icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Di Bawah Bayang-Bayang Prajurit Tangguh

Di Bawah Bayang-Bayang Prajurit Tangguh

Penulis: Kim Yoora
icon

Bab 1 Luka Yang Membekas

Jumlah Kata:1547    |    Dirilis Pada: 21/11/2024

a yang Ter

ng di pundaknya bergoyang seiring langkah kakinya yang berat. Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, ia pulang denga

kelasnya, yang selalu menjadi biang kerok di sekolah. Bersamanya ada beberapa anak lain ya

n melangkah lebih cepat. Tidak ada gunanya melawan. Ia sudah mencobanya b

ri dua ruangan utama, dapur, dan kamar mandi kecil yang sebagian atapnya bocor. Ibunya, Bu Lastri, seda

adi?" tanya ibunya, dengan suara

gin ibunya tahu bahwa uang sakunya habis kare

ster-poster kecil yang ia tempel dari majalah bekas. Dalam poster itu, ada gambar orang-orang yang ia

mua itu t

k Damar pada dirinya sendiri. Suara Riko dan eje

a. Ia tahu, satu-satunya jalan keluar dari hidup ini adalah pendidikan. Ia

ena rasa percaya dirinya telah dihancurkan sejak kecil. Banyak orang tidak tahu bahwa Dama

ku catatannya. Ada satu kalimat yang ia tu

anya hidup di bawah b

. Ia tahu beban yang ditanggung anaknya terlalu berat. Namun, ia percaya, suatu hari

besar yang telah Damar buat semalaman. Ia duduk di depan rumahnya yang sederhana, memandangi jala

nggil Da

asih sibuk mengupas singkong untuk sarapan pagi.

nyampaikan niatnya. Ia tahu ini akan sulit, terutama karena

arnya akhirnya. Kata-kata itu t

ayangnya dengan penuh perhatian. "Ke kota? Kenapa, Nak? Apa tidak betah d

Damar tidak akan berkembang. Damar mau cari kerja, cari pengalam

astri akhirnya duduk di sebelah Damar.

nya, suaranya sedikit bergetar. "Tapi kota

terjebak di desanya, dihina, diremehkan, dan selalu dianggap tidak punya potensi. Kota adalah

utuh doa Ibu, dan kalau Damar berhasil nanti, Damar a

tu keputusanmu, Bu tidak akan melarang. Tapi ingat, jangan lupa

n keputusan yang mudah untuk ibunya, tapi ia ber

-

tan favoritnya, dan amplop kecil berisi uang tabungan hasil kerja serabutan selama beberapa tahun terakh

i. Beberapa tetangga yang lewat hanya memandang tanpa banyak bicara. Sebagian dari mereka mungk

Bu Lastri sambil memeluknya erat. "

i," jawabnya, suaran

ng sekali lagi, melihat rumah kecil yang menjadi saksi bisu perjuangannya selama ini. Ada rasa haru ya

n mata penuh harapan. Kota besar, dengan segala kemung

ang dipenuhi kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang. Gedung ini, tempat di mana ia suda

a bising. Damar merasa sangat kecil di tengah keramaian ini, jauh dari desa yang ten

nyum ketika resepsionis meminta ia duduk sebentar sambil menunggu giliran wawancara. Tapi sekarang, setelah berbicara

ga

ak lebih dari lima belas menit. Semua persiapannya, semua harapannya, teras

dengan siapa ia atau apa yang ia rasakan. Semua tampak seperti rutinitas yang sudah teratur, berjalan tanpa henti.

gkin panggilan atau pesan dari perusahaan lain. Tapi tidak ada. Han

gan jawaban yang samar. "Belu

tu yang ia ketuk seakan menutup rapat tanpa memberi celah. Wajah-wajah yang ia temui di kantor-kantor itu terlihat seperti para profes

cukup untuk tempat tidur dan meja kerja yang penuh dengan tumpukan brosur lamaran yang sudah

ukan di pintu mengal

kata wanita penjaga penginapan,

itu langsung runtuh. Itu adalah surat penolakan dari perusahaan yang baru saja ia lam

lempar surat itu ke meja dengan rasa frustasi. Kenapa semu

a semua ini tidak berjalan seperti yang ia harapkan, tapi ada rasa takut yang mengga

a tanpa bisa mengetikkan apapun. Ia m

nya dan mulai menulis pesan kepada ibunya. "Bu, Damar belu

duduk diam, menatap langit-langit kamar yang tak berbintang. Ia merasa kosong, lelah, d

i kehidupan yang biasa ia jalani. Mimpi yang ia bawa bukanlah hal yang bisa dihancurkan oleh kegagalan pert

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka