JANJI YANG TERKHIANATI
berusaha mengalihkan pikirannya, tenggelam dalam pekerjaan yang menumpuk, namun bayangan Nadia dan percakapan mereka malam it
lewati saat ingin berpikir. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa meja yang terisi oleh pelanggan tetap. Ardi duduk di s
ang sederhana, dengan rambut panjang yang tergerai dengan anggun. Ardi menoleh sejenak, tidak sengaja tertarik
ng berseberangan dengannya. Ardi merasa seperti ada magnet yang menariknya untuk mende
mendekati mejanya. "Maaf, apakah kursi i
it bingung. "Oh, iya,
rsi. "Terima kasih," katanya sambil menyandangkan senyum di wajahnya. "Aku Lila, by the way
i. Aku sering ke sini unt
nya menyiratkan rasa ingin tahu. "Kapan pun aku butuh waktu un
a dalam beberapa waktu, Ardi merasa seperti dirinya sendiri lagi, tanpa beban dan tanpa tekanan. Lila memiliki cara bicara ya
ring ke sini lebih sering sekarang. Menemukan tempat yang begitu
Terkadang, kita memang butuh te
a membiarkan dirinya terlalu terlarut dalam percakapan dengan wanita ini. Ia me
anan hidupnya, dan tentang cita-citanya. Ardi merasa seperti menemukan seseorang yang mengerti dirinya, yang bisa diaj
reka bertemu, ada perasaan yang tumbuh di dalam dirinya-sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Lila bukan
pulang bersama di sepanjang jalan yang sepi. Hembusan angin m
kup lama, walaupun baru beberapa kali kita bertemu. Ada sesuatu yang berbeda denganmu, d
aku sedang berada dalam situasi yang sulit, Lila. Ada banyak hal yang tidak mudah bagiku saat
adang, kita merasa tersesat, Ardi. Aku bukan orang yang ingin memaksakan
ia rasakan kepada Lila bukan sekadar simpati atau persahabatan. Ada ke
engan lembut. "Tapi aku juga tidak ingin kamu menekan perasaan
acau. "Aku tidak tahu apa y
lengan Ardi. "Jangan buru-buru membuat k
ikan sesuatu yang berbeda yang sudah lama ia cari-rasa hidup yang hilang. Dan, meskipun ia sadar akan komitmennya pada Nadia, Ardi me
da Nadia, wanita yang sudah menunggu bertahun-tahun untuk bersamanya, dan dunia lain di mana Lila hadir dengan segalanya yang baru dan menggairahka
pat itu sudah menjadi semacam pelarian baginya. Begitu memasuki kafe, ia melihat Lila sudah duduk di meja fav
ta Lila sambil menatapnya penuh
enangkan dirinya. "Iya, banyak yang harus dise
mesan kopi kesukaanmu," katanya sambil menunju
, seolah-olah waktu berhenti begitu mereka berada bersama. Tapi meskip
yang baru?" tanya Ardi, mencoba me
ek baru di kantor, dan semuanya terasa lebih menantang. Aku merasa lebih hidup sekaran
ah-olah dunia di sekitarnya tak terbatas pada batasan yang ada. "Itu bagus. Aku bis
u punya karier yang baik dan teman-teman yang menyenangkan, ada saat-saat aku meras
sud Lila. Perasaan yang sama-perasaan terjebak dalam kehidupan yang tampaknya
isa membuatku merasa lengkap. Seseorang yang bisa melihatku lebih dari sekadar
a tahu bahwa yang Lila katakan, meski tidak langsung, sebenarnya menggambar
uang dengan sesuatu. Aku tidak ingin membuat keadaan lebih rumit, tapi aku ing
ipun mereka belum pernah berbicara tentang hubungan mereka secara langsung, ia me
sama pentingnya baginya. Nadia, yang selalu ada untuknya, yang sudah berbagi impian bersama selama
ak memperlihatkan kekeliruannya. "Aku... aku hargai perhatia
erti, Ardi. Tidak perlu terburu-buru. Cinta itu bukan sesuatu y
ang. Ardi merasa bingung, namun ada perasaan hangat yang terus tumbuh di dalam dirinya.
idak bisa menghindar dari perasaan yang semakin kuat terhadap Lila. Ia merasa ter
la memberikan pelukan singkat. "Jaga
rannya, ia tahu bahwa ia sudah melangkah lebih jauh dar
ambu