sekarang ... kamu jauh lebih cantik," puji Bara. Ada ketulusan di
buang muka ke samping kiri. Ia harus terlihat malu-m
" tanya Sera, mengalih
ra. Ia menoleh ke samping, menatap lekat-lekat wajah pas
pelan. "Ke m
panjang, Bara lan
rea mall, setelah beberapa menit la
an. Genggaman tangannya seperti diberi perekat, erat sekali. Dari yang mas
hingga akhir, dari outlet pertama hingga ujung. M
il dengan Sera yang menjinjing beberapa kantong kertas berisi barang
tawar Bara. Ia masih m
leh
dahulu tontonan apa yang tayang sekarang. Dan juga, seperti apa yang akan mereka pilih. Hingga p
dengan gandengan yang terlepas. Belum puas dengan menonton, keduanya memutuskan
ulan temenku baru buka restora
, "Boleh, kebet
epan restoran. Keduanya mulai memasuki restoran yang memiliki dekora
aca yang menghadap langsung kolam ikan. Ke
sanan mereka berdatangan dan
p Sera pelan dibar
capan Sera dengan anggu
ng .
menit
enit
menit
an. Yang terdengar hanyalah suara benturan alat makan serta
, Sera menyeruput dulu minuman berwarna yang dicampur
irkan sesuatu. Tentang hubungan yang dijalinnya d
la kalau tahu memang apa
, kamu juga tahu Brilla
a kita gak sedekat itu. Apalagi sampai
bibir seksi perempuan berambut pendek itu. Tentu Bara tak akan sadar,
ulang ke Indo ya,
a sabuk pengaman, menekan tombol pada pintu mobil. Sebelum keluar kedua mata mereka saling bersit
aku antar sampai depa
mobilmu lecet, kan sayang ...." Kembali Sera menjawab pertanyaan yan
Gak baik tahu aku nurunin
inggalku dekat kok.
as hingga setelahnya me
hati di jalan ya," ucap
ng di tepi jalan. Tak lama suara klaks
ang senang. Sesampainya di depan pintu ia meraih knop pintu, beruntung Yusan
lang seketika. Berubah menjadi raut datar tanpa ekspresi. Sera mengambil sanitizer dari tas se
uannya, ia bergidik merasa jijik dengan sik