All This About You
I. Pen
ngambil yang baik, dan akan diganti dengan yang
sudah gak lagi kesepian. Ada Yansi teman baruku, yang gak
nya Bunda saat melihat
jahitan yang numpuk," jela
meletakkan piring yang berisi singkong
melihat singkong rebus buatan Bunda. "Makasih
Bunda tanpa
ya Bunda, tiba-tiba saja hpku be
m, Kak. Kak, Yan
tentang abangnya. Aku sangat suka saat mendengar ia bercerita tent
arohmatullahi wabarok
, ia langsung
ya saat baru kua
ulu, Dik,
an udah,"
aku heran. Biasanya, dia a
i dikasih pertan
ntusias. Ini yang aku suka, abangnya itu suka
adiknya usianya 2 tahun. Jadi, kalau Ahm
n percaya diri 100%. Ah ke
Yansi jawab seperti i
ditipuin itu
Yansi cukup nyari
ria, sepertinya
pu, ya?" ta
pu a
u." tuturnya. Ah, malunya ak
?" tanya abangnya den
antis. Aku mengipas-ngipas wajahku dengan kain perca, rasanya sangat panas. Ah, aku ingin terbang
wabannya 50, ya 'kan
hutku deng
sama Yansi pertanyaan, Di
atau Yansi? Aku 'lola seketika, gak
ucap Yansi yang
ah, Bang," sah
bilang Yansi?" tany
alau usai Ahmad 100 tahun, maka adiknya berusia?" jawabku meng
jawab berapa?"
ng." Aku menjawab denga
ke. Kenapa 50 t
Ahmad setengahnya," jawa
dibohongi 'kan, Kak." sahut Y
a. "Kok bisa usia adiknya Ahmad setengah
utku, tanpa sengaja keluar kata Ma
n, abangnya Yansi ma
aku. Aku mulai ragu
baik," ucapnya yang sebisa mu
hut kami k
ahun, usia adiknya, ya 98 tahun. Jangan dikurangi setengahnya, tapi harus dikurangi
a lepas, akibat kebodohanku. Aku
Kak?" tanya Yansi ya
in tertawa. Ternyata, Yan
Aku udah gak sanggu
il aja bisa salah. Tapi, lumayan juga game ini, cukup menga
ng luar biasa. Selain bisa belajar dengan asik
*
man Aisyah, mengunjunginya, karena
rikan. Seharusnya, aku tidak berpikir buruk dengan Engkau, hanya karena engk
di sana? Aku selalu mendoakanmu." Tangi
di dunia ini tidak ada yang seti
anpa melihatnya. Aku masih asik me
agar aku manatapnya. "Aku juga ak
eperti Iqbal?" tan
akanya, Aisyah mengajakku melihat senja di so
k untuk kita, hanya singgah sesaat, di
kku. Kesal, gak nyambung banget, k
akukan?" tanya Aisyah dengan serius. Me
u pergi, karena aku gak suka
Aisyah, gak n
ganku. "Nanti ada yang nyeritai yang tidak Kamu suka. Kamu
aku, ngejek aku," timpalku, tapi kena
akan pergi. Tapi, jangan sampai ini semua kita jadikan alasan untuk menutup hati." ucap Aisyah dengan sep
eperti Kamu," aku menggeleng-gelengkan kepala, menolak ucapan Aisyah, yang kat
sesuatu, kecuali akan menggantikan dengan yang lebih baik," Aisya
ama buang angin, tadi?" ta
enggaruk-garuk kepalanya, yang aku rasa itu gak gatel, ha
ambil memeluknya. Biarpun dia gak nyambung,
emua orang yang datang untuk memberikanmu senyuman. Dan, tola
kanku, "aku boleh ju
" sahut
ung, bener deh," ucapku. Kesal,
ang a
alik. Di senja yang mulai hilang itu, kami terus berlari. Melepaskan beban sambil tertawa lepas. Emang
bersama Aisyah gak
karena aku berhak bahagia. Jadi, Kamu juga bahagia, ya di sana. Karena aku di sini juga u
urga yang terbaik juga. Aku pamit, ya. Doaku tak pernah tinggal untukmu," Aku bangki
ku lupakan. Sangat penat ternyata, hidup dalam kesedihan. Padahal kesedihan itu se
apa Iqbal bers
mbil tersenyum kep
" tanya istri Iqba
utku yang 'tak kalah tersenyu
berduka cita ya, Ka
menganggukan kepala. "
cap Iqbal, yang hanya aku balas dengan anggukan. K
menjamin kepelaminan, bisa s
erat. Dan menyeruput kopi, y
ih baik darinya, yang lebih tampan darinya, yang lebih-l
*
V. Pri
ntang dia yang berhasil membuat kita nyaman. Karena
hammad Abqary -- Abang Yansi --. Yansi sering cerita tentang Mas Abqary, ternyata ia seorang pr
rtiannya. Ia sangat peka dengan sifat adiknya itu. Yang gak kalah mena
yang tengah dimabuk asmara. Tapi sayangnya, ini cinta sendiri
egur Bunda. Ah, merusak lam
dah jelas-jelas aku tertangkap basa yang tenga
" tuduh Bunda dengan tat
ang?" tanyaku mengela
pacaran lagi!" ucap
jauh," ceplosku. Aku langsung me
iapa?" tanya
isa gak akan pacaran lagi. Janji!" ucap
ncam Bunda yang in
," sahutku, kembali
ap Bunda dan pergi meninggalk
. Hati-hat
" ucap Bunda, m
celingukan, mana tau ada b
"Ini baju Bunda, jahitkan," Bunda
Bun," sahutku mene
ucap Bunda sebel
a. Pekerjaanku ya menjahit, gak pernah kerja di tempat orang. Bisa dibilang, aku kurang tau banyak tentang dunia luar. Ya, k
gumamku sambil melirik hp, ya
l aja, dia," Aku segera mengambi
sa, Yansi
a, D
dibaca, ia lang
abarokatuh, Kak Manisa," ucap Yans
rokatuh. Ada apa ini? Kok kedengerannya
qary," ucapnya sa
rasanya aku bahagia kalau Yansi m
ap Yansi yang mengambang, me
apa?" tanyaku
ah di rumah, gak bisa dibilangi. Ja
na? Terus, kenapa Abang nangis?" tanyaku tanpa sepasi, aku u
kelewatan sih," sahutny
erus?"
as pohon jambu...," ucap Yansi ngambang, akibat ketawa.
a?" tanyaku,
a ke sana ke mari, nyari naik motor, ya tetap gak
" Bisa kupastikan, kalau nada sua
dah panik kali sampai nangis." Y
si, kasian tau
arrin,"
ada salah apa? K
ak gak boleh tau. Nanti, Kakak ngomelin Yans
u, main
il, udah dulu, ya," sahutny
aku sangat senang, karena Yansi mau berbagi c
*
elesai sholat dzuhur, aku berdoa kepada Allah. Menyampaikan semua i
bah hanya manusia biasa. Hambah sekarang tengah jatuh cinta Ya Rabb. Hambah memohon kepada Engkau, untuk hilangkan perasaan ini, jika dia bukan jodoh hamba, dan j
gi. "Berilah hamba jalan yang terbaik Ya Rabb. Terima k
, aku ingin ia--Mas Abqary melamarku dengan segera. Apalagi umurku yang sudah matang, banyak tem
kah-nikah, sama kaya Kak Manisa," ucap Yansi.
sahutku. Sangat gampang emang berkata sepert
cocok buat nikah b
Dik," Aku tertawa sendir
mi Kakak k
s Abqary,"
seperti Kakak. Kakak adalah idaman untuk jadi Kakak, Kakak
elku. Bukannya malu, aku mala biasa
k kaya Kakak," sahutnya, mengaba
itu?" tany
Kakak itu bai
yang gak mau s
u sama siapapun. Di
kelihatannya Mas Abqary baik-
mau cerita. Ini
ak apa. Semoga, suatu hari nanti, ada orang y
Aamiin," sa
ku. Ah, aku suka banget keceplosan. Mal
n sama cewek. Jadi, Yansi punya cara l
rasa maluku tertutup dengan ras
sekarang,
yaku. Gak sab
ah, mikirin, gimana caranya bisa ch
. Aku masih berharap sampai sekarang, tapi
Yansi gak lupa
Gimana, Kak. Pesanan baj
gak kukenal di Whatsapp ku. Aku mulai berpikir, baj
aksud Yansi dengan pembahasan yang dulu kal
nya. Ah, Ya Rabb bahagia banget hamba.
s isi pesan ini. Ah, aku keringatankatuh. Oh iya, Dik, masih Kakak buat, ya.
an baju apa
rcaya, bisa chattingan dengan Mas Abqary.
