Contract De Marriage
u sudah membuat
!" ujar Bela, menggenggam tangan Ibu
u ju
nya. Tapi, ia tak langsung pergi dari kamar Ibunya. Bela diam berdiri, bersandar di balik pintu. Ia teringat kembali akan wajah laki-laki yang tadi ia temui di rumah sak
dalam hati. Melanjutkan langkah
a terbuka langsung pura-pura menutup matanya. Cepat-cepat
ela. Mengintip dari balik pintu sambil m
b Tora dalam hati, mend
ada kerjaan yang harus ia selesaikan hari itu juga. Di saat yang lainnya sudah tidur dan semua lampu rumah di lingkungannya itu mati semua, hanya kamarnya yang masih menyala dengan cahaya yang
itu tak lain adalah Devan. Devan yang penasaran akan keadaan Bela, menyempatkan diri
at erat. Bola matanya terlihat terluka saat menatap kamar Bela yang masih sedikit tera
telah berjam-jam mengawasi Bela, iapun m
*
kan
Diandra, kaget melihat penamp
at duduknya dan menaruh tasnya di atas meja. Dia belum sempat membuang rasa
ermasuk Bela juga. Mau tak mau dia harus mengucap
arah ke arah Bela. Dia tersenyum kecil seo
amkan matanya. Benar saja, setelah Hendrik masuk ke dalam
ng?" keluh Bela
dak tahu apa yang terjadi sebena
apa Bela denga
yang tentu saja terdengar jelas di telinga Bela karena suar
Bela, mengetuk pintu seb
sudah mempersiapkan dirinya, duduk dengan lipatan tangan
Bela dengan malas, namun te
malam!" tekan Hendrik dengan senyuman penuh arti. Membuat raut wajah Bela
i. Bohong namanya kalau dia tidak takut dipecat. D
la dalam hati. Dengan hitungan ke tiga, di
s Bela dengan senyuman leba
dari tempat duduknya sambil bertepuk tangan. Jalan me
beranianmu tadi malam?" ledek
ebarnya. Terus mundur ke belakang saat Hendrik semakin dekat ke arahnya, sampa
maksudku?" ujar Hendrik
hankan dirinya. Dia tahu, idenya ini mungkin terlihat konyol tapi inilah
t merasa lega. Sampai tiba-tiba, di akhir kalimatnya Hendrik tiba-tiba tertawa kecil. D
i. Menganalisa setiap ekspresi wajah
mbil saja!" ujar Hendrik sambil tertawa lagi. Tawanya i
nya terlihat sangat kaget sam
ntuk memabayar biaya rumah sakit. Kini dia tahu bahwa uang yang dipakai adikny
da di ruanganku!" usir Hendrik dengan nada men
apapun. Pada akhirnya keluar
t Bela dalam hat
hawatir melihat wajah Bela yang te
cap Bela menah
Diandra meras
ng saat ini terlihat memperhatikan dirinya dari bali
irnya. Memperhatikan wajah Hendrik yang tib
embesar. Terlihat sangat kaget setelah menebak gerak
nya dan keluar drai ruangannya untuk membuat perhitungan dengan Bela. Tap
Hendrik, menghenti
il salah sat
rhatiannya dari tempat duduk Bela k
poran k
ang diberikan padanya dengan arah mata
*
ntar
degup lebih kencang. Dia buru-buru kabur setelah melihat tirai di ruangan Hendrik t
ujar Diandra, mengi
rutu Bela dalam hati. Di matanya hanya ada a