icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

CEO: Kepincut Cinta Biduan Cantik

Bab 2 Tekad dan Impian

Jumlah Kata:1016    |    Dirilis Pada: 19/11/2024

semua impian, perjuangan, dan rahasia disimpan. Di atas meja kecil yang penuh buku dan catatan, terselip beberapa brosur universitas dan foto lama Rania saat men

uan akhirku," gumamnya, suara lirih yang hampir tidak terdengar. "Bukan panggung, bu

erdu dan senyumnya yang memesona, hanyalah alat untuk mengumpulkan uang. Dunia panggung bukan pilihannya, tapi kesempat

gan pagi. Ia meraih ponsel itu, meli

sambil menahan kantu

ng perusahaan. Bayarannya lumayan, kamu mau ambil?" s

an, tapi jadwal kuliahnya hari ini padat, ditambah

a, aku bisa cari pengganti," lanjut

tahu, menolak pekerjaan berarti kehilangan kesempatan un

u kirim detail acaran

u yang melelahkan. Pagi sampai sore kuliah, malamnya kembali tampil di panggung. Namu

-

selalu membawa tas penuh buku. Ia lebih suka duduk di bangku belakang, berusaha tidak menarik perhatian. Meskipu

iah Anak Berkebutuhan Khusus belum?" tanya S

u catatannya. "Udah, cuma masih bin

rah sambil tertawa kecil. "Nanti kalau udah jadi gu

uh. "Aku cuma pengen ngasih yang terbaik, Sarah. A

na ia bisa menyelesaikan kuliah ini dengan segala keterbatasannya. Tidak ada yang tahu betapa sulitnya ia me

-

s. Ia harus bersiap untuk acara malam ini. Namun, sebelum itu, ia menyempa

anak-kanak gratis untuk anak-anak kurang mampu. Ia membayangkan sekolah kecil dengan ruang kelas yang penu

ap kali ia merasa lelah atau hampir menyerah, ia akan membuka

uk sekaligus. Ia menatap bayangannya di cermin, wajahnya terlihat lebih

negatif yang mulai muncul. "Aku pasti bisa. Ini semu

arui, ia mulai berdandan

-

senyumnya yang profesional, kembali berdiri di bawah sorotan lampu. Lagu d

bali melihat sosok yang tidak asing. Dimas. Pria dingin dengan j

ilan dengan tenang, meskipun pikirannya mulai bertanya-tanya. Kenapa pria itu

ruang ganti. Tapi sebelum ia sempat mel

jawabny

dengan ekspresi yang sama seperti sebel

ja melihat Anda tampil lagi malam ini. Anda s

asa canggung. "Terima kasih, Pak. Saya

saran. Kenapa Anda memilih jalur ini? Anda terlihat

encoba membaca maksud di balik tatapan tajamnya. Tapi ia

ngkin ini bukan tempat yang ideal untuk saya, tapi ini

a mengangguk pelan, lalu berkata, "Saya

ata-katanya tadi mengingatkan Rania pada tekadnya sendiri. M

atu yang berubah. Pertemuan dengan Dimas mungkin bukan sekadar kebetulan. Mungkin, untuk pertama kalinya, ada seseoran

menuju impiannya akan menjadi leb

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka