Istri pilihan sang CEO.
uk duduk sejenak di cafe langganan mereka, sekaligus mem
a, wanita itu memang kurang nyaman k
erlalu lama di Keramaian, Dia juga kadang merasakan cemas yang berlebihan seakan dia sedang diintai oleh m
dia tahu Icha seperti apa tetapi di saat seperti ini mereka akan bersikap layaknya orang
a." Icha memasang wajah cemberutnya, berharap
rang kamu harus membiasakan dirimu dengan lingkungan sekitar
lah Cha, please mau ya!" Mimi turut memohon
tetap di buat cemberutnya. " Kalian
s itu pun meninggalkan tempat mereka, kemudian menuju cafe yang berada tida
g menjadi favorit mereka di cafe i
lengkung sempurna. Karena dengan begitu kedua sahabatnya itu tidak akan bisa menaha
galkan kedua sahabatnya itu tetapi baru beberapa langkah. L
OP. Jangan telat ya Icha sayang, Nanti Mimi akan menjemputmu." Ucap Nadia dengan santainya sembari
a itu dengan wajah yang di tekuk dan bib
awai sahabatnya itu dan sedikit bersyukur! Setidaknya Icha sudah mulai terbiasa
, kejadian kelam 10 tahun yang lalu, begitu b
, Bahkan hanya Mama Icha yang bisa mendekat kepadanya. Setiap hari dia hanya terdud
emuanya mulai membaik, Icha mulai mau bersekolah lagi tepat ketika di kelas 2 SMA, walaupun tidak pernah keluar kelas, Jika kebelet atau ada yang ingin Icha lakukan pasti kedua sahabatnya itu akan ada di seki
Seru Icha ketika melihat Nadia hany
ngar suara Icha " Sorry Icha sayank." Ucap
Icha " Kesambet baru tahu rasa." Icha terus mend
rin,
gelap." Ser
Nadia yang baru sadar kalau
arah Mimi yang tengah berbicara dengan orang yang
i Icha hanya membuka kedua tangann
nggu disini aku s
kut Nad." Icha langsung memeluk leng
pi Icha tidak menjawab dia terus memperkuat pegangannya pada lengan Nadia.
u." Tolak
an mulai lagi." pinta Nadia sambi
hirnya Nadia memilih mengalah dan menun
i meja itu, Dari penampilan mereka dapat Mimi simpulkan kalau mereka adala
tu. " Maaf jika saya mengganggu waktu om dan mas-mas sekalian." lanjut Mimi lagi
Tanya salah satu di Antara mereka, tidak ada senyum di wajah
ami, karena saya tidak punya waktu untuk bermain-main, sama seperti anda."
na mungkin saya mau menganggu waktu kalian! nggak penting banget." Ucap Mimi
ing kita, kenapa jadi kamu yang marah sih harus disini kita
rbuatan Mimi barusan, sebab lelaki yang di katai Mimi bukanlah orang sebarang
ap Nadia penuh penyesalan. Nadia dan Icha yang sejak tadi berada di luar ca
gsung berkerut, beli lagi jari-jari yang mengepal pada ujung baju yang di kenakan Nadia, tangan itupun sedikit bergetar sambil meremas ujung baju Nadia, wajahnya