The Secret Of Love
"Elo bilang apa tadi?" tanyanya. Seketika membuat
tnya dengan wajah masam. "Lagian Elo tuh
ecil. "Jangan ke
ah mereka. "Kalau bukan ingin tau namanya apa? Dan sat
n ngerti urusan beginian. Iya enggak, guys?" ucapn
nin orang kayak mereka enggak akan ada habisnya," u
n akan segera dimulai." Katanya sambil mema
ran. "Memangnya Elo mau buat
as cewek itu kemudian pergi setelah menga
*
tak ingin ada orang lain yang melihatnya kalau dia baru saja menangis. Matany
enggan baginya untuk menerima walau sekedar menjawab k
mana s
henti. Bahkan saat suasana sekolah sudah sepi, dia tak
ngnya. "Tak ada orang," ucapnya lirih sambil kemudia
namanya. Seketika langkahnya terhe
a Liana keheranan. Senyuman yang dipaksa
A (Whatsapp) enggak dibales, atau jangan-jangan Elo mau me
mau menghindar dari Elo, Pok? Cuma emang HP gue
makan?"
kecil. "Tapi Gue ud
ang gadis itu sekali lagi. "Makan apaan Elo?
., itu
emotong kalimatnya. "Enggak usah ngel
ok? Gue en
gingatkan. "Elo abis
muka di toilet, jadi merah, deh!" Ali
un Liana terus memaksanya untuk percaya.
!" Ajak sahabatnya sembari menarik perge
lo duluan aja, Pok? Gue masih ada ur
m diri Liana. Namun saat ditanya, selalu
l, setelahnya pergi setel
lihat sahabatnya sudah pulang t
Gue ke rumah
n hanya mengarahkan ibu jari
eritakan sama Elo," batinnya pelan sembari m
pan hidup dalam belenggu cinta
langkahnya pergi meninggalkan tempat. Dia masih belum
a lelah mencintai seseorang tanpa ada balasan i
if
dalam pelukmu. Di kala Fajar yang terus datang menyapa. Impianku untuk bersatu dengan
n rasanya dia berpulang ke rumah kecilnya. Seolah tak m
di sebuah jembatan, jalan menuju pulang ke rumah. Dia berhenti d
ungkinkah kematian menjadi jalan terbaikk
ng tak berkesudahan. Sepanjang hari hingga sepanjang malam. Nama itu ma
a dengan melompat dari atas jembatan. Tak ada pilihan ba
n setelahnya jika dirinya tiada. "Mama?" Lirihnya memanggil nama
ah jatuh membasahi wajahnya. Tang
lahnya. Detak jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya
awah. Liana memejamkan mata sejenak, kemudian melayangkan k
mberi aba-aba sebelum menjatuhk
ke arah Liana sambil menarik lengan
epat menindih pria asi
Liana yang sadar segera bangun sambil merap
enolongmu?" Kata pria itu sam
kkan bahu tak peduli. "Gue enggak pernah nyuru
cil. Setelah itu bangun dari duduknya perlahan-lahan. K
an nolongin Gue. Harusnya biarin
?" Tanya pria it
kening mendengar ucapa
engajaknya berkenalan. "Gue Alan,
jentikkan jari di dagunya. Matanya menatap ke arah pria itu
gi badan yang tak jauh berbeda dengannya. Ada tanda lahir di keningnya.
n Liana, Alan mengalihkan
pulang? Sorry, Gue bukan tipe
pertama yang membawamu pergi dengan sepeda motorku?" Katanya den
olaknya kemudian pergi begitu saja
cil seraya membatin, "Kau masih saja
riak Alan menyebut nama cewek itu. S
ia bisa t
sam