LELAKI YANG TERKHIANATI
u
e tempat suara berasal. Melupakan pertengkaran yang sedang berlang
atap lantai rumahnya. Tarno segera mendekatinya dan mel
ini, Yah." Dinda menunjukkan
yang terlepas. Lelaki berkulit sawo matang itu mer
inda tidak datang tadi. Tangannya pa
an menggandeng tangannya. Meng
k lagi tadi?" tan
tinggalan di kursi. Tern
jawaban ayahnya. Berjalan mengikut
anya Tarno saat keduanya
pada pukul 13.00 siang ini. Sedangkan Tarno masih membutuhkannya untuk mengantarkannya pulang ke rumah emaknya. Tempat dimana dia akan
au makan bakso, Yah,
anti kenyang kalau
ai lonto
" tanya Tarno. Sudah lima tahun Tarno tidak pulang
itu loh. Baksonya enak dan banyak. Dinda p
kan terang-terangan pergi bersama dengan anak bungsunya. Apakah mereka tidak
arno untuk meyakinkan pe
bu ke bank untuk mengambil uang yang dikasih ke pak Joko,
pan itu?" tanya
ah hehehe." Dinda cengen
l yang bahkan belum mengerti arti kata perceraian harus menyaksikan perceraian ayah dan ibunya.
palanya dan mengelus-elus perutnya sebagai isyarat bahwa dia sudah kenyang. Dinda lalu mengingatkan ayahnya dengan
ya bahkan guru-guru sekolahnya. Mulutnya sesekali tersenyum saat menceritakan kejadian lucu. Tarno merasa sangat terharu sekaligus bersyukur bisa memangku
ali. Tentu saja hal ini membuat Dinda heran dan merasa geli. Dia meminta ayahnya u
utrinya untuk turun dari mobil. Tarno berjalan masuk ke rumah dengan menggandeng tangan Dinda. Dinik
at Tarno, putri pertamanya langsung berdiri dan menyambut ayahnya. Menyodorkan tangannya untuk bersalaman den
nya. Netranya mengembun, segera disekanya sudut matanya agar butiran air bening itu tidak sampai jatuh ke pip
ih, lebih tepatnya berbisik karen
i. Hatinya terasa panas, namun dia berusaha mengabaikan p
mengabari sebelumnya?" tanya Di
, sengaja tidak mengabari u
Tarno gagal. Justru dia yang dikejut
sudah duduk di samping kakaknya saat ini, men
ri lagi. Ayah akan di sini t
Malam nanti Dinda mau tidur sama Ayah
bertemu dengan Dila, dia akan berpamitan setelah itu pulang ke rumah emakny
kut, Ayah?"
Yah?" ta
Hari ini Ayah mau
ma Dio ya, Yah?
ya Ratih, adik p
ggak?" tanya Tarno ke
etemu sama Dio," jaw
ng dan mengatakan kalau besok
ekali-kali bertanya pada ayahnya. Tanpa terasa sudah dua jam lebih mereka mengobrol. Jam di di
inda mandi dulu lalu siap-sia
n. Beberapa saat kemudian Dinda sudah keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Beberapa bagian tu
i keberatan karena sekolah masih masuk. Namun Tarno bersikeras untuk mengaja
*
itam itu sampai di rumah bercat hijau dengan pohon mangga di halamannya. Rumah ke
i Dinda di belakangnya. Melihat pintu terbuka
udah banyak berubah. Cat dindingnya sudah berganti warna menjadi hijau. Lantain
dengar sahutan suara wa
nya. Begitu melihat Tarno, wa
ih. Dio yang ada di belakangnya
aki-lakinya. Lalu disuruhnya Dio untuk bersalaman dengan pakdhenya
no yang biasanya ngirim mai
sungut emaknya Tarno dengan melepas mukenanya. Begit
ih. Emak ngelihat Tarno duduk di depan
Tarno datang." Ratih senyum-senyum melihat perilaku emaknya. Em
i, lima tahun nggak pulang-pulang. Kupikir sudah lupa
eraung-raung di pelukan emaknya. Tangisan yang ditahannya sejak tadi pagi a
at Tarno semakin terharu dan tangisnya menjadi semakin
s meraung-raung seperti anak kecil kini sibuk
a. Dilihat Dinda sama Dio it
no semakin menjadi-jadi. Emak
kok nangis kayak gini
tersenyum. "Nggak tahu, Nek. Wong tadi
a mengendikan bahunya ke atas pertanda dia juga tidak tahu kenapa kakak laki-
ta maaf kepada emak. Emak semakin bingung melihat tingkah
a maaf terus? Emak nggak ngerti, ka
agai lelaki dan ayah yang baik," j
mak nggak nge
bisa dipertahankan lagi. Tarn
an perkataan putranya barusan. Emak sangat kaget dan langsung mel
i. Jelaskan pada emak alasann
t kesakitan. Hidungnya kembang kempis saat menarik nafas seakan ada sesuatu yang meng
ringkih itu pasti sudah terjatuh ji
no saat menangka