Dalam Pelukan Cinta Mafia
mas, suaminya, memecah keheningan di meja makan pagi itu. Dia tampak seperti biasa: rapi, fresh, dan penuh perhati
awab Maya dengan senyum tipis yang sulit diterjemahkan. Di b
kah-langkahnya tidak terdengar para penghuni rumah. Gaun yang membalut tubuhnya sedikit tampak kusut. Sementara
ning Maya sebelum berangkat ke kantor. Sesaat setelah pintu tertutup, Maya menghembus
suara berat seorang pria di ujung telepon membuat Maya t
i lagi, untung suamiku sudah pergi."
cantik? Semalam terlalu si
hnya. "Santai aja, aku akan atur waktunya. Aku harus pergi sekarang. Dan ingat, jangan menghubu
_____________
ah kafe mewah di tengah kota. Keira, sahabat yang su
kan kepala sambil menyeruput latte-nya. "Dimas itu suami idaman banyak perempuan lho. Kamu udah punya segalanya.
ya' kalo aku nggak merasa hidup, Kei? Aku butuh l
" Serah lah. Tapi sampai kapan kamu mau ter
Maya. Matanya tajam. "Aku tahu cara mainnya.
sama halnya seperti berbicara pada tembok. Maya
_____________
hitam elegan membalut tubuhnya yang sempurna, wajahnya dipoles dengan
berhenti bersyukur punya istri seperti ka
pi bukan karena Dimas. Sebuah pesan masuk ke pon
restoran yang kamu maksud. Jang
di sebelahnya tidak menyadari ada perubahan gestur kecil di wajah is
_____________
engan mulus. Dia tersenyum, tertawa pada saat yang tepat, dan menjadi pusat perhatian dengan kecantikan
ap keluar menuju toilet. Detik berikutnya, sebuah tangan menariknya ke lorong s
alau Dimas lihat...
Maya lebih dekat. "Kamu nggak bisa l
Reza terlalu kuat. Dan entah siapa yang memulai, bibir mereka pun berpagut
Kamu di
sudah terlatih. Dengan perlahan dia mengatur nafasnya yang sudah bermuatan nafsu. Dalam hatinya, dia tahu, batas
sedikit gemetar saat memegang gelas wine. Reza masih duduk di sudut, mengangkat gelasnya seolah memberi
t mereka kembali duduk. Mata pria itu pe
terlalu banyak duduk tadi," jawab Maya ringan. T
a sesekali melirik ke arah Maya, mencoba menangkap sesuatu yang tidak biasa pad diri da
kirannya terus terbayang satu kalimat yang dilontarkan