Dia Adalah Istriku
n lampu lain. Ruang kerjanya dalam sekejap menjadi terang, buku terlihat tertata sesua
ba. Sedikit berdebu, ia lalu mengusap telapa
baca beberapa pesan-pesan yang menyejukkan hati. Bagaimana c
berlembar-lembar ia balik memakn
ali pada senyum gadis sore hari, gadis yang ia temu
ghfir
anjut membaca. Detik waktu terus berlal
lah, bayangan dan senyum Anna be
sudah ia mulai Azam mengabaikan begitu saja bukunya. R
ai atas, Ibu dan Aya
u begitu saja. Ia
kan ke tempat semula. Merapikan sedikit mejanya yang ber
meraihnya. Biasanya Fariz ju
masuk, nomor ba
. Apakah s
i mengeti
memang s
h. Terlihat seperti tidak pernah berinte
ng tidak
anehanmu dengan berjalan-jalan.Ada pameran busana di Edel
kirkan! b
ru
a dengan kasar, asal t
ggelengkan kepala. Masih iseng, ia melihat profil yang digunakan Azam. Masih dengan style pria foto. Berjas, ber
rian, ia berlama-la
?" Ibu masuk
ngsung menyembu
lagi." J
u bisa kembali sesak seperti kemarin, tidak ada je
sudah minu
u pikir semuanya selesai?" Bu Dw
iya
enti main hpnya! Kamu ti
dibawah bantal itu Anna
nya yang masih berdiri
warna putih yang
n pu
Anna men
mari mama
pakai un
? Mau
akan pergi
"Apa kalian sudah sede
Kami bertem
pi.
a malu, Anna tidak mau mamanya bertanya banya
e M
diatas kasur empuknya. Memandangi
*
umah
an ukuran tak seberapa itu. Gadis yang cantik dengan semangat berkobar
i. Potongan kain yang diolah menjadi hiasan busana ia selesaikan dengan baik. Ia mengu
Tanya Ayahnya yang
yah, Lisya harus
entar lagi akan memberi
memecah keheningan malam
mau tidur besok pagi? Mau jadi kelelawar
pakai baju ini besok. Jad
fas, ia memijat
u tidak sembarang orang
g menawarkan undangan murah." Jawab Lisya enteng, seperti su
ian sene
nal dari banyak kalangan. Mulai fashion muslimah sampai moderm semuanya ada. Lisya ingi
ing pandang. Men
Lisya berani, tidak apa-apa kok. M
knya, Lisya. Mereka masuk ke dal
onselnya keluaran lama itu berkedip, Putri meng
kemudian tertawa dan
iri untuk besok. Warna putih lengkap dengan jilbabnya. Ia
begitupun tubuhnya penuh keringat k
agi." Ucapnya sambil bersandar di kursi memberi semangat untuk
pi Lisya bertaburan di ruangan ini. Mimpi yang sudah dirancangnya setiap hari, tia
#
ri, Per
mau ke
akan
epala. Heran biasanya kalau ke kantor juga serapi ini
g mau pulang cepa
Jawab Azam lagi sambil
an si
nyengir, kan kalau tidak pergi den
unci di tangan Fariz,
. Azam masuk di kursi depa
" Ucap Fariz se
dengan temannya kan biasanya mengajak aku." Fa