icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Bukan Istri Truth or Dare

Bab 3 Ketua Divisi yang Baik

Jumlah Kata:1028    |    Dirilis Pada: 22/07/2022

agi, Mbak

is, saya boleh minta file-file project sebelumnya yang udah bungkus atau masih jalan?" tanyanya menghampiri

produk kita atau semua jenis dari beberapa tahun ke belakang?" tanyanya sembar

yalakan komputer. "Buat yang tiga tahun kebelakang, kalau bisa jam 9 udah kamu kirim ya, Nis," pinta Fira hati-hati. Ia memiliki jiwa ambisi yang cukup tinggi, tetapi kar

lagi dalam perjalanan," jelasnya diakhiri senyum yang lebar, tetapi setelah itu puda

sa, ia kembali mendekati meja asistennya. "Gila!" gumamnya yang ikut terkejut saat meli

an. Pria berkemeja hijau toska dengan celana biru muda ini merupakan anggota senior tim Fira. "Masih pagi, Guys

ooong," pinta Fira yang sudah terbayang selelah apa jika harus mengerjakannya ber

ekarang. Tetapi, memang dasar pola pikir calon papah ini sedikit beda, Mas Hanan dengan santai menolak tawaran menjadi pemimpin divisi, alasany

hir, deh. Berarti tahun 2019 dari

lo ada filenya, kan, Mas?" tanya Anisa memasrikan. "Gue h

n saling berbagi tugas. "Boleh, saya yang tujuh tahu ke

gawai lo," jelas Mas Hanan yang mulai menyalakan kom

i minggu pertama saja sudah datang yang paling akhir. Untung anaknya aktif dan cekatan. Kelemahan fresh

k melewati jam masuk, rasanya masih aman saja. Dan, lebih aman lagi kal

. Monster adalah kode rahasia untuk menyebut CEO BA Furniture

paan belum datang, dia datang lebih dulu d

setuju dengan strategi dan project yang Fira sampaikan. Walaupun aura tegas dan tatapan tajam selalu menjadi bagian pria it

belum liat dia m

an seniornya itu. "Nantang banget, ini mental kita lagi bersyu

kerjanya. "Emang biasanya kalia

matanya masih tetap fokus pada layar komputer. "Bu Astrid

drama mundurnya pimpinan mereka yang lama. "Pokoknya yang gue inget Si Monster itu bilang, percuma kuliah S2 di Ko

ag

i kamu bar

ariz dipotong oleh pertanyaan Pak Rasya. "Fir, maju, Fir. Kasihan itu bocah kalau sampe kena traumatik di minggu pertama kerja." Ini alasan

panik, ia akhirnya beranjak dari tempat duduk dan langsung keluar dari ruangan. "Pagi, Pak Rasya," sapanya

aru datang yang segini? L

pinta buat beli kopi dulu, Pak." Dengan santai Fira mengambil es kopi di tangan Fariz. Agar aktingnya lebih m

i karena tak mampu menahan senyumnya karena melihat ekspresi Fira yang kepahitan saat meneguk kopi mi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka