Suami Pilihan
gnya pria itu masih terdiam di posisinya walau nyatanya netra
h kau Melati. Bagaimana kalau dia salah satu dari pria hidung belang yang suka gadis-gadis sepertimu? Bisa-bisa dialah yang akan melemparmu ke ranjangnya. Tidak, seb
a permisi." Melati pamit. Tubuhnya sedikit membu
derajat dari posisinya b
gu, N
a kemudian kembali ke posisinya seperti semula. Walau
. Apakah ada yan
Dia berusaha mencari kebohongan di sana. Saya
hatannya, dia banyak menghindari tatapanku?' Melati keheranan. Pasalnya Zein memang ba
a tergoda dengan hal-hal excited seperti yang ada di hadapannya saat ini. P
esan saya kepada M
e
elum selesai keterkejutannya, Zein kembali dibuat tak karuan dengan perlakuan Melati. Gadis itu tanpa izinnya menggerakkan tangan lemb
rteriak. Dia benar-benar dibuat t
a biru, dan masuklah. Tunggu aku disana!" Zein kembali memberi perintah. Dia j
lisnya. Ternyata pria yang
. Aku akan men
a itu kemudian mengehembuskan nafas kasarnya lalu mengusap kepalanya s
hamba.' Batinnya usai
ari mobil yang dimaksudkan oleh Zein tadi. Tak jauh dari posisinya berdiri, Melati menemukan m
ersadar. Dia kemudian membenarkan posisi rambutnya yan
f, G
e
u membulat dengan sempurna. Siapa yang memasu
ah menyadari diriya khilaf. Dia terla
ngkin salah mobil. Ini ada
u ada orang lain selaian dirinya. Dia mengamati le
hendak menghadiri pengajian?' Melati justru asik membatin dan men
r itu menegu
Melati menjawab dengan sedikit gelagapan. Pasalnya pang
Mulutnya kaku, sedangkan otaknya d
nyuruh pelacur semacamnya masuk ke dalam mobil
h. Hampir saja dia hendak ber
Nona.
ngahi kebingunan sopirnya. Entah kapan dia masuk, tapi kini
ak wanita muslimah dan para ning-ning dengan segudang prestasinya, mengapa gusnya yang tampan itu lebih tertarik dengan seorang gadis yang pakaiannya saja semacam tidak cukup untuk menutupi bagian-bagian penting tubuhnya? Bukank
irkan suasana. Apalagi Andy suda
ngan mata yang berkaca-kaca. Zein yang menyadarinya pun mengangkat tangannya. Dia
ei
alih ke Zein setelah diusapnya air mata di
dak. Jangan melamum. Apa yang kau pikirkan?" Zein bertanya dengan lemb
nyewanya ini aneh sekali. Dia bahkan membua
au Melati. Seharusnya kamu berterima kasih dia tidak berbuat apa-apa denganmu.' Melati
gatakan sesuatu tetapi juga harus memastikan terlebih dah
tinya aku bisa meminta bantuannya.' Melati yakin. Dia melihat Zein ti
nyadarkan Melati dari lamunannya. Dia yakin, Melati punya alasan
njam uang, Tuan? Saya a
ng menjamin banyak uang, apalagi disokong dengan kecantikannya itu, sudah pasti banyak
Zein. Dia tidak bi
a itu tentu saja kebingungan mendengarnya. Apalagi Andy yang menyetir. Dia rasa
a. Dia bisa memberikan uang berapapun yang diinginkan Melati. Tetapi mengapa
sedikit takut meminta hal itu. Tapi dia berharap Zei
kamu ingin
k pernah berfikir akan memberikan mahkota sa
e
elihat ke ara
ngan batinnya. Tapi sayangnya, yang didapatinya hanyalah kebuntuan semata. Dia tidak mungkin meminta Melati me
ikut saya hari ini. Bagaimana?" Zein memberikan penawaran. Melati sendiri tahu pria yang akan menolongnya itu cukup licik juga. Tapi sepertinya itu tidakla
gadis itu kemudian mengulurkan ta
merasa tak masalah jika menerima jabatan tangan itu, "Kamu sudah mengenal siapa
a tangan mereka kemudian te
ampir ke Buti
posisi untuk segera sampai di tempat itu. Dia tahu, Zein ak
...
ah indah, menambah kesan estetika pada butik itu. Zein tersenyum, dia tahu Melati akan terkagum dengan
sekali pengunjungnya. Janga
uti pria itu masuk ke dalam butik. Benar saja, banyak sekali pasang
ia itu memang sengaja menghampiri
ntik sembari menunduk menyambut Zein, "Sil
juk Melati. Merasa dipanggil, Melati bergegas mende
. Dia tahu siapa Zein dan bagaimana sejatinya orang itu, jadi tidak sopan bila dia menuduhnya bermacam-macam. Melati me
imak
" Ditunjuknya sebuah ruang ganti. Pandan
warnanya? Atau ingin
enyumannya, "Tidak. Ini sa
isa saya ba
a malu sebenarnya, tapi mau bagaiman
genakan hijab. Saya
na. Saya akan
k memakai baju. Setelah sepersekian menit berlalu, Melati keluar.
t dan menggunakan dalaman kerudu
kan kepadanya. Tak berselang lama-pun mereka kamudian sel
aga.' Melati mengagumi dirinya sendiri, tanpa tahu ba
membuyarkan lamunan siapapun ya
i keluar dari ruangan ganti. Di luar ruangan, semakin banyak yang
ik se
ar seperti
hana
un dari kaum hawa. Penampilan Melati yang sederhana itu sangat mengagum
anga karena kagum. Di pesantrennya ratusan santri putri dengan kecantikannya ban
amu, Rabb.' Batinnya masih d
a mengatakan kalimat itu. Dia sengaja me
awa sehelai pakaian dan itupun sudah ada di dalam tasnya. Mereka t
akasih
berada di dalam mobil dan bersiap melan
tap Melati, sedangkan gadis itu
kamu bekerja
e
ya. Dia hanya menunduk deng
empercayainya u
sama larut dalam keheningan saat Melati memilih un