Partner Psychopath
ru saja resmi menjadi suami istri. Danial melewati mereka begitu saja sedangkan Shila tampak mengangkat gaunnya dan menyapa
i kamar
aki itu berbicara baik-baik dengannya. Dia juga orang yang mengganggu dan berisik, han
ngan langkah menghentak. Menyeret koper besar miliknya keluar dan hampir melukai kaki Danial kalau saja laki-laki itu tak segera menghindar. S
palagi kakinya. Dia terlalu lama berdiri menggunakan sepatu high heels yang tingginya 10 sentimeter. Itu menyiksanya. Dia
ingsut duduk dan menolehkan kepalanya mencari sumber suara. Lantas kakinya melangkah ke pintu balkon membuka pintu kaca tersebut dan keluar
a menggosokkan tangannya pada lengan yang hanya tertutup kain tipis. Sekali lagi kepalanya menengok
ial pasti sudah melihatnya tadi. Aish, memalukan sekali. Tidak bisakah di
anial yang telah menyebutnya demikian, tapi lelaki itu sudah masuk dan menutup pintu balkon. Shila menelan bulat-bula
mandi. Tubuhnya lelah, ingin segera diistirahatkan. Jadi, beberapa menit setelah berbaring dia
t tidur yang begitu memanjakannya. Matanya mengerjap-kerjap berusaha menyadarkan dirinya. Begitu sadar, dia terkesiap. Matanya b
gal di kamar dengan nuansa lilac. Wajahnya berubah suram. Bahkan di dalam kamarn
O
ikan dirinya yang tak membawa baju ganti dan sibuk mengumpat karena gaun sialan yang begitu sulit ia lepaskan. Terpaksa dia
saat matanya menatap keberadaan sosok lelaki yang resmi menjadi suaminya itu. Dia memb
an panas membuatnya segera memalingkan wajahnya. Tangannya menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal sekedar p
Dia menutup wajahnya yang terasa begitu panas. Sungguh malu melihat penam
h keluar kamar Shila dengan rasa malu. Shila berdecak mendengar Danial malah menyalahkannya. Namun, mendengar
ah dia melangkah keluar dan sesegera mungkin memakai pakaian. Dia membawa sling bag putih kesayangannya. Itu barang kecil, hanya muat untup pons
macbook. Shila mengembuskan napasnya mencoba senormal mungkin mengatakan pada pemuda yang tengah menyuap r
ata. Dia tidak percaya diri mengungkapkan alasan dia terburu-buru berangkat. Padahal Danial ta
dia segera berbalik menuju pintu utama mension ini dan masuk ke dalam mobil pribadi. Entah a
eruntuki ucapannya. Untuk apa mengatakan itu pada seorang supir yang tak ia kenali itu? Dia terbias
ihat dulu di mana dia akan melakukan ujian hari ini. Kalau sambil berjalan seperti ini sangat sulit melih
erlalu terburu-buru melangkah
ah menjadi tatapan terkejut meli
ni
berpakaian rapi i
gedung F. Shila hendak memprotes tadi dia segera melangkah pergi. Tidak mau m
inya pergi ke lantai delapan. Entah urusan apa suaminya ini di kampusnya. Lagipula kenapa pagi ini tidak berangkat bersama
al pihak yang tersiksa di sini. Kalau menghadapinya bersama akan semakin mudah. Ikh
spon dengan baik oleh Danial. Pemuda itu malah langsung menutup pintu padahal jelas-jelas