Business Married
gila,
Ia sudah meyakinkan Arizo, ia tak bisa menika
gue kasih
ipun. Gue nggak bisa. Apa lo
jizat. Dia bukan wanita yang mudah di tolak, ia adalah definisi sempurna yang ada pada seorang wanita. Cantik, terkenal, kaya tentu
gak bis
" kata Arizo tenang. Zen melongo mendengarnya, setengah berpikir, meski meman
rempuan dan punya perasaan, loe nggak bisa seenakn
s kecil, bukan adik yang harus loe bela, dia wan
n dia dalam rencana loe, pernik
h luar. Matahari sudah naik, Arizo dan Zen melewat
ih jadi presdir. Loe menikah sama Aileen, hanya biar kelak jika seluruh as
buka mendengar ucapan Arizo. Ia tet
loe yang menikahi dia," ujar Arizo tanpa menunggu reaksi Zen. Kedu
yang tidak membuat rugi siapapun.
Tanpa harus mengorbankan gue,
dan ini satu-satunya jalan terba
peduliin han
isa dibaca oleh siapapun. Zen menatap Arizo, masih berusaha menjejalkan ke pikira
k menengahi pembicaraan. Evon
gh heels setengah berlari masuk ke ruangan. Langkahnya buru-buru, dan langsung seketika berhen
langsung turun membulir. Aileen menghambur memeluk Arizo, menangis sesenggukan. E
an sambil membelai punggung Aileen. Zen hanya m
an suara serak. Arizo mendorong pundak Aileen agar
ku, aku masih bisa mengingatmu da
ileen, menatap dengan sudut tajam. Zen tak tahan melihat bagaimana Aileen begitu peduli pada Arizo, namun Arizo justru ingin m
memikirkan keputusan untuk menjodohkannya dengan Aileen. Tidak mungkin ia menikahi Aileen dengan statusnya seka
**
eterbatasan Arizo membuat Zen harus menggantikannya dalam berbagai hal. Kesibukan sejena
ebih, topik itu tak dibicarakan, karena terlalu fokus dengan urusan perusahaan. Zen pun hanya bertemu Ariz
leh suara gesekan kertas yang membuatnya mengerjab bangun. Tubuhnya masih lelah dan beberapa bagian tubuhny
tanpa memandang Zen. Zen masih berusaha membuka mata dan mengusi
setelah relokasi." Zen masih mengumpulkan nyawanya. Ia menyandar di sofa, sesekali mas
Zen mendengar suara debumnya hingga membuat
ertambah dingin. Perasaan Zen sudah tidak enak, ia memilih bangkit me
ya mengawasi. Zen sengaja menghindar,
u nanya perkembangan proyek kan ?
ham, gue butuh kepastian ka
ngah ruangan. Ia duduk perlahan di sofa tempatnya tidur tadi
e harus segera punya k
ja ditegaknya. Zen tersedak dan terus batuk beberapa saat. Arizo melihatnya
alah loe... ah..." Zen sampai tak bisa berkata lagi. Arizo deng
memiliki pewaris Giantara dimasa depan
dengan tatapan dinginnya. Tak tertebak apa yang ada di dalam pikirannya. Sudut matanya yang tajam, sud
oe Aileen ada
na, tapi bukan untuk menikah sama gue. Perasaan gue sama kay
bagai CEO, dan memastikan adik gue
p Arizo yang memandangnya serius. Arizo benar-benar tak ingin mengalah dan keinginannya
"Loe menikahi Aileen, loe jadi CEO dan gue akan lenyapkan bukt
ngan ucapannya, meski terkadang ia licik. Zen mungkin percaya, Arizo akan memberikan
u takut, jika bukti itu akan bocor suatu
ebentar, "Kondisi terburuknya hanya dius
ngan Giantara, apa loe pikir akan berakhi
semudah diusir dari kota, ia sudah melakukannya sejak dulu. Masalahnya, ia berhubunga
enikahi Aileen, apalagi loe kasih posis
maunya loe
hy
, dan gue hanya percaya loe buat megan
oe bukan percaya sama gu
ya gue tumbalin loe disaat yang tep
kirannya sibuk mencari alasan untuk menolak, tanpa harus mempertaruhkan nyawanya. Ancaman Arizo tentang membocorkan sebuah bukti yang telah dirahasiakan
anya Zen. Arizo menarik nafas dan membenarkan po
ra, sudah tahu, kelak ia akan dijodohkan untuk
ga terhormat. Bak raja dengan sistem dinasti turun menurun mewarisi sejarah besar pendahulunya. Ada benarnya jika hanya orang-orang tertentu yang bisa
Zen. Arizo menghela nafas, dan menggerakan kursi roda
ngatakannya. Kali ini Zen sedikit merasa tak percaya, Arizo akan melakukan
itu perfect, apa loe nggak meras
, percayalah udah belasan tahun, Aileen melihat
njang tergerai menutupi punggung. Ia pun menyadari Aileen telah berubah dari gadis kecil ceria men
enggerakan hatinya untuk mengakui apa yang sesungguhny
merestui loe untuk menikahi Aileen, mama lo
a ucapan Arizo ada benarnya, tapi bukan itu intinya. Zen membuka
meminta restu
" Zen langsu
pecahkan masal
e waktu berfikir, gue sepertinya j
akhirnya, "Fine, just remem
ke
ikahan ini, terlepas bagaimana ibu
udian Arizo menggerakan kursi rodanya keluar ruangan Zen. M
ia sampaikan. Ia teringat mamanya, yang jelas akan sulit menerima Aileen seb
rjanya. Ia membuka perlahan laci bagian
ukan mamanya yang duduk diatas kursi roda, tersenyum dengan mata berbinar haru menatap kamera. Di sebelah kanannya, dirin
dadanya. Bagaimana ia menjelaskan pada Arizo, alas