Skandal Di Lantai 26
ali ponselnya dari tangan Gio sebelum Gio bisa berkata lebih jauh, . "Kalau tida
tangannya seolah meminta maaf. "Maaf, Nadin. Saya nggak se
as pelan untuk menenangkan diri. "Iya, sud
engambil kartu nama, dan menyerahkannya. "Ini kar
rima kasih, Pak," ucapnya singkat, lalu dengan ce
ng. "Kalau dalam 24 jam kamu belum menghubungi, aku yang akan menghubungi kamu
ia mendengar, tanpa menoleh. Dalam hati, ia berhar
*
n sebagian pekerjaanya, tempat ini menjadi pelarian sementara untuk mengumpulkan kembali energinya. Ia mem
juga berada di pantry mulai bercakap-cakap. Mereka t
areng Pak Raka," ujar salah satu karyawan
uar dari film drama Korea," sahut
g, kaya... Tapi karakte
nkan ponselnya. Namun, sebenarnya ia mendengarkan dengan
, dingin, tapi ya... berkarisma banget. Kayak bos ideal gi
tai, lebih charming. Tapi ya tetap ke
ria itu adalah orang yang sempat menyapanya dengan ramah di pesta beberapa waktu lalu. Pria
an tunangannya, Erine?" bisik salah
a peresmian kemarin itu, ya? Wa
Wijaya Corp. Jadi, mungkin pernikahan mereka lebih karena urusan bi
ekat dengan Erine. Mungkin karena sifatnya Erine yang... ya, ag
orang, kan?" kata karyawan lain dengan nada setengah bercanda
sendiri. Kelihatan banget dia nggak seformal Pak Ra
antry. Setelah mereka pergi,
" gumam Nadin pelan, bayangan Erine di aca
da dirinya sendiri. "Fokus, Nadin. Kamu di sini
ruangannya, berusaha mengabaikan perasaan t
p di mejanya. Pekerjaan menumpuk, presentasi berikutnya sudah menunggu, tapi pikirannya terus
i masih berputar di pikirannya, membuatnya merasa sedikit canggung. Ia meraih ponselnya dan mel
h kusiapkan untukmu. Tunggu aku di kama
sudah terbiasa dengan sikap seperti ini dari Raka, tapi tetap saja, perasaan yang menyusup ke dalam dirinya selalu sama:
erangkat itu. Ia sudah terbiasa dengan pesan-pesan semacam ini dari Raka, yang selalu datang tanplain. Ke rumah sakit, mengingat ibunya yang masih terbaring di sana. Kondisi ibunya belum banyak beru
amnya pelan, seperti mencoba
aih ponselnya, dan me
Pak. Saya a
meletakkan ponsel dengan napas yang terasa berat. Ia menutup matanya sejenak,
t yang ia rasakan setiap kali harus tunduk pada permintaan Raka. Namun, di balik semua itu, ia
*
ng ke luar jendela. Pantulan wajahnya terlihat samar di kaca, tapi pikiran
-benar nggak peduli sama perjodohan ini, pikirnya. Lucu juga
sta mahal, gelas anggur di tangan, dan t
glomerat
ir
rang di lingkaran ini tahu seperti apa Erine sebenarn
yeringa
jawab, dan nurut sama orang tua. Orang kayak dia mana cocok sama o
Ia ingat bagaimana Raka menjawab dengan datar, tanpa emosi, s
dar kalau orang tua kamu ngepasangin kamu sama seseorang kayak Erine
jang, matanya menatap
koneksi palsu, semua kemewahan yang hampa. Raka nggak akan bertahan sehari pun di sana
fikir dan sem
tahu, dia lebih baik dari semua ini. Dan ak
ambu