STAIRS IN THE NORTH
yang penakut melalui koridor fakultas itu, mungkin mereka akan lari terbirit-birit mengingat saat ini seluruh mahasiswa fakultas seni dan budaya seda
e everythin
ak everythi
made of g
made of p
ng seakan menggambarkan bagaimana keadaan dirinya sekarang. Suaranya yang
ry to tear
sing from th
skyscra
skyscra
OK
an membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang sudah masuk bahkan bertepuk tangan untuk dirinya. Namun saat Sarwa melihat orang yang tadi ber
itu. "Tadi juga, luh main pian
enyunggingkan senyum manisnya hingga membuat
Ia mengulurkan tangannya mengajak Sarwa berkenalan. "Gua Sisi. Sisie
lum hilang dari bibirnya. "Gua Sarwa. Sarwapalaka Harid
u ada mahasiswa teknik terlebih teknik sipil,
ir tubuhnya dan memberikan ruang supaya
an piano yang tadi Sarwa mainkan. "By the way, sorry ya tadi gua n
luh bisa lewat sini? Fakultas
api nggak tau kenapa, gua pengen muter aja lewat sini dan dari ujung koridor gua denger suara piano. Gua sa
penjelasan Sisi. Tak lama kemudian, Ia tersadar
ya
ggak perna
nggak
meng
kebanyakan main d
k ra
sendiri gimana? Gua juga n
kebanyakan disini. Di ruang musik atau nggak
tidak mau menyinggung Sarwa. Terlebih mereka baru bert
engangguk paham. "Nggak nyambung? Iya kan? Gua anak arsitektur tapi
or
or
ggak m
enger kata-kata kayak gitu." Sarwa
nggak
any
is
yi, gua main p
n saling mengenal namun Sarwa sudah menawarkan dirinya untuk mengiringi Si
agunya ya." Sisi menawarkan
gu
na? Yang ru
gan tatapan terkejutny
guk mengiyak
u kesuka
uga suka lagu it
mulai menekan tuts piano. Kini terdengarlah dentingan p
ikut, mengal
ngai ke uj
i takut, ter
du yang, sesa
pa dan ku s
at, oh di d
t dan kuhala
ua ku lihat
ragu dan sela
amu dan sentu
takut menc
sa yang sesa
arwa terdengar sangat padu dan juga sangat mudah diterima oleh telinga siapapun
n pergi, oh b
rima, apa
am dan hati
ndu, kita
tem
nyaman dengan apa yang baru saja dilakukan. Sarwa menengok kearah Sisi sambi
sah ngomong a
Sisi seperti itu. "Ngapain m
ntas menurunkan tangannya dan m
sami n
a pun kecuali sahabatnya. Namun mengapa dengan Sarwa Ia bisa tertawa selepas itu? Padahal Ia dan Sarwa baru bertemu beberapa
a." Rutuk Sisi dan hanya di
ereka sampai suara dering dari ponsel
as nya untuk mengambil ponselnya d
is call
anggilan dari Janu lalu dengan segera mengaktifkan mode pesawat pada ponselnya
buat Sarwa menengok. "Gua bal
ngangguk
membalikan tubuhnya. Namun belum sampai Ia
nap
u." Jawab Sarwa
too." Balas Sisi dan juga ter
berbalik dan keluar dari ruang musik. Sementara itu Sarwa, I
a diikuti oleh celetukan jail dari yang lainnya. Tentu saja ha
seperti itu. Sarwa marah? Tentu saja tidak. Bagaimana Sarwa bisa marah jika Sarwa merasa Ia hanya memiliki keempat sahabatnya itu? T
ta. Si narsis diantara mereka berlima. "B
buh mungil -walau sebenarnya tidak- itu lantas tersenyum
Apasih kalian tuh? Astagfirul
arwa dengan wajah konyolnya yang bisa membuat
ken
Tanya Bima lagi dengan penasarannya. "Kita uda
g sama. Yaudah nyan
enal eh langsung duet. Berasa udah kenalan lama tau nggak." Raka ikut meled
anya dan membuat keempat s
a cewek, yaudah deketin aja gapapa. As
aja. Kalo bisa di list, mungkin skripsi kalah tebel sama list korban php luh. Dari awal masuk
" Ceplos Bima dan langsung diha
k aj
na." Ceplos Tarendra sekenanya dan membua
rrr.
sepertiga malam?" Tanya Raka yang sepertin
Nah ini baru bener. Di doain. Bukan di
anya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia pun lantas berd
elasnya." Ucap Bima yang merupakan
ap satu persatu tiga sahabatnya yang mem
ga Tarendra menjawab pertan
enangan seolah merasa dirinya mendapatka
rsatu keluar meninggalkan ruang musik untuk menuju ke sebuah t
s in th
nih. Mau titip apa? ntar gua bawa
lantas menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya. Tak habi
asal jangan jengk
Nanti gua ba
a : Gen
teng? Iya gua
sha :
lnya kembali dalam tas dan kembali memperhatikan dosennya di depan