icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
JEJAK - JEJAK PENGKHIANATAN

JEJAK - JEJAK PENGKHIANATAN

icon

Bab 1 Kehidupan yang Tampak Sempurna

Jumlah Kata:1202    |    Dirilis Pada: 26/11/2024

sore yang indah dengan sinar matahari yang perlahan menghilang, seolah menyelimuti kehidupan mereka dengan kesan yang sempurna. N

elani, suaranya lembut, namun ada kele

mu," jawab Aditya sambil tersenyum, tapi sorot matanya

di meja. Melani mengikuti, matanya menilai wajah suaminya yang tampak s

ihatan lelah," kata Melani, sambil melepaskan sepatu

as. "Hanya sedikit tekanan di kantor. Ti

erbuka tentang pekerjaannya. Namun, akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda. Aditya lebih tertutup, lebih sibuk dengan telepon d

ini?" tanya Melani dengan suara ceria

pekan ini." Aditya mengangguk cepat, berusaha terlihat lebih santai. N

nnya, dan meskipun beberapa kali ada perasaan tidak nyaman, ia selalu meyakinkan dirinya bahwa ini

icarakan." Melani berdiri dan menghampiri

, namun segera menyembunyikan raut waj

.. terpisah. Seperti ada tembok di antara kita." Suara

anyak berpikir," jawabnya, suaranya tenang, tapi nada itu terdenga

tinya terasa berat. "Aku be

an perasaannya tanpa merusak suasana. Ia ingin Aditya melihat betapa penting

bisa menatapnya dari belakang. Ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak bisa i

ang yang tidak bisa ia abaikan. Ia menjawabnya dengan suara

ap?" suara itu terden

itya meneguk ludah, lalu menutup telepon deng

hidupnya. Tapi perasaan tidak nyaman itu terus menghantuinya. Apakah ia te

dari, bayang-bayang pengkhianatan mulai men

g menyala di perapian. Suasana rumah itu terasa hangat, namun ada jarak yang semakin lebar di antara d

s meja. Ponsel itu bergetar beberapa kali, dan meskipun ia berusaha untuk tidak me

l ponsel itu. Layar menunjukkan n

sahabat dekatnya, seorang wanita yang selalu ada untuk mereka

ia mencoba menenangkan diri. "Mungkin hanya urusan pekerja

ruh ponsel kembali,

ji kita nanti malam. Aku

aku. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari pesan itu. Tangan Melani gemetar saat membaca kali

uk menenangkan diri. Melani menatap Aditya yang tengah duduk di kursi sebelah, mata

i nyaris tak terdenga

belumnya. Namun, ia tersenyum tipis, mencoba untuk menunjukkan sikap

iknya. "Tapi kenapa pesan-pesan itu terasa aneh?

ngan pandangan yang sedikit gelisah. "Kamu terlalu berpikir banyak, s

merasakan adanya jarak yang sangat jelas di antara mere

iri. "Melani, aku lelah. Aku tidak ingin

bisa menahan perasaan yang sudah menumpuk dalam dirinya. "Kenapa kamu sela

lap. "Tidak ada yang perlu dijelaskan.

mu, Aditya. Tapi kamu m

rasa bingung dan patah hati. Ia menatap pintu yang tertutup, seol

hindar, tidak banyak bicara. Namun, dalam hati Melani, semakin tumbuh keraguan y

l Aditya. "Aku tunggu di tempat biasa." Tempat biasa? A

yang semakin membesar. Keputusan

dak. Namun, apakah ia siap menghadapi kenyataan yang mu

ulai berubah, namun ia memilih untuk tidak membuka mulut. Setiap kali ia mendekat

i bayang-bayang pengkhianatan yang membayangi setiap langkah mereka.

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka