icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 3
3. Ijab Kabul
Jumlah Kata:994    |    Dirilis Pada: 24/09/2022

Lia dan Vina yang berdiri di pintu kamar Nayya tersenyum bahagia. Keduanya puas karena sudah membuat wanita yang selalu mereka siksa kini pergi meninggalkan rumah.

Akhirnya mereka menang dalam permanan yang mereka buat sendiri.

Tanpa aba-aba, Javior langsung menarik paksa Nayya. Dia sudah tidak lagi perduli dengan pakaian lusuh yang sedang di gunakan Nayya. Sebuah emosi tiba-tiba muncul setelah mendengar ucapan Nayya sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.

Dibawa paksa oleh sang ayah membuat Nayya hanya bisa pasrah. Dia tidak lagi bisa menangis. Terlalu pedih untuknya. Kini semua mimpi buruk di rumah terbebut hilang dan akan di gantikan mimpi buruk yang lain di rumah sang suami.

Sesampainya di pintu keluar, Javior langsung mendorong paksa Nayya hingga wanita itu terjatuh di lantai. Lalu dia menutup keras pintu itu dan meninggalkan Nayya yang terluka. Entah itu luka hati dan luka fisik.

"Untuk kali bantu Nayya Bunda. Nayya hanya ingin melepaskan semuanya. Nayya ingin bertemu dengan Bunda. Ajak Nayya pergi Bunda."

Kata-kata itu sangat memilukan. Andai saja Nayya bisa memilih. Ingin rasanya dia bunuh diri. Mungkin hal itu sangat bagus untuknya. Bisa bertemu dengan sang ibunda. Nayya sangat ingin, tapi tetap saja dia tidak melakukannya. Ada banyak hal yang akan di tanggung jika dia mati. Terlebih dia masih ingat pesan bundanya.

Bangun dari duduknya, Nayya dengan kakinya yang pincang berjalan ke arah gerbang. Menunggu jemputan yang sebentar lagi akan membawanya ke rumah barunya.

Dan tepat ketika dia tiba, sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya.

Sang sopir langsung keluar dan menyapa Nayya. Pria paruh baya tersebut terkejut ketika melihat penampilan Nayya yang cukup mengenaskan.

"Apa anda yang di minta untuk menjemput saya?"

"Ya. Mari kita masuk, Nona!"

Karena sang tuan muda telah berpesan dan memberikan sebuah foto yang sangat mirip dengan Nayya. Sopir tersebut tidak perlu lagi mengkonfirmasi. Dia telah bertemu dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi nyonya Albara.

Nayya langsung masuk ketika sopir tersebut membukakan pintunya. Dia duduk dengan nyaman membuat sang sopir mengerinyit. Tidak ada tanda bahwa Nayya kesakitan dengan semua luka nyata tersebut. Seolah-olah dia sudah terbiasa dengan banyak luka.

"Apa sebaiknya kita ke rumah sakit lebih dulu, Nona? Kondisi anda cukup mengkhawtirkan."

Ada rasa haru ketika Nayya mendengar ucapan pria tersebut. Mereka tidak saling kenal. Dan meskipun dia tahu bahwa hal tersebut wajar. Namun tetap saja, Nayya terharu dengan perhatian sopir itu.

"Tidak perlu, Tuan! Saya baik-baik saja dengan luka ini," ucap Nayya.

"Apa anda yakin?"

"Ya." Nayya memberikan senyum tulusnya membuat sang sopir kagum akan tindakan Nayya.

Saat keduanya tengah melakukan perjalanan, maka Javior sedang berada di kantor KUA menyaksikan ijab kabul yang sedang di lakukan calon suami Nayya yang kini sah menjadi suami putri tidak berhargarnya melalui video call .

Akibat rasa tidak perdulinya. Dia tidak perlu repot-repot melihat atau bahkan mendengar nama asli menantu barunya. Bodoh memang, tapi seperti itulah takdir.

Dia tidak pernah suka dengan putri sahnya, tapi sekarang Tuhan memberikan hadiah termanis untuk Ainnaya. Si putri tidak berharga dan tidak di anggap oleh keluarga Cannor.

