Pacarku Seorang Buronan
era, kilatan petir memecah kegelapan malam diiringi gemuruhnya. Angi
g menusuk-nusuk tiap aliran darah memaksanya untuk membuka mata. Nadi
perti tersengal-sengal. Sementara itu
bulan belakangan ini. Namun, tidak malam ini. Rambut itu mengusut, lepek,
as menghitam menggant
berdasar sutra terlembut ini tidak mampu mendongkrak styl
i dari sini,' t
at menyerang seluruh bagian kepalanya. Saat petir menyamba
uni tangga. Padahal, pikirannya sudah memerintahkan supaya t
mberontak? Atau, pesan dari otak
garasi, Nara tahu kalau kedua o
endiri. Tapi, baguslah. Gue juga bingung harus ngomong
yang akan ia utarakan sebagai alasan jika m
intu utama terbuka. Lalu, mendapati anak paling bontot pemilik rumah ini keluar dari sana
kuyup ketika menghad
Kak Oliv supaya Bapak dipecat dari sini?!" ancam Nara sed
pi, dia membiarkan Nara melewatinya, bahkan membukakan p
bali. Alhasil, mata Nara yang memerah membulat sempurna, menatap t
juga hujan deras menyerbu namun tidak mengendurkan niat Nara
n begini. Namun, itu adalah keberuntungan bagi Nara. Dia tidak perlu mengantri atau mendapat pe
innya air conditioner membalut raganya secara tiba-tiba. Giginya saling ber
tika hendak memasukkan card. Berkali-kali ia meleset
ja. Tubuhnya hampir ambruk ketika mesin ATM menu
entara kepalan tangan memukul mesin ATM. Kesal. Padahal,
t dengan benda mati, Nara pun keluar
. "Kalau gue naik taksi ke sana, uang
ya seraya mengulas senyum tipis. Dengan raut wajah kuyu
yang dapat diandalkan dan bisa di
ia tegas dari balik kemudi. Daster motif h
bilang berada dalan situasi yang urgent banget. Kepikiran saja tidak. Yang ada langsung ambil kunci
a. Nadia kecewa karena sahabatnya itu meminta tolong diantar ke night club langganannya, Heaven. B
aja kalau lu butuh duit, gue pasti bantuin." Nara mul
, deh lu, Nara," ome
inta Nara bersungguh-sungguh. Kedua telapa
ena Nara harus merendahkan diri demi bisa membeli barang haram itu. Dia marah kenapa tidak menghentikan Nara jadi
k menenangkan diri. Sekaligus menyembunyikan bul
an matanya. Ada mobil Jeep hitam pekat berhenti di belakang mobilnya. Nadia sudah
sudah datang, Nad. Please," pinta gadis kusut ma
kasusnya beda. Gue emang masih hutang sama lu. Walau hati gue nolak, tapi tetap gue kasih. Tapi, kalau kay
apatkan apa-apa. Tiba-tiba bola matanya melebar, senyumnya merekah. Ditatapnya smartphone yang berada di genggaman kiri
ana kalau Kak Oliv sampai tahu? Dia kan selalu nelpon lu." Dia berusaha membuk
ggak bakal berhasil sampai mobil lu jenggotan juga. Lu ke
lam hidupnya ada yang protes kalau dirinya itu keras kepala. Ini pertama kalinya, makanya sulit unt
epala. Diikutinya sosok Nara, yang sudah keluar mobil. "Emang ke
a satu mobil, yang parkir di depan gang dan berhadapan dengan night club.
a siluetnya saja. Nadia yakin sekali kalau mobil itu berisi dua orang. Namun, ia yakin s
tipe lama juga ditumpangi dua orang. Meskipun gelap, akan tetapi Nadi
...." Kalimatnya menggantung
Wajah berahang tegas itu juga sangat Nadia hapal. Dia bahkan tahu kalau lelaki itu memiliki d
ra gadis berwajah
Ditariknya Nara yang masih nego dengan dua lelaki di dalam mobil Jeep. Sepertinya sahabatnya itu tidak te
g!" ajak Nadia sambil m
i bernegosiasi. "Kok cuma segini? Hape mahal ini! Bisa dapat satu motor matic k
yang sengaja merespon lama permintaan Nara. Terlalu mengulur-ulur waktu. Lelaki di balik kemudi i
Ada polisi, bego!" teriaknya sambi
l sedan yang ternyata cukup dikenalinya juga. Satu tahun lalu ia berada di da
y!" teriaknya menyadari si
ling, memasukkan gigi, dan menekan gas sembari memutar kemudi
pat segini!" Nara mencoba mengejar mobil bandarnya sembar
arik paksa Nara ikut masuk ke mobil. Apalagi dilihatnya
ihatnya sedan di seberang itu mengejar Jeep. Dia menoleh, memerhatikan Corola antik i
ampir terjatuh satu kali namun segera ba
ri netral ke satu. Sambil melajukan mobil, ia melirik spio'Gue nggak rela kalau Nara sampai ditangkap polisi.
ambu