Istri kedua Papa.
penghiana
baik-baik. Dia pa
samarkan sesuai per
mua orang akan menuai hasil buah per
dari ki
RI KED
tai petir yang menyabar nyambar. Dari ruang belajar segera aku
pa agak meninggi beberapa oktav dari biasanya, sedang mama tampak menangis bersegugu di sudut kamar sambil m
parasit model kamu, aku muak dengan semua ini, aku cape menjadi Atm hidupmu." Ucapnya sembari memukul-mukul dinding kamar, terdengar jelas ada sebuah t
n bisa membedakan underwear h
aset-asetku bahkan kau tega menjual rumah warisan kedua orang tuaku, untuk apa? Satu sen pun aku tak pernah menikmatinya." Ucapnya setengah memaki. "Kau yang parasit, tidak menguntungkan apa
mereka berdua. Perlahan kututup kedua kuping dan ku benamkan wajah ked
ian yang jadi korban bukan
adu mulut yang cukup hebat. Pasti ada salah-s
berusaha melampiaskan amarah sebuah tamparan kembali mendarat kepipi mama. "Plak!" Mama dengan reflek menangis bersegugukan sembari mengelus pipi, dia tak percaya mengapa papa bisa beru
u pah!" Uca
kata apakah ad
pis jauh-jauh
gajinya sudah ia berikan pada mama. Mama berpikir mana ada jaman
Sembari mengatur nafas agak dalam dengan tatap mata tak senang. "Sungguh terlalu kamu mas! Akulah yang telah melahiran putrimu,
dan di luar kontrol. Kedua pupil matanya memerah. "Persetan dengan semua itu. Kita cerai, kutalak kau! Segra angkat kaki dan keluar kamu dari rumah
tak dianggap dan
api t
jika sudah tak cinta
tidak menghasilkan uang. Mama tenggelam dan terlalu sibuk dalam urusan domestik ke
tertekan akan pengeluaran rumah tangga yang membludak semenjak mama resign dari kantor karena se
reka berdamai. Karena biasanya selalu saja beg
ya ia berujar dengan lantang. "Oke! Kalau itu maumu, aku akan keluar segara dari rumah ini. Puas! Ingat baik-
apa berdiri mendekati mama. Mama mengira papa akan melayangkan kembali tangkita tanyakan pada anaknya mau ikut siapa?" Jawab pa
ua berubah seketika. Api kebencian sudah mela
ua menjadi gelap gulita, nalar dan akal sehat musnah
mar. Saat itu mataku sudah sembab. Mereka berdua tau pasti ak
pa mereka berdiri disisi sudut kamar
apa? Papa atau mama?" Mama menodongku dengan pertan
berkeping-k
enapa masalah ini ia timpakan di pundakku. Kenapa? Dia memilihku, begitu kejam kepadaku? Air mataku berderai, aku menco
ak di dalam raga lagi. Aku hidup tapi mati! Mereka berdua telah menghancurkan dan membunuh kebahagianku, m
ahku. "Bagaimana nak?" Tanyanya dengan wa
ik mata mereka satu persatu. Wajah mereka tampak sudah begitu dingin, tak ada rasa cinta lagi diantara keduanya, mereka t
kau akan mengerti kenapa kami berpisah," ucapnya tanpa dosa. Mama hanya menangis, sesekali kuliha
. Menjadi beberapa bagian, bukan berupa bongkaha
dua. Akhirnya aku memut
a seorang anak pere
ku mencintai keduanya. Terpaksa harus m
at kaki dari s
emua ini sudah takdir dan ke hendak tuhan." Uca
u koper pakaian. Itulah adala
ndah rumah di Solo," ucapnya sambil mengemasi beberapa barang di dalam kamarku. Aku tak berani banyak tanya, Apa kiranya papa sudah pindah tugas pikirku dalam ha
k dan malang
da perceraian baik-baik! Tak ada. Akulah yang
g ego! Ketika me
ak sekali tempat kenangan di sini, ahc tapi sudahlah. Aku
seolah-olah membaca jalan pikiranku, "lusa kita berangkat." Ucap pa
Aku dan papa berangkat ke Solo m
mu gak usah banyak tanya," Per
su. Disepanjang perjalanan kami tenge
rdua akhirnya sampai di juga di sebuah
uh, Ia berlari tergopoh-gopoh menyambut kedatangan kami. Dengan reflek memelukku, wajahny
unda ya! Mulai hari ini!" Perintah papa tanpa penjelasan. Saat itu Secara sere
a manja yang dibuat-buat. Papa hidup bak seorang raja, dilayani semua hajatnya
ekeliling dengan sudut ekor matanya. "Danang sedang mengaji d
sembari mengeret bebe
eorang anak lelaki be
dan mb Airin tinggal di rumah kita." Dia lalu tersenyum dan berucap. "Berarti papa sudah gak keJakarta lagi ya?" Ucapnya dengan tatap mata yang berbinar-binar. Papa memeluk tub
ggil papa dengan sebutan papa. Aku mengira aku adalah anak satu satunya
ki. Tiba wanita par
g apa apa bilang aja sama bunda jangan sungkan sungkan ya!"
da kolam renang. Sangat berbeda dengan rumah kami diJakarta hanya ada bak mandi kotak dengan toilet jongkok, untuk mandi pakai shower itu sebuah keajaiban itu pun
tampak begitu akrab antara satu yang lain. Wanita itu bergelayut manja di bahu papa yang bidang. Aku merasa cemburu dan jijik melihat kemesraan
ginannya aja mas. Terserah dia ma
ng kita berkumpul lagi disini bersama anak-an
dengan semua ini. Jadi Mama Liza itu siapa? Ada
sama bertanya t
rsa
ung