SAMPAI WAKTU MEMISAHKAN
mbagian kelompok untuk proyek akhir semester, dan dia sangat berharap bisa bekerja dengan teman-temannya
a, teman sebangkunya, sambil menyelipkan
sambil memeriksa daftar yang
h, kamu sekelompok
kening. Nama Dimas tida
Nadya sambil menunjuk ke arah seorang pria yang sed
Dimas. Keturunan Tionghoa, katanya. Ria merasa agak ragu. Dia tidak terbiasa bekerja dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda. Apa
innya yang sibuk saling bercakap-cakap. Ketika Ria mendekat d
ranya dalam dan tenang, ti
singkat, sedikit kikuk. "Jadi
nya. "Iya, kita satu kelompok. I
daan, apalagi budaya. Tapi dalam proyek ini, dia tidak bisa menghindar. "
mengetik sesuatu di laptop. "Menurutku, ini proyek yang bisa kita
imas yang lebih berorientasi pada praktik. "M
a waktu, kita bisa bahas lebih lanjut setela
s yang membuatnya ingin mendengarkan lebih banyak. Mungkin itu hanya ketertar
l dari dunia yang sangat berbeda, Dimas selalu menunjukkan rasa hormat dan tidak pernah menghakimi. Suat
ta Dimas sambil menyeruput kopi.
mnya, mereka hanya berbicara tentang proyek atau tugas
sama dengan aku?" Dimas bertanya
ingatkannya pada kenyataan tentang perbedaan mereka. "An... aneh sih, enggak," jawabny
iah jauh dari rumah, kenapa aku pilih jurusan yang nggak 'umum' menurut mereka. T
rasa terbebani. Mungkin di dalam dirinya, ada ketakutan akan reaksi kel
but, "aku nggak ingin membuatmu merasa tertekan.
rasa gitu, Dimas," jawabnya, tersenyum kecil. "Mungkin kita memang berbe
a sedikit bimbang, ia merasa bahwa hubungan mereka berkembang ke arah yang lebih
suk ke ponselnya pada malam
ama Dimas? Itu kan anak Tionghoa! Jangan sam
ggorokannya tercekat. Dia tahu, inilah salah
ri ibunya. Kata-kata itu seperti terngiang-ngiang di telinganya, seolah ingin memaksanya un
awal bahwa hubungan dengan Dimas tidak akan mudah. Namun, dia tidak menyangka akan
at-erat sebelum akhirnya men
i cuma teman. Tidak ada y
ya tetap terasa berat. Beberapa menit
betul apa yang kami harapkan untuk
n yang selama ini disembunyikan dalam hati mulai muncul. Apakah selama ini dia hanya
erti biasa, dan Dimas tampak sibuk dengan laptopnya, mengerjakan beberapa hal untuk t
a masalah?" tanya Dimas sambil membuka
alu membebani Dimas dengan pikirannya. "Enggak kok,
rhatian. "Masalah apa? Kalau kam
ahu, tidak mudah untuk menceritakan apa yang sedang terjadi dalam keluarg
sa semakin dekat dengan Ria. Tapi dia juga menyadari, hubungan merek
suaranya penuh ketulusan. "Kadang, hal-hal kecil itu yang
ia baru menyadari sesuatu yang lebih dalam tentang pria ini.
ah ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka. Ria merasa hatinya sedikit
gkah keluar dari kampus dengan langkah cepat. Dia meraih ponselnya lagi, mem
telah Ibu ajarkan padaku, tetapi aku juga ingin memilih jalan hidupku. D
emasnya semakin kuat. Dia tahu, ini bukan hanya tentang dia dan Dimas. Ini tentang nilai-nilai yan
, pesan balasan m
mu. Jangan sampai kamu terlena oleh hal-hal yang bisa mengubah jala
buat hatinya semakin terjepit. Dia ingin melawan, ingin memilih Di
Dimas muncul di depannya,
n apa?" tanya Dimas, s
m meskipun hatinya masih terasa sesak. "En
yang ingin kamu bagi, aku di sini.
njadi sangat berarti dalam hidupnya. Di satu sisi, dia merasa bahwa hubungan ini bisa menjadi sesuatu yang lebih,
erhenti, menelan kata-katanya. "Keluargaku nggak akan s
u merasa terjebak, Ria. Aku nggak akan paksa kamu untuk memilih, apapun kepu
ng bisa menggambarkan betapa hati Ria bergetar saat mendengar kata-kata Dimas. Di ten
Antara keluarga dan hatinya sendiri. Ria tahu, perjalanannya
Aku... aku butuh waktu
mata Ria. "Aku akan menunggu. Selama kamu butuh waktu, a
ambu