Mengandung Bayi Bos
jadi wanita mala
s. Aku melirik gembor (tempat menyiram tanaman) di tangannya. Ya, ampun, memangnya aku bunga mawar. Terny
pa sekara
memutar bola matanya, lalu berjalan ke arah jendela dan membuka go
r di rumah itu. Kamar dengan ranjang yang besar dan empuk. Saking nyam
jam dinding. Ternyata, posisinya
sudah jam se
Wajar, sih. Kamu pasti belum pe
ak," jaw
dan merapikannya. Setelah itu mengambil han
e mana
-siap kerja, Mbak
h hotel di sana, tolong kamu
nya sudah ada yang be
ia saya tugaskan hanya membersihkan
tujuh pagi. Sepertinya, aku bisa selesai sebelum
i ... tolong izinka
jahnya, mengisyaratkan bahwa
asih. Say
amar mandi. Tak jauh, aku melihat keberadaa
apa,
ndi." Aku celingak-celi
ruang makan, sebelah kirinya itu
Ngomong-ngomong, ibu mertuaku sepertinya orang baik. Dari cara bicaranya
tapi pintunya tertutup. Sep
di balik pintu. Ia memakai handuk putih sambil mengacak-acak rambutnya. Aku langsu
i bawah tangan, ia sudah keluar dari kamar mandi dan melewatiku. Huh, memang kamar
ah, tapi Lisa tiba-tiba mena
bibir sebelum menutup pintu den
ndi lain selain ini?" Aku b
idak mungkin memakai kamar mandi di sana. "Da
alau begitu, saya m
sempat kesiangan dilanjut salat Duha. Lalu, a
Aku langsung berlari ke wastafel dan mengeluarkan cairan. Pa
n sedikit sempoyongan. Tiba-tiba ada tan
ik saja? Past
kilas dengan m
k-baik saj
l Nyonya. Pang
dan mengangg
ulu, semuanya
i, i
aja. Ada Bi Yuna nan
u mengikuti mama
dengan tatapan tak suka. Sementara itu, aku bingung m
di samping Sari,"
g mengikuti
arang hidup enak," t
ngan, tuh, Kak? mengada-ada!"
ada saya berpura-pura s
ja itu bukan anak Mas Gio,
Bersentuhan fisik dengan lelaki lain pun saya menghindarinya." Aku berbicara dengan nada em
luminya karena aku memang bukan b
gamainapun Rimar sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Kalian harus menerima
rasanya dengan di rumahku. Padahal, sama-sama nasi goreng, tapi kenapa rasanya sangat enak. Saat itu, aku se
berdiri untuk memperbaiki dasi Mas Gio. Lantas, Mas
gkit dari kursi untuk menahan kepergian Mas Gi
?" tanya
um tangan suamiku se
mu tidak perlu mela
ku takut
ucapanku. Namun, Mbak Sari mendekati
di rumah ini! Karena kam
natapnya dan semakin membuat rasa mualku mem
hhh ...." Mbak Sar
hnya pelan-pelan menoleh ke arahku. Penuh emosi yang tersulut.