Wanita Sang Presdir
ng selama bertahun-tahun ini coba ia jaga. Ketika pulang ke ap
a berdamai dengan peke
anya. Rasa kesal, marah
!" Teri
ekarang Alfa mengerang sambil mengangkat beban 100 kg di bahunya. Menatap pantula
at. Dan pilihannya berkunjung ke tempat gym untuk mengusir semua pi
sional. Tinggi dan berotot. Bahunya bidang. Perutnya berotot kotak-kotak. Sementara wajahnya pun sangat menunjang karena memiliki ra
tempat semula. Dibukanya benda yang menahan perutnya tadi dan dilemparkannya ke atas b
nyiksa diri dengan berolahraga selama s
rian dengan saling membuka diri. Alfa yang menghujam dalam-dalam dan membelah tubuh si wanita. Sedangkan si wanita yang dianggapnya polos akan mengerang memasrahkan diri. Tidak cukup satu waktu meski wanita itu mengeluh
tuk memuaskan hasratnya sendiri. Terkutuk dan memalukan! Padahal banyak wanita yang siap membuka diri untu
berteriak ketika
s tubuhnya dipadamkan o
*
enghidu aroma ketenangan. Awan disapu kegelapan. Langit tak menggantung
anan lagi, tuan?" tanya seoran
n dengan seorang wanita. Bukan satu dua kali seorang wanita menghampiri menjanya malam ini
kan merasa tertarik dengan prom
takkannya kembali ke atas meja sebelum kemudia
idak perlu promo atau potongan harga makanan k
Kaya! Jadi gak perlu mena
ik. Jam tangan rolex yang harganya berkali-kali lipat dari gajinya sekarang. Pun kemeja yang dikenakan oleh pria itu yang merupakan
gundurkan diri karena merasa di
an membuka kancing baju atas hingga payudaranya menye
pelayan dan pengunjungnya tak punya etika. Apa mereka pikir bisa d
kemudian berdering. Alfa mengambil ponselnya dan me
a telah tia
eninggalkan meja. Nyonya Ama! Nyonya Am
esak nafas, kami mencoba memanggil dokter namun terlambat. Beliau sud
restoran dengan lekas dan menuju mobilnya. D
tuhan. Ternyata kau sudah mengambilnya
ya yang begitu penyayang kepada semua orang. Alfa yang orang asing in
Ama. Tentang kedewasaan. Tentang rasa
*
Langkah kaki jenjang milik seorang wanita setengah berlari ketika melewati anak t
mah dan berjalan menghampiri sosok yang terbar
rakhir." Jelas seorang perawat yang selalu menjaga
erhutang permintaan maaf. Oh ya tuhan. Bibi... Bibi..."
enatap kepedihan setia
ngis dengan suara pecah. Bersimpuh di bawah ranjang dan hanya bisa menggenggam tangan wanita itu yang sudah tak berday
nya sebagai ibu kandung. Jasa beliau yang be
perasaan nelangsa. Sedih dan terpukul melihat anaknya telah menghembuskan
lama ini. Namun memang takdir tak
jangan ditunda-tunda. Rasan
an berani. Harusnya semua orang menunggu wanita itu. Harusnya mereka membe
salahnya karena memilih tinggal di luar negeri selam
rempuannya yang memilih tinggal di luar negeri hingga bertahun-tahun lamanya. Meski Margaretha merasa se
anita yang dulu sempat mengisi hatinya menangis tersedu di atas tanah yang basah. Disini ada banyak orang yang bisa menghibur Karina dan nenek namun beda halnya dengan wanita i