Luka Dosa Warisan
enguar, menciptakan suasana hangat dan akrab. Carla duduk di samping suaminya, Aksa, sementara ayahnya, Pak Danu, dan istrinya, Ratna, mengambil t
semakin membuatnya curiga. Meski jarang satu kamar, Carla tetap bisa menangkap gelagat aneh suaminya. Me
mu tadi malam?" tanya Ca
ingkat, sambil menatap Carla
encoba mengalihkan pembicaraan. "Aksa, bagaimana perkemb
erjalan sesuai rencana. Dan, saya merasa membutuhkan bant
nuh perhatian. "Apakah kamu
aku tahu kamu baru saja lulus dan sedang mencari pengalaman kerja. Bagai
esia yang tampak terkejut.
itu. Lagipula, akan lebih nyaman bekerja de
, namun tak ingin menentang keputusan Aksa. "Jika itu yan
dan Agnesia. Namun, ia mencoba menahan diri dan tidak menunjukkan emosinya di de
u, Sayang?" tanya A
anmu, aku akan mendukung. Semoga Agnesia
ksa dengan ragu. Dia memang ingin balas dendam tapi
di ragukan!" Aksa menepuk tangan istrinya sambil tersenyum. Aksa meman
senyum. Ia tak mungkin menolak keinginan
sa dan Agnesia bergantian. Bagaimanapun, dia tak ingin memberi kesempatan bagi Agnes, a
k Danupratama juga?" Aksa menyesap kopinya perlahan. Rahasia itu tak boleh
lagi bisa berkata-kata. Tangannya ke
i amarahnya akan terluap begitu saja pada Agnesia. Dia hanya merasa, ta
rlukan. Aku akan membawanya nanti siang" Aksa menatap Agnesia sesaat lalu kembali mengaduk piringnya perlahan.
la meletakkan sendok dan garpunya di atas
asih meneruskan sarapann
a merekrut orang dari luar?" Carla menatap Agnesia yang hanya fokus pada sarapanny
ir ini kesempatan baik untuknya mendapatkan pengalaman kerja. Lag
ti keraguan. Ia memutuskan untuk mempercayai su
mereka tunda. Carla segera meninggalkan ruangan setelah mengecup suaminya. Begitupula dengan Nyonya Ratna yang h
enatap pada Aksa. Laki-laki
ku tak bisa berpura-pura seolah-ol
uat mereka mem
ulu bertindak. Aku siap menj
Lalu apa yang kau inginkan?" Agnesia melipat kedu
tak pernah kuinginkan pada Carla!" Aksa meli
rdiri dan berjalan meninggalkan A
la!" Agnesia men
Aksa berjalan menuju ruangannya tanpa menoleh.
atau aku yang jadi alatnya!" T
Aksa. Laki-laki itu tersenyun puas. Membuka kedua
ndukanmu,
-laki itu tak bisa lagi menahan nalurinya. Tanpa membuang waktu, Aksa kembali menindih tubuh Agnesia di atas sofa setelah per
adis yang dicintainya dari kejauhan. Tentu saja, momen
it ketakutan tapi tak ingin membuat Aksa kecewa. Agnesia hanya menggi
daran. Kepergian Agnes yang terburu-buru saat usai semalam,
nas dan bergelora. Tak lagi kentara antara cinta d