icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Zannia dan Semestanya

Bab 3 Sebuah Perpisahan yang Didambakan

Jumlah Kata:3143    |    Dirilis Pada: 22/04/2022

30

lunya merupakan gadis pemalas. Hidup di negeri orang menuntunnya menjalani kehidupan yang lebih sehat, disi

Biar tidak gugup katanya. Semalam Hyun Bi mengiriminya pesan terkait tiket keberangkatan yang Zannia minta. Karena ke

ri ini ia juga membuntuti Zannia tanpa sebab yang jelas. Tidak seperti biasanya remaja laki-laki itu bertingkah demikian. Perka

, Zan

kis indah. Napas tersenggal juga peluh bercucuran. Keduanya be

buat hubungan mereka menjadi dekat. Percayalah. Zannia disuruh ikut andil oleh seniornya dengan alibi

ana kabarmu?” Beramah tam

way, temanmu tidak ikut joging?”

tah itu dengan mengatai Zannia bau badan, jelek tanpa make up, dekil, dan masih banyak alasan lain lagi. Beberapa kali Zannia pernah memergo

nya tuk bekerja sama. Hanya saja, ia menyayangkan sikap bodohnya yang mempercaya

Zannia menjawab malas, “Dia sedang

ngan? Maksudku, dia

a keperluanku. Tidak mung

mungkin dia rela mengotori tangan indahny

Jika aku bersanding dengannya, apakah kami cocok?” Kemudi

Wajah itu sangat tidak cocok

kungku? Kamu membua

udian berpose seperti tadi. Kamu akan tau peras

itu tertawa di belakang. Daripada temannya kian merajuk, Zanni

dengan Jun Bi.” Seketika, w

Zannia menga

untuk mendekatkan kalian

nap

berada di Korea. Jadi aku hanya bisa berdoa semoga kalian cepat

R

it terhuyung dan cepat mengimbangi. Terkejut mendapat serangan

mengelus punggung t

napa kam

a? Apa aku berbuat salah padamu? K

demikian mendengar kabar kepergiannya. Ia kira, mereka yang mengenalnya di negeri i

cap, “Jangan menangis. Aku hanya pergi sebentar. Kita masih bisa ber

jauh, Zannia! Kamu pikir, jarak antara Indonesia ke

an belum pernah bep

i mana tempat tinggalmu nanti! Akan a

ni sangat mirip dengan anak anjing yang hilang.

Waktunya kita berangkat ke sekolah.” Kemudian ia melambai sembari menjauhkan di

air matanya. “Nanti kuba

i pandangannya. Terlalu sayang. Yoona menganggap Zannia seperti keluarganya sendiri. Terle

a ada keinginan untuk menjalin hubungan baik dengannya. Dugaannya tidak pernah sal

_

di sekolahnya selalu memakai toga, kali ini rasanya berbeda. Sembari mendekap erat sebuah ijazah ya

as kelulusa

as kelulusa

semua temannya yang mem

Bi yang membuat Zannia semakin lama semakin risih karena terus diikuti oleh mereka. Dua sejoli itu sangat coc

ia memperingatkan. “Berhenti membuntut

e kamar mandi.” Zannia bersede

iku sejak tadi.

tawa. “Aku hanya ingin ber

protektif sek

. Bukannya aku sudah bilang

a. “Apa salahnya aku ingi

menambahkan. “Kamu boleh mengikutiku, tapi tolong beri aku ruang juga. Aku ris

palanya. “Maafkan aku, Zannia. Aku tidak akan mengul

dak berbalik, ia teringat sesuatu. “Oh ya, bagaimana jika kamu gunaka

tap Zannia dengan tatapan berbinar seperti biasa. Agaknya, temannya itu amat menyu

a sekali. Terim

elalu menjadi prioritas. Setidaknya dengan ini Zannia bisa terbe

erkataannya tadi. Tanpa diduga, ternyata Yoona terus menempeli Jun Bi hingga a

an juga. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk pulang tanpa sepengetahuan mereka berdua kemudian meno

ingat mendiang orang tuanya. Rindu. Zannia merin

Sekadar menaiki bus atau kendaraan lain rasanya enggan meski mempunya

g, tapi tidak hujan. Sangat

dian ia berhenti. Berteduh di bawah pohon tak berbuah yang daunnya lebat. Duduk di bangku

n damai. Terbuai. Zannia tidak sadar jika kelopak matanya sam

kembali terbuka. Sosok pria dari arah samping tampak meminum minumnya den

sona dengan ket

a bersirobok dengan mata kelam milik pria itu. Merasa de javu. Kem

kisah hidupnya sewaktu berad

mpak lucu di mata pria itu. Kemudian tangan

nya kita saling mengenal sat

u. Ia balik bertanya, “Sepertinya kamu salah

mbali bersuara. “Rupanya aku mudah sekali kamu lupakan, Nona. Ah … aku s

akin dibua

temu bukan karena sebuah kebetulan

awab dengan suara lantang, “Ak

_

30

lunya merupakan gadis pemalas. Hidup di negeri orang menuntunnya menjalani kehidupan yang lebih sehat, disi

