DUA WAJAH CINTA
seperti ruang hampa. Setiap pagi ia bangun, menjalani rutinitas yang sama: menyiapkan sarapan, mengurus pekerjaa
Arman baru saja pulang, wajahnya terlihat lelah seperti biasa. Ia masuk k
bicara, ingin berbagi pikir
i H
aya mencoba memu
bersama?" tanyanya, mencoba menyembu
nselnya. "Mungkin sudah lama ya. M
" balas Maya, suaranya lebih
a maksud kamu? Aku sibuk kare
man tidak bermaksud buruk, tapi jaw
ntor
nnya dengan pekerjaan. Namun, suara notifikasi di po
pa, tapi aku ingat senyum kamu tadi m
nya, tapi bersamaan dengan itu, rasa bersalah kembali menyelimuti
Raka. Semoga hari kam
sederhana, candaan ringan, hingga cerita-cerita
Hari d
, Maya mencoba meng
bicara," katany
isa nanti aja?" jawab Arman, mem
dadanya. "Kamu selalu capek. Selalu nanti. Ap
gak tahu kamu merasa seperti itu. Tapi aku eng
Maya. Ia mengangguk pelan, bangkit dari sofa,
dari
mbil ponsel. Pesan dari
apa, tapi aku ingin tahu,
aca-kaca. Ia mengeti
aka. Di rumah, aku ada, tap
aka datan
n kamu tahu bahwa kamu berharga. Kalau kamu
hnya, mendengkur ringan. Namun, bagi Maya, malam itu terasa begitu sunyi. Ia merasa seperti sebuah b
mpat tidur. Ada pesan baru dari Raka, yang kembali membu
gobrol? Aku lagi butuh tem
lega setiap kali berkomunikasi dengan Raka. Sesuatu yang hilang dari hubungan dengan
pat, Maya
tahu, Raka. Rasany
butuh ruang untuk merenung. Tapi
n muncul dalam dirinya. Setiap kata yang Raka tulis sepe
kan P
, ia berusaha untuk berfungsi seperti biasa. Arman sudah bersiap untuk pergi ke kantor, dan Maya menyiapkan sa
tanya saat Arman berjal
ulai memulai sarapan. Tak ada percakapan lebih lanju
ana. Bagaimana ia bisa menjelaskan perasaannya yang semakin t
makan malam minggu ini?" tanya
"Makan malam? Oh, mungkin, May, tapi
ba menahan perasaan kecewa. "E
ari di
buka ponselnya. Ada pesan dari Raka
mu butuh tempat untuk bicara, atau bahkan cuma ingin menden
gian lain yang takut. Ia tahu bahwa ia sedang melangkah ke jalan yang berbahaya
emba
Raka. Mungkin aku butuh waktu
da di sini sampai kamu s
i ini semakin menggoyahkan batas-batas yang ia coba pertahankan. Tapi, apak
Hari d
lang lebih awal, tapi seolah ada tembok yang memisahkan mereka. Ia m
ata Maya dengan nada yang
n tasnya di kursi. "Bicara tentang apa?"
ng kita. Tentang apa yang s
Aku sudah bilang aku sibuk dengan pekerjaa
, dan aku... aku merasa seperti enggak ada di hidup k
gak tahu kamu merasa seperti itu. Aku pi
"Aku paham, Man. Tapi aku juga butuh
ambu