Kekasihku, Kakak Tiriku
" jawabku pelan dan masih terus memandang ke arah matanya. Karena tidak i
merasa frustasi dan tidak bisa berpikiran jernih. Perlahan, aku merasa ji
dari Raka sekali pun. Sepertinya Max memang sangat lihai memain
n hingga kami merasa semakin bergairah. Aku pegang kepalanya dengan
makin tinggi. Aku merasakan tangan Max berani memegang bagian buah dadaku yang mulai mengeras d
menarik diri dan menatap
riku. Namun dengan cepat aku menahan tangannya agar tidak pergi. Aku sudah
melanjutkannya," ucap ku memohon. Ku arahkan bibir ku lagi pada bibirny
kembali mencium bibirnya, lalu perlahan mulai meraba bagian bawah milik Mx yang kurasakan sudah mengera
k ke bawah sana, terdapat bayangan benda panjang yang beberapa kali kurasakan berkedut dengan pelan. Aku bahkan bis
k melakukannya," bisik ku den
i. Lalu mulai berani turun ke arah ceruk leher ku dan berakhir dengan berlutut di depa
ra berwarna putih yang masih menopang kedua gunung ku dengan sangat padat. Ia lal
u sembari mengusap kepalanya dengan pelan
a berikan. Lidah Max bahkan dengan lihai bermain dengan puting yang suda
bibir bawahku sendiri untuk mengurangi rasa nikmat yang semakin tidak bisa aku kendalikan sendiri. Ku ceng
gunung kembar ku. Aku semakin terbuai dan tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Tubuhk
li, Max," ucap ku lirih den
ua pakaian yang aku kenakan hingga benar-benar polos. Aku bisa mera
idak peduli, aku hanya
an kalinya. Aku pun mengangguk cepat dan membiarka
puaskan aku,"
uk dan memenuhi setiap inti lubang senggama ku. Kurasakan milikku juga berkedut saat me
aih benda keras yang merupakan senjata utama milik Max. Kurasakan pis
bar lagi untuk bisa segera mencicipi miliknya. Memainkan pejantann
ak karena buah pisang milik Max sangat panjang dan juga berisi. Aku merasakan kedutan
erbuka, menikmati setiap sens
nya. Tangan Max masih tetap bermain-main pada kedua gunung kem
kejantanannya, aku pun menarik mulutku perlahan dan k
akin memperlebar selangkangan ku agar i
luruh hidupku kepada Max untuk selamanya. Aku memekik kesakitan saat benda
, tapi tetap berusaha u
suk dan merobek selaput dara ku dengan sangat kuat. Rasa perih yang aku rasakan sempat membuat
pergerakan tubuhnya dengan pelan. Peluh yang semakin lama semakin membanjiri tubuh
seolah akan mengeluarkan sesuatu. Max juga semakin mempercepat gerakan pingg
manggil namanya bersamaan dengan cair
pai pada puncak kenikmatannya sebab samar ku lihat ia semakin ber
ana ia menyemburkan cairan dari dirinya masuk ke dalam rahim ku hingga merasa hangat. T