Biar tidak gugup katanya. Semalam Hyun Bi mengiriminya pesan terkait tiket keberangkatan yang Zannia minta. Karena ke

ri ini ia juga membuntuti Zannia tanpa sebab yang jelas. Tidak seperti biasanya remaja laki-laki itu bertingkah demikian. Perka

, Zan

kis indah. Napas tersenggal juga peluh bercucuran. Keduanya be

buat hubungan mereka menjadi dekat. Percayalah. Zannia disuruh ikut andil oleh seniornya dengan alibi

ana kabarmu?” Beramah tam

way, temanmu tidak ikut joging?”

tah itu dengan mengatai Zannia bau badan, jelek tanpa make up, dekil, dan masih banyak alasan lain lagi. Beberapa kali Zannia pernah memergo

nya tuk bekerja sama. Hanya saja, ia menyayangkan sikap bodohnya yang mempercaya

Zannia menjawab malas, “Dia sedang

ngan? Maksudku, dia

a keperluanku. Tidak mung

mungkin dia rela mengotori tangan indahny

Jika aku bersanding dengannya, apakah kami cocok?” Kemudi

Wajah itu sangat tidak cocok

kungku? Kamu membua

udian berpose seperti tadi. Kamu akan tau peras

itu tertawa di belakang. Daripada temannya kian merajuk, Zanni

dengan Jun Bi.” Seketika, w

Zannia menga

untuk mendekatkan kalian

nap

berada di Korea. Jadi aku hanya bisa berdoa semoga kalian cepat

R

it terhuyung dan cepat mengimbangi. Terkejut mendapat serangan

mengelus punggung t

napa kam

a? Apa aku berbuat salah padamu? K

demikian mendengar kabar kepergiannya. Ia kira, mereka yang mengenalnya di negeri i

cap, “Jangan menangis. Aku hanya pergi sebentar. Kita masih bisa ber

jauh, Zannia! Kamu pikir, jarak antara Indonesia ke

an belum pernah bep

i mana tempat tinggalmu nanti! Akan a

ni sangat mirip dengan anak anjing yang hilang.

Waktunya kita berangkat ke sekolah.” Kemudian ia melambai sembari menjauhkan di

air matanya. “Nanti kuba

i pandangannya. Terlalu sayang. Yoona menganggap Zannia seperti keluarganya sendiri. Terle

a ada keinginan untuk menjalin hubungan baik dengannya. Dugaannya tidak pernah sal

_

di sekolahnya selalu memakai toga, kali ini rasanya berbeda. Sembari mendekap erat sebuah ijazah ya

as kelulusa

as kelulusa

semua temannya yang mem

Bi yang membuat Zannia semakin lama semakin risih karena terus diikuti oleh mereka. Dua sejoli itu sangat coc

ia memperingatkan. “Berhenti membuntut

e kamar mandi.” Zannia bersede

iku sejak tadi.

tawa. “Aku hanya ingin ber

protektif sek

. Bukannya aku sudah bilang

a. “Apa salahnya aku ingi

menambahkan. “Kamu boleh mengikutiku, tapi tolong beri aku ruang juga. Aku ris

palanya. “Maafkan aku, Zannia. Aku tidak akan mengul

dak berbalik, ia teringat sesuatu. “Oh ya, bagaimana jika kamu gunaka

tap Zannia dengan tatapan berbinar seperti biasa. Agaknya, temannya itu amat menyu

a sekali. Terim

elalu menjadi prioritas. Setidaknya dengan ini Zannia bisa terbe

erkataannya tadi. Tanpa diduga, ternyata Yoona terus menempeli Jun Bi hingga a

an juga. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk pulang tanpa sepengetahuan mereka berdua kemudian meno

ingat mendiang orang tuanya. Rindu. Zannia merin

Sekadar menaiki bus atau kendaraan lain rasanya enggan meski mempunya

g, tapi tidak hujan. Sangat

dian ia berhenti. Berteduh di bawah pohon tak berbuah yang daunnya lebat. Duduk di bangku

n damai. Terbuai. Zannia tidak sadar jika kelopak matanya sam

kembali terbuka. Sosok pria dari arah samping tampak meminum minumnya den

sona dengan ket

a bersirobok dengan mata kelam milik pria itu. Merasa de javu. Kem

kisah hidupnya sewaktu berad

mpak lucu di mata pria itu. Kemudian tangan

nya kita saling mengenal sat

u. Ia balik bertanya, “Sepertinya kamu salah

mbali bersuara. “Rupanya aku mudah sekali kamu lupakan, Nona. Ah … aku s

akin dibua

temu bukan karena sebuah kebetulan

njawab dengan suara lantang,

_

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka