Ace Tribes
dua orang prajurit kekaisaran. Berpindah dari mata ke mata, akhirnya pandangan empat kawanan pria itu mendarat serempak k
ria, kerutan dalam muncul di permukaan k
s. Jangan meman
n untuk diam. Mereka berlima terus mengamati panggung terbuka, melihat bagaimana Engar-pemuda memprihatinkan yang dijadikan
ulai aksi mereka. Untuk kelanjutan dari nasib Engar sendiri, tidak akan ada yang memedulikan. Bila beruntung, Engar
dari satu-satunya gadis tiba-tiba menarik ke
kitar setengah kilometer dari gerbang kekaisaran. Engar sudah tidak lagi tampak, begitu pun si prajurit kekaisaran yang
eka menjadi bias, berganti keterkejutan karena tahu-tahu saja lima prajurit melompat keluar dari semak sisi kanan dan kiri gerbang. Jelas presens
gadis berparas oriental itu, binar netra hitamnya sedik
lok, tidak merasa terintimidasi walau kelimanya kini terkepung tanpa celah. "A
iran darah mereka. Viktas memusatkan mananya di telapak tangan dan merunduk menggapai tanah, menciptakan getaran berskala besa
bercabang, tersebar merangkak untuk
i kanannya. Hanya dengan satu kali entakan kuat, ia berhasil mengekspos lebar-lebar puncak retakan dan menguarkan lava pijar
jingga kemerahan yang muncul seakan-akan mengejek bahwa presensi mereka di sini cuman untuk mencari mati. Pedang y
i merupakan bagian dari taktik Remus Valez, sang Putra Mahkota. Dari balik pilar istana, netranya memancang lurus ke dep
enginstruksikan keempat prajurit kekaisaran di balik pilar yang sama dengannya. Pembawaan tenan
ang. Sage cepat-cepat memasang tubuh untuk melindungi keempat kawannya. Ia mulai memusatkan mana pada daerah mata dan kening,
enjentikkan jari di dekat selubung. Listrik mengarus tidak lama setelahnya
busur di tangan, terselip anak panah dengan ujung besi panas mematikan pada talinya. Mau bagaimana lagi? pikirnya,
eminta kesatrianya menggeser, ia memicingkan netra dan menjentikkan tali busur. Anak panah berujung
Sage mengerang, konsen
tra kawannya. Di tengah erangan Sage, suara gedebuk Viktas dan Gylan terdengar di belakang. Chryssant-si gadis satu-satunya dalam suku-
n arah busur dari Sage dan Kaz, menuju Chryssant. Ia tentu tidak diam saja. Berbeda dengan keempat kawan prianya, pemusatan mana Chry
h, situasi sekitar kekaisaran berubah seratus delapan puluh derajat. Remus secuil pun tidak merasa gentar. Ia m
nya untuk mendinginkan ujung besi panas dari anak panah. Tetapi, tidak akan semudah itu. Kekaisaran sengaja mempersiapkan peman
k mengendalikan lebih banyak petir. Manik hitamnya kembali mengilat, ia mencoba mencari anak panah be
menangkap lengan
dah seja
mereka akan memenangkan kekaisaran. Akan tetapi, keteguhan itu menurun meski tidak ingin ia akui secara pribadi. Bag
pot menoleh kembali ke belakang, Kaz, Sage, Viktas, dan Gylan segera melarikan diri ke hutan. Begitu tahu Chrys
a. Dalam kecepatan tinggi, anak panah berujung besi panas sukses menancap pergelangan kaki kanannya, seketika melu
dan himpunan awan bersih seputih kapas kembali mendominasi langit. Angkasa jauh lebih tenang. Tidak ada lagi pemi
rah leluhurku-Dewi Achena-akan membalas ke
a 'bayaran' setimpal telah menunggu di de