"Ananda Albara Demian Dominic bin Nicholas Dominic. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Ainayya Hikari Salvina binti Javior Jeon Cannor dengan seperankat alat sholat. Tunai!" ucap wali hakim.

Javior memang sengaja tidak ingin mengucapkan ijab karena baginya Nayya bukan siapa-siapnya. Dan Nayya juga tidak berhak mendapatkan hak mulia seperti itu darinya.

Baginya hanya Pavina yang pantas mendapatkan hak istimewa tersebut. Ayah gagal.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ainayya Hikari Salvina binti Javior Jeon Cannor dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Setelah mendengar ucapan Bara dengan sekali tarikan nafas melalui video call dengan wajah yang sengaja dia rias sangat jelek. Para saksi yang menyaksikan di kantor KUA mengucapkan sah.

Pada akhinya Nayya kini resmi menjadi milik Bara.

"Karena sudah selesai. Maka saya akan pergi."

Tanpa menunggu jawaban, Javior langsung meninggalkan tempat membuat wali hakim serta para saksi hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka tidak menduga akan ada ayah sejahat Javior.

"Selamat tuan Bara. Kini anda dan wanita bernama Nayya telah resmi menjadi suami istri," ucap wali hakim setelah menyelesaikan doa untuk mempelai.

"Terim kasih, Pak."

Video call langsung terputus. Bara juga membersihkan wajahnya. Dia hanya tinggal menunggu Nayya datang ke rumah dan memberikan hak sebagai seorang istri meskipun tanpa ada cinta di dalam pernikahan tersebut.

"Lalu apa yang akan anda lakukan setelah ini, Tuan?"

"Membatalkan kerja sama dengan pria itu," jawab Bara.

"Bukankah itu akan membuatnya marah?"

"Apa kau berfikir dia bisa marah? Lagi pula wanita yang akan diberikannya padaku sudah dia lukai. Jadi aku berhak menuntutnya."

Albert tersenyum, lupa jika tuan mudanya sangat jenius. Jika dia akan mengatakan batalkan, maka semuanya akan batal. Bahkan sang lawan tidak akan bisa berkutik.

"Dimana nyonya akan tinggal setelah ini, tuan?"

"Siapkan kamar untuknya. Aku ingin kamar yang terbaik."

"Anda tidak ingin sekamar dengan nyonya, tuan?"

"Tidak. Pernikahan ini hanya akan berlangsung selama satu tahun. Setelah itu, aku akan mengirimnya atau memberikannya sekolah tinggi diluar negeri. Dia harus menikmati hidup bebasnya."

Mendengar perkataan dari tuannya, Albert hanya diam. Dia tidak dalam kondisi berhak untuk memberikan komentar. Lagi pula dia sudah tahu alasan dibalik pernikahan tersebut.

"Saya sudah mencari tahu tentang gadis yang menyelamatkan anda di masa lalu, Tuan. Dia adalah nyonya Ainayya."

Sejenak, Bara terhenti. Dia tidak menduga gadis kecil yang pernah membantunya di masa lalu ternyata wanita yang kini menjadi istrinya.

"Apakau yakin?"

"Ya, Tuan. Semuanya sudah saya selidiki dengan benar."

"Baiklah. Sekarang tunggu Nayya di bawah. Sepertinya sebentar lagi dia akan tiba," usir Bara.

"Sesuai keinginan anda, Tuan."

Kepergiaan Albert membuat Bara menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Dia bingung, apa dia bisa menjaga Nayya hingga satu tahun kedepan atau semua yang direncanakan gagal begitu saja.

Bara benar-benar bingung saat ini. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini.

Namun apapun itu, Barra sudah bertekad untuk menjaga dan melindungi Nayya selama dirinya masih menjadi suami untuk Nayya.

Bara akan menjadi suami yang baik, lembut dan bertanggung jawab kepada Nayya.

