Ketika Aku Hamil
?" tanya ibuku da
da
ma apa?"
eluar kamar. Memastikan bahwa ak
sin," j
wain mie
makanan kesukaanku. Sudah lama s
awabku a
itu sambil lewat beran
on pun terputus. Ibu sempat bertanya bagaimana keadaan kand
adikku memberikanku dua buah rantang putih. T
n tersebut. Rantang paling atas berisi mie sosin. Oseng sosin yang
hendak menetes keluar. Tak berapa lama,
tu?" t
ri Mamah," ja
ada ibu mertua, kami makan satu piring berdua. Al
erikan piring berukuran kecil oleh ibu mertua. Sudah pas
anyak. Dan lagi, suamiku akan menambah nasi agar aku kenyang. Meski
*
perti sudah ada alarm dalam otakku. Terkadang pukul s
tu pintu menuju kamar mandi, sedangkan satu pintu lainnya menuju keluar
masuk dengan mudahnya ke dalam rumah. Jarak antara dinding dengan genting pun ku
amar mandi dibuka, tubuhku menggigil
nya berhembus sangat kencang. Bahkan sering
dengan berhati-hati menuruni tangga. Beberapa kali
aja," ucap ibu mertuaku yang tiba-tiba sudah be
ggung,"
t naik!" ucapnya ketus denga
Gegas naik tangga. Perasaanku jadi tidak en
*
aku bangkit dan beranjak ke kamar mandi, tetapi di dalam sana terdengar suar
u giliran masuk ke kamar mandi. Beberapa kali mengec
g di dorong. Pintu kayu usang. Jika didorong atau ditarik akan
erpapasan dengan ibu mertua, se
E
sangat jelas. Senyumku layu, getar di dalam hatiku terasa pedih. G
di, aku bisa melihat jelas cahaya matahari terbit. Semburat jingga mel
ngah enam. Semoga saja masih bisa diterima salat Subuh.
, ibu mertua tengah menyapu di rua
celoteh nenek suamiku. Kamarnya bersampingan dengan kamar kami. Beliau terkena struk,
s. Salahku karena
apu, dia berlalu tanpa melirikku sedikit pun. Padahal
*
diamiku. Tidak menyapa, bahkan
orang lain. Biasanya, akan diberi upah sepuluh ribu rupiah. Upah
h padi dari rumah orang lain yang jarakn
ntuk memutar balikkan sepeda motor. Sehingga sepeda motornya
aku prihatin kepada suamiku, mengeluarkan tenaga besar untu
u harus bisa menjadi penyemangatnya. Terlebih ketika ia tengah mera
a, malas sekali jika harus mengobrol dengan ibu mertua.
dah punya anak. Bangun jam tiga subuh, langsung mandi, langsung beberes. Jad
kkan kepala. Aku tidak berani menjawa
gurusin bayi, gak akan ikut bantuin nyuci baju bayi. Neng harus bisa ngurus bayi sama ngurus badan
ukkan kepala
mah mau tinggal sama Mamahk
belalak ketika obrolannya mulai ke arah lain yang menjatuhkan s
lek-jelekkan suamiku. Padahal, selama ini hanya s
reka enggan untuk membantu ayah m
nggal di cianjur. Namun, adik ipar yang jarak rumahnya bahkan tidak lebih dari
tidak dapat memberi uang kepada mereka. Ba
ada mereka tidaklah berarti? Apakah bakti ti
? Siapa yang cape setelah pulang bekerja tanpa beristiraha
nen, bulak-balik dari kebun menuju
ke kebun, mengantar jemput, membantu pekerjaa
miku. Han