Pembalasan Antagonis
bali memulai kegiatan rutinitasnya. Sudah cukup baginya beristrahat seminggu ini. Bahkan tidak keluar sama sekali dari apartemen ini. Karena Ellanor
kemarin dia sempat memerintahkan seseorang membeli seragam ba
liki tinggi sama sepertinya. Badannya berputar
da diri sendiri. Dia sudah siap menggem
ang dilewati sampai tertegun beberapa saat melihat wajah cantik dan baby face-nya. Dia sengaja tidak memakai make u
cy, tapi tidak pernah ditunjukkan ke siapapun. Lagi-lagi karena keluarganya menuntut Vicy menja
ia adalah Ellanor, bukan Vicy. Dia akan melakukan apa pun yang disukainya tanpa ada kekan
ampai di gerbang sekolah. Dia segera membawa motornya ke
rahnya. Tatapan penasaran tampak di setiap pandangan mereka. Hingga
ullying
ass
anya nggak k
kin mere
nya. Rambutnya yang sudah dipangkas sedikit lebih pendek terterpa angin, menaikkan pesonanya ke titik maksimal. Para siswa lelaki sampai gigit jari. Meski sebel
ngannya dengan keras. Cekalan erat yang membuat bibirnya mengeluarkan r
dan menatap si pe
rsebut. Tanpa sadar cekalannya mengendur yang
h. "Sialan!" umpatnya yang dapat didengar oleh mereka. Netra cokeltany
s keluarkan saat kesadarannya kembali. Mengabaikan ras
arlos dengan mala
s pada Ellanor yang tampak tidak takut sama sek
liar, ya!" Carlos menatap rendah pada sang adik, l
rut samar saat menyadari sikap berbeda dari si bungsu. Kedua tangannya
pai harus menilai kehidupan saya!"
samaan dengan emosinya yang kembali datang. Saat tangannya
"Dia adikmu," katanya dengan suara pelan. Berusaha menya
asar sebelum kembali menatap Ella dengan taj
a dengan wajah yang semakin angkuh. "Pulang ke mana yang kamu mak
ic
an cepat. Seringainya makin lebar me
idak penting. Dia memutar bola mata malas pada sang adik. "Apa bedanya?
an berlari dengan derai air mata. Namun berbeda dengan Ellanor. Perempu
enatap bingung pada
dengan Carlos. Tangannya terulur, mengusap name tag sang kakak dan memperbaiki dasi yang sebenarnya sudah r
A
u
sshh
pada Carlos yang tumbang dengan kedua ta
p area selangkangan, seakan menjaga aset masing-masing. Melihat ekspresi Carlos, mereka
irnya berusaha menahan suara ringisannya, tapi sulit
wal jika berani mengusikku!" peringatnya dengan nada rendah. Tatapannya seakan menegaskan bahwa dia t
sebelum berlalu pergi dengan tenang seakan tidak melakukan kesalahan. Semua orang yang tadi berkerum
Tatapannya nyalang pada kepergian sang adik
los berdiri. Keduanya menatap iba pad
it?" tanya Nath
mencoban
leng cepat. "
ta ke ruang kesehatan saja," ajaknya yang ma
asih malu karena menjadi tontonan. Apalagi banyak orang yang menatapnya dengan rasa iba
ap
an. "Aku bilang tidak per
a depan kamu masih aman? Baga
menendang Nathan tapi denga
an. Sepertinya Ella mengeluarkan s
alton berujar bersamaan d
gga yang terbit di bibirnya. "Ya. Bukank
atnya yang keras. Dia seakan memiliki dendam kesumat pada perempuan yang tak lain adalah adiknya itu
ntar lagi bel," intrupsi Calton