SAMPAI WAKTU MEMISAHKAN
ereka semakin sering bertemu, namun ada sesuatu yang menggantung di antara mereka-sesuatu yang belum terungkapkan sepenuhnya. Meskipun Ria mulai merasa nyaman dengan
Di sana, di bawah pohon rindang yang biasa mereka singgahi, Dimas tampak lebih serius dari biasanya. Wajahnya tidak seperti biasanya yang c
Hatinya mulai berdebar ketika Dimas duduk di sampingnya, lebih dekat dari biasan
kapan, meskipun ia merasa cemas. "K
aku nggak bisa terus menyembunyikan perasaan ini," katanya dengan suara berat. "Aku sudah lama merasa sesuatu yang leb
tinya berdebar hebat, dan ia merasa ada sesuatu yang bergerak dalam dirinya, sesuatu yang selama ini ia
uga merasa hal yang sama. Tapi... kita tahu bahwa hubungan ini
kirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Aku takut, Ria. Takut kalau hubungan ini berakhir
yang harus aku pilih, Dimas. Di satu sisi, aku ingin sekali berjuang untuk ki
ku nggak ingin kamu merasa harus memilih antara aku dan keluargamu. Aku tahu kita datang dari latar belakang yang sangat berbeda, dan mungkin itu
keluargaku sudah begitu kuat, dan aku takut mereka nggak akan menerima kita. Kamu tahu sendiri kan bagaiman
mu takut kehilangan keluargamu, dan aku juga nggak ingin kamu kehilangan mereka. Tapi aku yakin, Ria, cinta itu bis
ebingungan dan harapan. Ada bagian dari dirinya yang ingin percaya, ingin
suara bergetar. "Aku nggak tahu apakah aku bisa menghadapi kenyat
ini berat. Tapi aku yakin, jika kita berdua saling mendukung, kita bisa melewati apapun
udah lama ia sembunyikan. Hatinya terasa berat, tetapi ada rasa hangat yang mengalir dari
ngat tegas. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku di sini, dan
dari ini. Mungkin, Dimas benar-mungkin cinta mereka memang bisa mengalahkan segala ha
ekhawatiran yang masih tergambar di wajah Ria. "Aku hanya ingin
Meskipun hatinya masih diliputi keraguan, ada satu hal yang ia sadari-perasaannya kepada Dimas jauh lebih kua
rkata, suara yang lebih mantap. "Aku nggak
h harapan. "Aku akan menunggu, Ria. Aku akan menunggu keputusanmu.
sepi dari sebelumnya. Angin malam yang semilir membawa ketenangan, namun di hati Ria, ada perasaan yang masih bergejolak. Sebuah keputus
am diri pria itu-sesuatu yang membuatnya semakin ragu untuk menahan perasaan. Namun, di
ali mengatakan bahwa aku siap. Tapi... keluarga aku, tradisi mereka, itu sa
i penuh dengan kerutan kekhawatiran. "Aku nggak mau memaksa kamu, Ria. Aku cuma ingin kamu tahu
merasa bahwa aku menghindar dari perasaan kita. Aku merasa sangat nyaman dengan kamu, lebih dari apa y
ut dengan pelan, menatap Ria de
justru menyakitkan kita berdua. Aku takut keluarga aku akan kecewa dan aku nggak aka
kamu harus memilih antara aku atau keluargamu. Keluargamu pasti ingin yang terbaik untukmu, dan aku yakin, dengan waktu dan
ya masih mengendap. Meskipun Dimas berkata seperti itu, apa yang akan terjadi jik
," Ria berkata dengan suara terbata. "Mereka sudah memberikan segalanya unt
amu hanya memilih jalan yang membuatmu bahagia. Aku nggak bisa menjamin semuanya akan mudah, tapi aku bisa
emberi ruang untuknya berpikir. Semua perasaan yang ia simpan dalam hati seolah mengalir, n
. "Aku rasa aku juga suka sama kamu, lebih dari sekadar teman. Tapi ak
kan menghadapi banyak halangan. Dan aku tahu ini nggak akan mudah. Tapi aku nggak ingin kita terus hidup dalam ketakutan, dalam keraguan.
kata-kata, hanya bisa ia rasakan dengan hatinya. "Kamu benar. Aku juga nggak mau hidup terus-terusan ragu da
lebih erat. "Aku percaya, Ria. Aku percaya kalau kamu
i balik ketakutan, untuk menghadapi kenyataan yang ada di depan mata. Mungkin inilah saatnya untuk
ggak janji semuanya akan mudah, tapi ak
n beban yang ia bawa terangkat. "Aku akan
n waktu terus berjalan. Namun, untuk pertama kalinya, Ria merasa bahwa apapun yang terjadi, ia tidak akan sendirian. Sebuah langka
mereka berdua tahu satu hal yang pasti-bahwa keberanian unt
ambu