Istana di gemparkan
a kecil. Keluarga satu-satunya. Ayah dan ibunya telah meninggal karena kecelakaan. Han
ejujurnya, ketika ia mengingat semuanya. Ia ingin bert
Bram meme
berusaha ia tahan. Kini harus turun deras.
gorokannya terasa tercekat. Ia menghapus a
i yang tak lagi kencang itu, di umur yang se
indukan sosok kedua orang tuany
ya
e
e
e
tinya berdenyut nyeri. Entah sampai kapan kebohongannya te
har
tuanya. Tangan kanannya terulur ingin membangunkan sang su
nannya yang melayang di udara. "Dari awal dia tidak
an hati mu, jika pun di satukan kem
ia melangkah kelu
siap di lantai bawah menunggu
l,
g, namun sosok yang ia car
, Om. Jadi aku tid
ada sesuatu yang mengganjal
una melihat ke luar jendela. Ia memikirkan sang paman yang tahu dari mana perselingkuh
antunya belum baik. Andai kata, bahwa keduanya masih ada rasa canggung
tu meminggir. Aluna dan Om Bram tur
batu nisan yang bertulis nama sang ayah dan di sampingnya sang ibu.
meluk batu nisan itu, mengusap dan
Al. Dampingi Al, Al takut melang
engusap kedua air matanya. Kemudia
h kalimat dengan harapan doa dari kedu
asa-masa yang penuh kenangan. Aluna berdi
n di tem
angun, dia melihat jam tangan di atas nakas. Terny
mandi untuk mencuci muka. Lalu mengusap
nya, kemudian bergegas ke bawah. Namun sesampainya di bawah. Dia tidak melihat siapa pun
g pelayan. "Apa kamu me
an Bram dan Nona Alun
ana
. Langkahnya mondar mandir da
masuki area pekarang. Aluna dan Om Bram t
a Alden t
enunggu
una. Kedua matanya membengk
l.
memilih pergi dan tak ing
a trauma, tangan itulah yang pernah menamparnya, hingga ia merasakan panas dan perih di pipinya. Suatu perbua
asih melayang di udara. Kem
otor," ucap Aluna menekan. Aluna langsung menuju k
k di hatinya. Namun ia tidak ambil pusing,
an kedua matanya, mengingat semuanya, ia tidak bisa mengendalikan emosinya. Meskipun
pai selesai. Di buka pintu kamar mandi itu, menu
, aku kira di
lemari, mengambi
kas. Melihat ke arah Alden yang masih tak bergeming, Al
una. Dia kembali menuju kamar mandi u
ia
itu, sebuah tanda yang m
sih tidak
arah pintu. "Oh, hanya pan
angkatlah. Bisa saja itu
h itu seraya menuju ke balkon. Mengangk
ak
idak masalah dan
, mengambil sebuah
y
k oleh anak panah, A
kembali." Alden berniat akan menjelaskan pa
embaca majalah itu. "Kalau bisa jangan kembali." Gu
ya dan mengatakan kalau dia sakit perut. Sesampainya di Apartement, dia langsung men
senang. Alden langsung sigap
di periksa dan mengatakan pada sa
kamu bisa
dah mengatakan pada Alun
an dari Alden. "Apa kamu keberatan
i rumah Om Bram. Aku tidak bisa meninggal
amu tampa
f, bicara agak keras saja kadang sudah menangis dan mengataka
mau tahu, di hari ulang tahun pernikahan yang ke tiga tahun, aku
lembut. Iya atau tidak
artementnya. Setelah itu dia mengecup sang istri dan mengelus
keluar, dia melihat jam tangan di l
dalam Mansion itu sudah tidur. Alden berjalan mengendap-ngendap, lay
ang, ia melihat sang istri tela
matanya setelah merasa orang di sampingnya berbaring. Ia menoleh ke belakang dan melihat laki-laki yang memungg
lantai dari pada aku ti