BACK TOGETHER
an di rumah itu. Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan bersama. Pemikiran itu sering datang akhir-akhir ini. Satu hal yang pasti, Belinda tidak ingin sendirian lagi. Ia perlu te
ankan. Cukup dirinya saja yang merasa sudah menjual diri pada keluarga orang
kanan dan membetulkan cardigannya. Namun, ternyata dugaan Belinda salah, begitu membuka pintu pa
seraya memasukkan ponselnya ke dalam kan
i ka
mu masih tebar pesona?" ujar Gio s
pa yang tebar pesona? Jangan konyol. Aku hanya suntuk, butuh
karang, ya. Kamu pikir dengan berbua
erjadi, silakan saja. Toh, aku tida
ri yang seharusnya. Jangan lupa, jika anak itu
bil bagian penumpang terbuka dan tu
egera berjalan dengan langkah lebar ke arah pintu tanpa menunggu jawaban dari Gio dan membukanya. Lihat bukan, ucapan Gio kadang membingungkan. Satu sisi ia bilang
ujarnya karena tahu sepasang anak ma
bahan makanan dan segera menuju ruang laundry, menghabiskan waktu sore menjelang
ak panik, saat mendapati rumah dalam keadaan kosong, sementara sang istri hamil besar dan ia sendiri tidak membawa kunci cadangan. Apalagi, Tasia suda
k ia sukai. Gio khawatir ada sesuatu yang akan terjadi pada Belinda. Sebetulnya ia cukup jengkel, pasalnya bertahun-tahun tidak menemukan keberadaan Hasan dan juga tidak bisa menemukan pelaku y
h saat ini. Gio yang awalnya tidak mencintai Belinda begitu menikah dan mengenal wanita itu, menjadi tak bisa berpaling. Namun, tanggung jawab dari sang ayah mengharuskan dirinya untuk sering bepergian dan bersama dengan Tasia. Ini juga merupa
t dirinya turut bersedih. Hanya saja, ia belum bisa mengakhiri sandiwara ini. Harapan Gio hanya satu, semo
mati-matian menahan diri untuk tidak mencampakkan tangan wanita ini. Ingin rasanya, ia merengkuh tubuh mungil yang
perlu bekerja. Lihat kelakuannya itu, dengan perut buncit begitu saja masih bisa-bisanya tebar pesona di kafe.
ya kalian berdua di sini," balas Gio seraya berkacak pinggang. Kedua
uatu dengan kandungannya?" tanya Tasia dengan dagu terangkat
asia pada lehernya dan membe
ajah Gio mengeras dan menunjukkan rasa tidak suk
tangan perempuan miskin itu. Pemberian orang tuamu sudah cukup untuknya." Tasia memperingatkan
a yang harus aku lakukan. Kamu tidak makan m
ilih untuk melucuti pakaiannya dan dengan tubuh
ya tadi. Dengan melenggang santai, wanita itu meninggalkan dirinya dan menuju dapur menyusun bahan makanan seolah ia dan Tasia adalah sos
kamu tid
a ia taruh di ruangan itu, segera bangkit dan keluar dari sana. Ia
sendirian. Belinda berpikir jika Gio hanya akan mengambil sesuatu dan kembali pergi dan meng
akan pergi den
ngin makan ma
lam ini?" tanya Belinda seraya m
a untuk kita
ikut makan malam?" tanyanya ragu-ragu dan was-was. Karena dirinya memunggungi Gio, Belinda tid
alam hari. Aku akan mandi. Masak
erpaling dan memilih menyibukk
yadari jika Gio sudah datang dengan memakai kaos singlet dan celana pe
i Belinda berada dan dengan santainya pria itu mengisinya dengan
g malam ini bahkan memund
ah ke meja makan. Belinda memang belum sem
anyaan yang terlontar dari mulutnya sendiri. Sudah lama sekali Gio tidak membawa Tasia untuk tinggal bersama dengan mereka. Apa
an meletakkan piringnya dengan sedikit keras
hku sendiri?" tanya Gio dingin ser
rasanya sudah lama sekali kamu tidak tinggal di rumah," jawab Be
stirahat yang cukup. Lagi pula kamu tidak pernah bertanya di mana aku tin
berpesan, jika tidak perlu mempertanyakan di mana dirimu berada, bukan?
atu atap dengan mereka saat ini. Hanya, sekali saja ia ingin tidak selalu disalahkan. Su
tidur berenda yang menggoda sepanjang setengah paha, berjalan de
an nasi dan lauk pauk, lalu ba
an dari piring di hadapannya. Netranya melirik pad
ndam amarah. Hanya saja, ia bingung. Ditujukan kepada siapakah amarah suaminya tersebut. Padahal kekasih sang suami ada bersama dengan mereka. Sebagai wanita yang tahu
ini mata pria itu menyorot tajam ke arahnya, "jangan berlaku tidak sopan terhadap tamu dengan pergi begi
ikan, terlebih saat ini ia merasa seperti makhluk ta
bali duduk di tempatnya semula. Hatinya sedikit bahagia, melihat suaminya mengacuhkan sang kekasih dan tetap bertahan untuk makan malam sederhana bersamanya. Walaupun ini peristiwa yang langka, ia berusaha untu
merasa curiga, apakah Gio tahu jika ia bertemu dengan Hasan? Namun, rasanya tidak mungkin juga. Toh, pria itu tadi bertanya bukan dari mana ia pergi. Belind
dahinya lembut atau rasanya Belinda bermimpi tentang itu. Ia segera bangun ketika tidak mendengar lagi suara percakapan dan menemukan Gio berada di ruang kerjanya. Ada sedikit kelegaan jika sang suami t
tidak tega melihat keseriusan Gio da
nya. "Tidak perlu, aku hanya se
m dokumen kerja. Belinda tidak pernah berharap lagi sang suami akan menempati bantal di
lebar pada perutnya, Belinda tak berani membuka mata dan kembali larut dal