Ternyata, Bersamamu
tun
rystal Florencie, atau akrab disapa Chrystal, masih berdiri di halaman kampus. Padahal, kampus sud
bungi nggak ada kabar. Orang itu adalah Papa, ya, aku tahu kalau Papa sangat sibuk. Tapi aku juga ke
erutu Chrystal sambil mengejarku. "Eh, tunggu
lan menuju halte depan sekolah. "Pegangin tas aku sebentar, dong
alis terangkat. Kadang anak ini sangat tidak sopan de
, aku jadi malas untuk membawanya. Ntah apa yang Chrystal bawa, aku juga tidak peduli
an dengan barang bawaannya itu, "huh,
g yang tersedia, sementara aku merogoh saku-ku kembali untuk m
saling berjauhan diatas sana. Membentuk suatu gumpalan y
a mataku lan
sung, terkadang tidak hanya mata berair. Bisa juga pusing dan bahkan sampai aku jatuh pingsan.
Tegur Chrystal, setengah panik. Kalau lagi kambuh seper
isu dan mengusap air mataku sendiri
TIN...
agi kalau bukan Papa. Orang yang sedaritadi aku tunggu-tunggu. Mobilnya berhenti t
tu secara langsung, bisa saja aku langsung dikutuk pada saat itu juga. Aku mengatur n
um. "Kasian, Pi. Ezielle udah nunggu lama, nih. Daritadi dia nge-geru
ri untuk tidak mendaratkan kepalan tangan kananku ke dahi Chrystal. Tak lama setelah itu, aku b
beradaan kami. Habisnya, aku tidak tau mau membicarakan apa dengan Papa. Ak
menarik?" Tanya Papa, ia tau keadaan semakin
ame as usual, nothing special." J
erhatikan jalan yang sedang kita lewati. Hanya jalan biasa yang sangat
TT... D
ak terlalu kedengaran jelas mereka sedang membicarakan tentang ap
but menautkan kedua alis, asing jika teman kerjanya bertanya tentang diriku. Mungkin itu Mama, ah, tapi tida
sahut Papa, kulihat sekilas ada guratan senyum yang cukup lebar. N
beralih menatapku dengan senyum yang tiba-tiba hila
tapanku ini. Biasa ia menyebutnya dengan tatapan 'Killer'. "Hmm, ada, teman kantor Papa
yak karyawan Papa yang belum punya pasangan alias single. Mereka sering menanyakanku lewat Papa sendiri. Aku malas mel
Ezel, atau Cel. Panggil aku sesuka hati kalian saja, hahaha. Aku mahasiswi semester ketiga di Starling International Univesit
sekolah menengah pertama, cukup lama bukan? Untungnya kita bertemu lagi di universitas ini lagi. Seperti biasa, Chrystal selalu menjadi sorotan karena kecantik
nyak yang sering mencari perhatian kepadanya, apa daya, ia tidak tertarik dengan para wanita ini. Anak jurusan Seni dengan potongan rambut pendek
tengil! Ia suka menjahili, khususnya ke Chrystal. Makanya setiap kali mereka berdua berte
il jurusan hukum, yang mana membuat karakteristiknya sedikit misterius dan lebih dingin apalagi denga
yang baru saja selesai memasak makan siang untuk kita. Tanpa bergan
as. "Belum, mungkin besok." Jawab Papa. Aku tidak mengiraukan m
kata Mama yang melihat tingkahku. Aku mengangg
h mengawasiku. Ntah kenapa ini jadi terasa sangat canggung
k mengunyah ayam goreng. Masih agak kurang puas dengan jawaban terse
. Aku mendengus dan lanjut satu suapan kembali, "Anyway, Cel
r, "Kenapa memangnya?" tanyaku. Mama lagi dan lagi
a sesuatu hal aneh yang akan terjadi. Aku pikir ini
aku baru sadar bahwa mereka terny