Reinkarnasi Sang Dewa
ar-mandir di dalam ruangan pengobatan tersebu
nundukkan kepalanya dalam-dalam. Sedikit
kita sekarang?" tanya Kepala Tetua
a menjawab, "Menurut perhitunganku, murid yang tersisa saat ini tinggal sekitar dua ratus lima p
sebut. Itu artinya, korban yang tewas karena penyerangan aliansi set
us seperti ini, maka Sekte Gunung Surgawi pasti akan
kepala. Mereka menyetujui uca
nya makin mengkhawatirkan. Apalagi kalau diingat kembali, masa
akukan sekarang ini, Kepala Tetua?"
aran Song, nama Panglima Pedang sudah tidak asing lagi. Semua orang-orang persilatan past
mainan pedangnya yang ganas dan mematikan. Selama ini, rasanya tidak
pertempuran, dia sangat berperan penting. Sepak terjangnya benar-benar memb
Bing tampak kebingungan. Untuk beberapa saat, dia belum bi
cuali berharap agar masalah cepat selesai, rasanya
kita mundur saja dulu," uja
matanya lebar-lebar. Jawaban dari Kepala Tetua
enganggap bahwa in
rkah ini h
n. Ini bukan mi
idak salah bicara?" tanya Tetua
ak salah
pala Tet
n ini! Jangan pernah membantah setiap ucapank
ak berubah. Wajahnya juga terli
i mengerti," jawab Tetua
etuanya. Oleh karena itulah dir
pasti akan mengerti. Sekarang k
erintah," ujar kedua
te Gunung Surgawi itu segera pergi ke
ing dan cucunya, Lin Feng yang telah tiada. Sampai kini, orang
cunya itu bagaikan mimpi. Mimpi
ih menyakitkan daripada kematian kedua anak
sangat berbakat. Walaupun usianya baru sepuluh tahun, tetapi dia sudah mencapai tingkatan Pendekar Bumi tahap lim
ncur begitu saja. Mimpi indahnya telah direnggut oleh
etua Suma Bing meng
untuk merelakan kepergiannya. Tapi kalau memang belum saatnya tiba, tolong berik
daro ruang pengobatan. Niatnya, dia ingin mengurusi bebera
buran murid dan cucunya ya
su. Wajahnya juga jelas menggam
lam ruangan tersebut han
Tiada suara apapun. Tidak te
ma-tama gerakan itu dimulai dari kedua jari tangannya. Disusul kemudian kepada kedu
sudah t
n Feng hi
Tapi, Lin Feng yang sekarang b
Pedang Api. Salah satu dari Sepuluh Dewa
nyata telah b
mati?" gumamnya sambil meliha
sosok Lin Feng terlihat kebingungan. Dia merasa
n betapa kagetnya setelah dia menyadari bahwa d
enapa aku bisa ja
sangat kesal ketika mengetahui apa y
i seorang bocah, lebih baik aku langsung mati saja. Kenap
nya, sekesal dan semarah apapun Dewa Pedang Api, hakikatnya
h lewat, namun lambat laun kekesalan di
mbali ketenangannya. Dia tidak lagi menggerutu