Dia, Lo, Gue
tidak terlalu ramai. Kafe bernuansa putih dengan hiasan banyak pipa menjulur dicat b
ng handal, Cha. Aku mau cobai
anti bisa nyobain pancak
in
ting dingin. Lagi nggak
ja." Arga melangkah menuju kasir, memesan makan
rga. Tidak biasanya Arga mengajak bertemu lebih dahulu. Selama ini, Mik
jawabanmu. Nanti, tunggu makanan dateng, baru kit
tahu." Arg
embari menunggu pesanan datang. Tak berapa lama, makanan
ni pancake oke ba
pit di antara telunjuk dan ibu jari. Dia potong
k terlalu manis, terus madunya itu yang
at mulai mengambil ancang-ancang untuk berdiskusi. Terlihat dari
a, tapi memang tidak berhasil. Bukan soal kamu, masalahnya memang di aku. Bisa dibilang, kamu
bisa cinta sama aku.
n aku,
asa tidak enak. Dia tahu, gadis di hadapannya ini terluka.
rhasil, ya kita tetap jadi teman, kan?" Mikha berusaha keras menahan embun panas untuk tidak metahu bahwa akan sesakit ini, mungkin lebi
a maaf, ya." Melihat ekspresi mendung
um. Senyum yang sangat dipaksaka
an gundah sendirian. Gadis berhidung mancung dengan wajah kearab-araban itu me
a sakit walau sudah dia persiapkan. Hati tidak bisa dibohongi. Kehilangan sesuatu atau
rga setelah hati sedikit lebih tenang. Tidak banyak, hanya
ah wisuda?" Mikha mencob
ik bertanya. Dia sedikit curiga melihat mata Mikha memerah. Arga yakin, gadis berkulit putih mulus ini habi
ti berunding lagi sama orang tua. Kalau nggak lanjut
ri-cari kerja sampingan. Situasimu berbeda dengan aku. Aku harus kerja
an uang pensiun untuk tabungan pendidikan selain membayar tagihan rutin seperti listrik, air, juga biaya sekolah serta uang saku ke
jadi pria mapan, seperti yang diinginkan Melia." Mikha tersenyum, menutupi ra
u. Aku juga yakin, kamu akan jadi orang sukses. Setidaknya, bisa jad
nada perpisahan. Ah, ini seperti lagu kematian. Terdengar indah, kalima
mpi dia untuk bisa menjalani hidup bersama Arga, sudah musnah. Semua harapa
ahagia, juga berhasi
tai Arga dan berharap hal baik untuk pemuda itu. D
k kamu selalu. Semoga berhasil dengan s
n perasaan lega karena masalah mer
ketemu, ya." Mikha mema
rikat dengan pekerjaan dia sendiri di Yogyakarta. Pasti aka
sa saling berkunjung kok, Cha. Yogya Semarang itu kan nggak jauh juga. Kamu kayak mau p
nya memberimu ruang untuk sesaat agar bis