Selingkuh Balas Selingkuh
kamar dan turun, melihat Bang Rion ternyata telah siap. Kami la
dua peti itu di turunkan secara bersamaan, air mataku mulai membasahi membanjiri pipiku. Aku l
kehadirannya lagi. Sendiri. Apakah aku bisa? Tanyaku dalam hati.
adar dan langsung mengelus perutku. Benar, masih ada anak kami. Aku
di sana, Sayang. Aku berjanji akan menjaga buah cinta kita dengan sangat baik. Aku cinta sama kamu....." ucapku seolah berbicara pada foto yang menampi
agar tetap kuat menjalani hidup ini. Aku hanya bisa ter
amping pusara Kak Renata. Pria itu tak menangis sama sekali. Nam
ayangiku seperti adiknya sendiri. Kami pun juga sama-sama tahu alasan kenapa B
ang Rion dan Kak Renata tak bisa memiliki anak hingga sekarang, sebab kak Renata diagnosis mengidap kanker serviks saat pernikahan Bang Rion dan Kak Renata memasuki tahun ke
pusaranya sampai maut memisahkan mereka. Aku masih menunggu Bang Rion sampai semua orang sudah pergi dari pem
s melanjutkan hidupku. Demi anak yang aku kandung, darah daging Ar
*
suami dan kakak perempuan iparku, aku memutuskan unt
ian tersebut. Namun aku bertekad akan terus lanjut menjalanka
hidupku. Aku hanya berdiam diri di rumah Bang Rion da
ur di perusahaannya. Sepeninggalannya Ardi, bang Rion sepertinya ha
juga sering pulang malam, aku pun lebih sering bercengkrama dengan Maid di rumah Bang Rion. Ya, aku
engan mengajak salah satu Maid yang kuang
a untuk bangun secara perlahan, rasa sakitnya terasa semakin nyata
badanku, hingga akhirnya aku terjatuh. Aku meringis kesakitan, menj
dari pintu kamarku yang terbuka, Bang Rion langsung berl
Rion langsung menggendongku ala bridal style keluar dan bergegas menuju ke rumah sakit.
luku dengar ada suara yang meminta ku untuk tidak tertidur dan bertahan untuk tetap s
era di keluarkan agar tidak membahayakan bayi dan ibunya." Kudengar suara seoran
aku hanya terdiam karena untuk berbicara pun a
istri Bapak." Pinta Dokter tersebut. Bang Rion tampak terdiam, t
n samar aku melihat Bang Rion dengan pakaian yang di b
u, namun dia tetap menggenggam tanganku yang mulai dingin. Lalu suster datang memint
ahkan tak memikirkan rasa maluku lagi. Aku hanya merasa sangat sak
mengatakan harus segera mengeluarkan bayiku, k
tu saja ini pengalaman pertamanya menemani seorang wanita melahirkan. Lalu beberapa waktu kemudian k
nghapus air mataku. Aku terharu sekaligus sedih menyapa
*
bayiku, yang kini tertidur di sampingku. Aku tersen
i membelai wajahnya, lalu kudengar suara pintu yang di bu