DUA HATI YANG TERSESAT
ns. Di kantor, mereka mulai berbagi lebih banyak waktu bersama, baik di jam istirahat maupun setelah jam kerja. Awa
sambil menikmati cuaca cerah. Tak ada kata-kata berat, hanya obrolan ringan tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
ebelahnya, sedikit canggung, tapi tetap merasa tenang. Ada kekosongan yan
detik hening. "Aku ingin cerita se
presi serius di wajah Sar
arah jalan setapak yang terbentang di depan mereka. "Aku nggak
gan apa yang akan Sarah katakan. "Kamu bisa
n yang sangat penting dalam hidupku. Dulu, aku sangat mencintainya. Tapi akhirnya, dia... dia meninggalkanku begitu saj
aku nggak tahu. Itu pasti
i itu membuatku berpikir panjang. Aku jadi takut membuka hati lagi,
ja yang ceria dan penuh energi, tapi ternyata ada luka yang tersembunyi di balik senyumn
a. "Dan kamu? Kamu sudah lama menjalani hubungan
n. Terkadang aku merasa seperti kehilangan arah. Kad
nya Sarah de
makin jauh, Sar. Bukan cuma secara fisik, tapi juga emosional. Kami saling merindukan, tapi komu
terjadi ketika kita terlalu bergantung pada kebiasaan. Tapi
ami apa yang ia rasakan. "Aku nggak tahu lagi, Sar. Kadang
tapan penuh empati. "Terkadang, kita cuma butuh waktu untuk berpikir.
nya berpikir. Seiring waktu, percakapan mereka semakin berkembang, mulai dari obrolan ringan hingga percakapan yang lebih mendalam dan pribad
persahabatan yang berkembang antara mereka. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, tetapi terus mengusik hati dan
pulang bersama. Jalanan sudah sepi, dan udara malam terasa sejuk. Mereka berjalan berdampi
dekat, dan aku juga merasa ada sesuatu yang berbeda. Tapi aku nggak ingin m
ku nggak tahu harus bagaimana. Aku... sudah terikat dengan Nia, dan aku nggak m
gak mau memaksakan apapun. Tapi aku ingin kamu tahu, Ardi, kadang-kadang kita harus berhenti sejenak,
ahwa hubungan jarak jauh dengan Nia membutuhkan lebih banyak perhatian dan usaha. Namun, di si
ntah kenapa, hatinya terasa begitu berat untuk membalasnya. Pikirannya sibuk membayangkan percakapan terakhirnya dengan Sarah di jalanan, ba
hu Nia menunggu kabarnya, dan dia merasa bersalah karena merasa semakin jauh darinya. Namun, semakin dia berus
perhatian Ardi dari perenungan
obrolan kita tadi. Aku cuma ingin kamu merasa nyaman. Kalau
memaksanya, dia justru memberi ruang untuknya berpikir. Itu sangat berbeda dengan Ni
k balasan d
uh waktu. Aku nggak ingin menyakitimu ata
emudian, Sar
aku nggak akan pergi ke mana-mana. Aku nggak akan m
harus melangkah ke mana. Satu sisi hatinya mengatakan untuk tetap setia pada Nia, menjaga hubungan yang telah dibangun meski terpisah oleh jarak. Di sisi lain, ada rasa nyaman d
ya, mencoba untuk memusatkan pikiran, namun bayangan Sarah dan Nia selalu muncul bergantian. Bagaimana dia bisa memilih antara
i ini, dia merasa seolah ada beban berat yang menempel di dadanya. Setiap
Setidaknya dia bisa memiliki waktu untuk berpikir tanpa ada pengaruh
terasa ringan saat dia berjalan menyusuri trotoar. Matanya melihat kesibukan kota, orang-orang yang sibuk menjalani kehidupan mereka,
ponselnya bergetar lagi.
ak dengar kabar darimu. Kamu ba
diberikan, namun kata-kata terasa begitu sulit. Set
ang menghubungimu. Aku juga kangen, cuma... b
i merasa bingung, dan di sisi lain, dia juga tahu Nia mungkin merasa kesepian. Namun, semakin dia b
enoleh dan melihat Sarah berdiri di ujung trotoar, tersenyum kecil
lakukan di sini?" tany
ing Ardi. "Aku cuma... ingin bicara
sedikit canggung. "Tentu, Sar.
gin menyuruhmu untuk memilih atau terburu-buru mengambil keputusan. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku ada di sini, dan aku menghargai wa
.. aku cuma bingung. Aku nggak ingin menyakiti siapa pun. Ta
uma ingin kamu tahu bahwa apapun yang terjad
nya. Namun, ia juga tahu bahwa ini bukan hal yang mudah. Perasaannya semak
segera membuat pilihan. Tetapi, di setiap langkah yang dia ambil
ambu