Dunia Lain Suamiku
Drrrtt
papan tulis, terganggu dengan getara
lihat siapa yang menelepo
in mema
merah, me-reject p
a dihubungi. Aku harus menjadi teladan untuk anak
u lagi, aku mema
era ke ruang guru, bergabung
uku tugas siswa, lalu mengambil
alaikum,
ntu rumah Mbak Ani, men
Ani muncul dibalik pintu
ng tengah. Di sana, Alea sedang du
a," sahutku me
ingukan. Aku tertawa dan la
ahagia dan merasa paling berunt
n sedih mengingat bayiku belum merasaka
ar mau menerima anaknya, doaku dalam ha
Arfin meneleponku. Aku duduk sambil me
lan tidak
atu yang buruk terjadi. Aku menelep
" sergah Mas Arfin, tanpa men
gajar, Mas? A
tidak ada kendaraan, jadi
ku sepuluh kali? Tidak akan ku pinjamkan, Mas. Tidak a
u
on. Kakak adik sama saja, ber
. Tak akan aku biarkan, diri ini
. Dasar Dina, mulut pedas, tak ada sopan santun sama y
Menurutnya, menjadi guru adalah karier yang paling rend
puskesmas yang dekat dengan rumah yang ak
uami namun belum punya anak, Dina masih kekanak-kana
elalu ingin dimanja, diperhatikan, dan hujani m
yang diharapkan Dina. Dimanja, setiap hari
ebagai tukang kayu dan Ibu m
antarkan dua anaknya menjadi orang suk
nah ku tahu berapa gajinya. Dia hanya memberiku sebu
kebutuhan di beli, biaya hidup untuk enam orang
aku hitung karena masih menyusu dan kebutuhannya bisa ku penuhi. Sengaja aku m
*
ekat, makanya setiap saat bisa selalu berkunju
minya. Padahal rumahnya sangat dekat dan bi
idak baik, aku tidak menyap
reka. Kalau sekali dua kali mungk
n cuma dua hari mereka ti
u dengar suara Dina meng
anya menggumam menjawab salam Dina karena tak
ar Dina saat membuka serentak pintu kamarku. Aku yang sed
amu?" pekikku tak terima dengan s
rumahku, rumah orang tuaku, Kakak dan Bang Arfin hanya menump
arus dengan kata-kata, karena sudah dipastikan kalau aku tidak akan menan
membantingnya dengan keras. A
berdiri dan mendatangi Dina yang s
l
t di pipinya yang tirus
an, udik, bodoh!" umpat Dina seray
l
sebelah. Aku mencekik le
ndak tidak sopan, akan
namun tak berdaya saat
ang ku pelajari dari Sekolah Das
k berdaya. Dina menatapku garang seperti
akan kau rasakan akibatnya!"
r jari Dina, sebelum berlalu dan meninggal
, ku lihat Alea sedang m
op, dompet besar yang berisi semua kartu, peralatan dari sekolah aku
secukupnya, tak lupa
, meraih kunci motor dan men
kan motork
larika
ka
t yang aman dan nyaman. Karena sebentar l