Sekalipun tidak ada perasaan cinta dalam dirinya. Bara akan tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang suami. Dan dia tidak akan melalaikan tugasnya apalagi sampai berbuat kasat terhadap Nayya.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 1. Rencana2 Bab 2 2. Hati Yang Luka3 Bab 3 3. Ijab Kabul4 Bab 4 4. Pengantin Pengganti 5 Bab 5 5. Di Sambut6 Bab 6 6. Gadis Menyedihkan7 Bab 7 7. Surat Perjanjian8 Bab 8 8. Lupa Akan Karma9 Bab 9 9. Telepon Dari Ibu10 Bab 10 10. Ayah Yang Gagal11 Bab 11 Pagi Yang Manis12 Bab 12 Ucapan Terima Kasih13 Bab 13 Lukisan Berdarah14 Bab 14 Pelukan Hangat15 Bab 15 Self-Injury16 Bab 16 Sebuah Luka17 Bab 17 Perubahan18 Bab 18 Masalah19 Bab 19 Pijat Gratis20 Bab 20 Ziarah Ke Makam21 Bab 21 Insomnia22 Bab 22 Obat Tidur Terbaik23 Bab 23 Keponakan24 Bab 24 Paman Vs Keponakan25 Bab 25 Mimpi Buruk26 Bab 26 Dibawa Ke Kantor27 Bab 27 Mantan Kekasih 28 Bab 28 Posesif29 Bab 29 Bercerita Tentang Perasaan30 Bab 30 Menggapai Ridho31 Bab 31 Bertemu32 Bab 32 Tidak Tahu Malu33 Bab 33 Makan Bakso34 Bab 34 Masih Mengganggu35 Bab 35 Mengadu36 Bab 36 Ingin Mengakhiri37 Bab 37 Usai Sudah38 Bab 38 Suami Idaman Dan Kecelakaan39 Bab 39 Tiga Psikopat40 Bab 40 Wanitaku41 Bab 41 Lukman Andara42 Bab 42 Anak Kecil43 Bab 43 Benang Kusut44 Bab 44 Keluarga Malik45 Bab 45 Menjadi Bintang Utama46 Bab 46 Aku Suaminya47 Bab 47 Cucu Keluarga Malik48 Bab 48 Menjadi Pertemuan Keluarga49 Bab 49 Mempermalukan Diri Sendiri 50 Bab 50 Pelukan Sebelum Tidur 51 Bab 51 2 Orang Misterius 52 Bab 52 Karma Dimulai53 Bab 53 Firasat54 Bab 54 Menjauh55 Bab 55 Pengakuan Cinta 56 Bab 56 Tidak Untuk Poligami 57 Bab 57 Terbongkar58 Bab 58 Bertemu59 Bab 59 Kemarahan Bara60 Bab 60 Spesial Bara61 Bab 61 Memulai Rencana 62 Bab 62 Sebuah Rindu (Spesial Bara)63 Bab 63 Pelukan Sang Ibu64 Bab 64 Masih Belum Menyerah65 Bab 65 Menceritakan66 Bab 66 Kesepakatan67 Bab 67 Pindah Sementara 68 Bab 68 Gangguan69 Bab 69 Sosok Lain Dan Masuk Kuliah 70 Bab 70 Dosenku Suamiku 71 Bab 71 Membuat Berita 72 Bab 72 Mencari Tahu 73 Bab 73 Akhirnya74 Bab 74 Memulai75 Bab 75 Kita Akhiri76 Bab 76 Karma77 Bab 77 Perpustakaan78 Bab 78 Berwajah Tebal79 Bab 79 Tamu80 Bab 80 Seperti Koala81 Bab 81 Pengadilan Agama 82 Bab 82 Cemburu83 Bab 83 Tetap Nyonya Bara84 Bab 84 Diajak Meeting 85 Bab 85 Otoritas Seorang Nyonya 86 Bab 86 Penyesalan Lionel87 Bab 87 Hampir Bangkrut 88 Bab 88 Masuk Penjara 89 Bab 89 Apa Kabar, Nak 90 Bab 90 Dibuang Setelah Dipakai 91 Bab 91 Si Mantan Mulai Aktif 92 Bab 92 Untung Sayang 93 Bab 93 Dia Istriku 94 Bab 94 Tamparan Peringatan Dari Bara Untuk Agatha 95 Bab 95 Firasat96 Bab 96 Kecewa97 Bab 97 Penculikan98 Bab 98 Daddy 99 Bab 99 Kedatangan Bara100 Bab 100 Seorang Anak Perempuan