e saya. Ini nomor barunya Yans
udaranya,] balasnya yang m
ku terus mengatur napas
, kok
saya Ma
nyak cerita tentang Kamu lho. Terima kasih
apa? Jangan sampai iya bicara sifatku yang suka ngomong dengan asal ini. Apala
an dengan Manisa. Katany
ega, saat Yansi tidak membicar
sa aja, justru dia yang sangat b
ng baik, yang mengata
ehe
isa aja, ya. Soaln
as. Tapi, saya ju
, tapi tu
ya
ada kerjaan, saya tingga
Terima kas
ahagia yang gak pernah kurasakan sebelumnya.
gin dilamar Mas Abqary. Pria idama
*
rapan yang
menampung air menggunakan jaring. Suda
terjadi saat ini. Aku selalu berharap semua ini hanya m
a mengerti dengan maksudku. Tapi, Bunda mala cuek
in melamar Manisa?" ta
na aku gak kenal mereka berdua. Eh, datang langsung melamar. Iya sih, mereka ganteng, apalagi M
ahutnya dengan ramah dan lembut, "saya tau Mbak Manis
elototi ia, agar pergi tanpa diusir. A
lah langsung datang ke rumah untuk melamar." Bunda terus memuji pria itu, yang membuatku merasa tersindir karena pernah p
an di sisi Allah," sahutnya, yang semangkin membuat aku geram.
utuku dalam hati. Kenapa sih, gini amat hidupku. Apa aku gak pant
anisa," sahut Bunda yang membuat aku
n, semuanya ibuk serahkan sama Manisa. Karena Kamu berdua y
anis. Mas Ahmad menatapku dengan agak segan, sekali dua
Mbak jawab, saya akan terim
a terus menatap matanya. Bagaikan
n keputusan," sahutku diluar kendaliku. Aku sama sekali gak ingin mengatakan ini, tapi kenapa terucap
ng terbaik, untuk Mbak dan untuk saya," tuturnya, yang me
lau aku perlakuan tidak baik. Sedangkan ia, pria yang sangat sopan. Toh, ia juga datan
suguhi air minum. Karena Bunda yang sangat bahagia menerima ke
sungkan, "saya lagi puasa," lanjutnya dengan su
menatap Mas Ahmad deng
yang ke dua, Buk," ucap Mas Ahmad memperkenalkan adiknya itu, y
a Muhammad Alvan," ucapnya memp
unda berbunga-bunga. Sedangkan a
tersenyum manis. Mereka berdua
i izin pulang ya, B
banget," s
cengengesan
, ya. Besok, jangan lup
*
ood untuk melakukan aktivitas. Aku hanya terdia
u dan melepasnya. Karena terasa panas
tolak saja langsung, tanpa memberikan harapan ke Mas A
asuki kamarku dan du
u segera bangki
Nak Ahmad?" tanya Bunda. Ah, berarti, ra
Kulihat Bunda sambil tersenyum garing, bingung mau jawab apa. Di si
" tanya Bunda. Ah, lagi-lagi
ab jujur, nanti aku malu sendiri, karena sudah berharap sendiri. S
?" tanya Bunda. Udah ah, Bunda jadi duku
nggu, gak tau kalau aku suka dengannya," jelasku. P
a, "sedangkan sekarang, sudah jelas ada pria yang baik tenga
et, Bun," rengekku. Aku berharap, Bunda bisa mengert
ketika aku berharap Bunda peka,
ia," ceplosku. Alhamdu
alam diam. Emangnya, kamu yakin, dia seperti Ali Bin Ab
kan Bunda. Aku juga gak seperti Fatimah anak Rasulullah,
silahkan ditunggu. Tapi, jangan sedih ya,
a coba yang mengenalkan Manisa ke Mas Ahmad? Atau jangan-jangan
a Bunda gak terima
pa?" tanya
memikirkan siapa yang mengenalkanmu. L
a, B
, lah orangnya udah pulang malah lupa
luar kendali Mani
unda dan beranjak
ekku. Aku belum selesai bi
" sahut Bunda yang gak
ngomong sama
sendiri," sahut Bunda. Ah, Bund
u. Aku jadi heran, kenapa Bunda ngebet banget, aku menikah dengan
adanku ke kasur, menikmati rebah
cana Engkau di bali
enapa gak pernah indah? Apa aku harus ganti nam
. Ah, kenapa aku ngasih waktunya cuma sehari? Coba aku k
nya aku gak kenal dengan Mas Abqary, pasti
about You
*