Cinta dunia akhirat
as sekali untuk bangun dari ranjang besar nya. Mata nya masih terpejam erat, tanga
n berat hati ia membuka matanya untuk kembali mencari ponse
al
erhubung di telinganya. Sheva mengucek mata ny
tante Rika. Maaf
ebelah sana uang me
ena takut. Ia baru ingat bahwa hari ini adalah hari pertama nya setelah vakum untuk sementara usai pern
ding kamarnya. Ia menutup matanya sebentar setelah
sama aku nih. Udah jam segini a
tidak kurang tidak lebih. Dan sekarang sudah jam setengah tujuh tapi kamu belum menampilkan batang hidung mancung mu itu. Kamu kemana Sheva?" Ujar tante Rika p
ang Sheva mau siap-siap dulu deh tante. Mumpung m
a Sheva! Ya sudah lah. Sekarang cepat kamu siap-siap jangan sampai produk i
panggilannya. Panggilan terput
selnya di atas nakas. Dengan tergesa-gesa ia masu
**
fresh lalu Sheva mulai merias dirinya dengan cepat tanpa berla
elah semua ia masukkan ke dalam kotak itu, ia menentengnya untuk ia bawa ke lokasi untuk p
arah Bibik lalu menahan lengan Bik Reina secara tiba-tiba yang membuat Bik
n? Ngagetin
a sambil meng
ibik?" Ujar Sheva dengan lembut yan
mengangguk
a. Apa yang bis
ya, Bik. Aku udah gak sempet masak karena uda
s hijab sampai bawah kaki. Bik Reina bingung. Tak biasanya nona muda
tugas dari nona. Tapi Memang nya non Sheva m
pemotre
tih di teko yang dituang ke gelas putih bening. Setelah cukup membasahi tenggor
a ya, Bik tolong buatin Jino sarap
sa-gesa ia berjalan menuju garasi mobil di rumah nya dan bergegas pergi me
**
ersihkan rumah. Masakan buatannya sudah di tata rapi di atas m
tidur. Tangan kekarnya digunakan untuk mengucek mata nya yang membuat Jino terkesan lebih imut tak seperti biasanya y
sembari menunduk hormat. Jino mengangguk tanpa mengucap satu pat
uk di kursi yang di sediakan. Ia meminum su
tar seperti mem
akan. Biasanya Setiap hari selalu nunggu gue di meja
engusir pikiran nya tentang Sheva. I
Jino mengerinyit. Ia menatap Bik Reina yang sedang menc
ik
hentikan aktivitasnya sebent
apa t
hormat sambil
akan sia
buat Bik Reina bergidik ketakutan kar
an say
no masih bisa mendengarnya de
ino. Ia mengerinyit lalu berusaha menor
k padahal di dalam hati ny
beda. Lagian Tumben
lanjutkan aktivitas makan nya. Jino sibuk dengan sendok dan garpu ny
non Sheva lagi
ng lagi-lagi membu
dia gak nunggu gue di me
jar Jino sambil mengangkat dagu nya pertan
ke dapur unyuk melanjutkan kegiatan menc
*
l-sengal. Ia menghampiri tante Rika yang sed
itu bergergas pergi untu
rlambat. Pemotreta
. Kita lagi nunggu m
ingatnya produk kali ini Sheva tidak m
el l
di balas anggukan
Mode
e Rika den
Sedetik kemudia
mbil meletakkan tas make up nya di salah satu meja dekat kursi te
itu
ika. Di depan sana tak jauh dari posisi tante Rika berada telah ada satu sosok pria gagah yang memiliki
angannya ke arah lain saat tata
Rika mengisyaratkan Sheva agar mendekat dan berkenal
ini model pria yang Akan menjadi t
yang di balas ang
er
ngan Sheva. Pria itu menatap Sheva sambil tersenyum sedangkan Sheva hanya ber
ukannya di depan dada karena tak mau bersent
he
ambil menurun
va adalah perempuan yang mengerti ajaran agama ter
emotretan nya akan di mulai." Ujar tante Rika lalu
sudah menjauh. Ia kembali menoleh ke arah Vere
dalah objek yang paling indah untuk ia tatap. Senyuman nya
duduki. Verel juga memutuskan untuk duduk di ban
begitupun dengan Verell yang sesekal