Kesalahan Satu Malam
di sebuah ruangan yang hanya mendapa
ruangan, terdapat dua insan yang sedang bergumu
nel
onel menciumi dadanya secara bergantian, ko
n, menyusuri tubuh mulus sang gadis. Ketika sudah menemukannya, pemuda itu mengelus lembut, memainkan
18 t
-teman seangkatan mereka merayakan malam kelulusan di ballroom, Leonel sengaja menarik sang pacar ke salah satu
ak." Gadis itu menggigit bibir bawah, mata
u Sayang, t
banyak kenikmatan untuk sang pacar. Semakin banyak Rindu mendapat kenikmatan, semakin puas Leonel dibuatnya. Rindu begitu cantik, begit
engkung disertai lenguhan panjang, pertanda Rindu sudah mencapai puncak. Ia pun tidak ingin
tubuh rindu, napasnya terengah. "Terima kasih Rin, ini l
am dalam lautan kenikmatan, sampai
nya di dalam?" tanya Rindu seperti ba
ar bisa menatap manik mata hazel itu. Ketika tatap mereka
*
... uwe
ing dan mual di pagi hari. Yang membuatnya semakin heran, entah mengapa tubuhnya mudah se
n berakhir. Sesekali ia dan teman-temannya, juga Leonel bertemu di coffee shop la
masuk Leonel. Sementara ia sebagai putri sulung seorang dekan, sudah di
akut Leonel meninggalkannya. Atas alasan itu, Leonel berhasil membujuknya di malam prom. Mengatakan
lirik kalender. Perlahan mendekati nakas, mengambil kalender duduk di sana. Matanya sontak diantar ke tanggal hari in
kasur. Pikirannya nyalang, memikirkan satu kemurjadi," gumamnya seraya me
bulannya. Rindu bisa saja menganggap ini wajar karena memang setiap b
enang jika saja ia tidak pernah ber
sekaligus menjadi calon mahasiswi kedokteran, Rindu paham betul resiko dari
t tes kehamilan lewat online. Tidak tanggung-tanggung, Rind
Ia duduk di atas kloset. Jantungnya seketika berdebar. Dengan tangan gemetar, per
ng gelas ukur lab yang juga dipesannya via online. Gelas itu sudah berisi urine miliknya. Rindu menelan ludah beberapa kali. Jantungnya sud
ul pada alat tes itu. Jantungnya serasa berhenti
heal," gumamnya menenangkan diri sendiri. "Kita coba lagi, ini pas
decak begitu melihat hasilnya. Lalu mencoba lagi dengan merek lain. Begitu berulang sampai tujuh kali deng
a menjerit, menangis, dan marah. Namun, marah pada siap
rduduk lemas di kloset, butiran bening pu
pa yang harus
*
itu mencengkeram kedua lengan Rindu yang sedang
amilan ini terjadi padanya. Mereka memilih berbicara di taman dekat perum
au bakalan begini jadinya." Rindu meremas
umpatnya. "Kenapa bisa begini, sih? Padahal aku sudah mengikuti metodenya." Leonel mengusap wajah dengan gusar kemudian mendekati R
sendu. "Aku cuma ingin kamu tanggung jaw
ung jawab seperti apa?" tanya Leonel lembut sembar
Rindu mengernyit dalam. Tangg
iku. Aku mau kita m
elepaskan tangan Rindu dan berdiri. "Kita pasti menika
Rindu mulai terd
mikirkan anak. Masih banyak hal yang ingin aku lakuk
ik itu mengeras, semakin emosi pada pemuda di depannya. "Apalagi aku
dulu." Pemuda tampan itu kembali bersimpuh di had
u semakin lama semakin membesar, mana bisa disembunyikan lagi." A
.?" Dua alis Leonel terangka
ra
*