icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

DUA HATI SATU PENGKHIANATAN

Bab 4 Konflik Batin

Jumlah Kata:1850    |    Dirilis Pada: 13/11/2024

g seharusnya didapatkan setelah seharian beraktivitas. Ia menatap langit-langit kamar yang gelap, dihiasi oleh bayang-bayang

a Maya, bagaimana wajahnya menyinari hari-harinya saat mereka saling berbagi impian, bagaimana Maya mendampinginya

na baru dalam hidup Arman, seperti sebuah kebangkitan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Kehadiran Laras membawa kebahagiaan yang seder

putar-putar. Namun, semakin keras ia berusaha mengabaikan perasaa

tas mendapatkan ini. Dia tidak tahu apa yang aku rasakan. Laras, dia... dia datang

membuatnya merasa hidup kembali, yang membuka ruang-ruang yang selama ini tertutup dalam dirinya. Dua dunia yang saling

Arman menoleh, dan melihat wajah Maya yang tampak cemas di bawah cahaya lamp

annya. "Ya, sayang. Aku hanya sedikit lelah." Jaw

u tidak terlihat lelah. Ada sesuatu yang mengganggumu, Arman. A

g menggerogoti hatinya. Ia menunduk, meremas tangan di samping tubuhnya, mencoba mencari kata-kat

sendiri," kata Arman pelan. "Kadang a

mu selalu bisa berbicara denganku. Kita sudah bersama terlalu lama untuk salin

s dan bagaimana ia tidak bisa lagi mengabaikan perasaan itu. Namun, ia tahu bahwa jika ia mengatakan hal itu, Maya akan hancu

rasakan untuk Maya tak pernah pudar, namun ketertarikannya pada Laras semakin tumbuh, seperti api yang tak bisa dipadamkan. Setia

ia merasa hidup, tetapi juga dihantui oleh rasa bersalah yang semakin mendala

a bertemu Laras, ada rasa yang tak bisa ia ungkapkan. Mereka duduk di kafe kantor, meminum

tanya menatap Arman dengan tajam. "Kamu terliha

. "Aku merasa... bingung, Laras. Terlalu banyak hal yang harus aku pert

man untuk melanjutkan. "Dua dunia yang be

ng benar-benar mengerti dirinya. "Aku sudah menikah, Laras. Aku punya keluarga. Tetapi saat aku bersamamu, aku meras

di persimpangan jalan, dan tidak ada yang bisa memberimu jawaban yang pasti. Tapi kamu juga tidak bisa meng

ali, tapi aku juga tidak ingin menyakiti siapa pun. Aku sudah terikat, sudah bertahun-tahun bersama

keputusan yang harus diambil oleh Arman, dan ia tidak bisa memaksanya untuk memilih sekara

wa keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya. Dan semakin lama ia menunda keputusan itu, sema

olah bebannya semakin menumpuk. Ia memikirkan Maya, wajahnya yang begitu lembut dan penuh kasih sayang. Ia juga memikirkan Laras, dengan senyumnya yang cerah dan pan

ngeluarkan ponselnya dari saku dan meli

a kita ketemu malam ini? Aku

rasakan ada yang berubah dalam dirinya. Ada perasaan bersalah yang kembali merasuk dalam diri Arman. Ia suda

atnya untuk j

buka, ada suara di dalam dirinya yang berkat

a pulang dan menghadapi situasi ini. Entah bagaimana, ia merasa bahwa

tapnya dengan ekspresi yang tidak biasa. Wajahnya serius,

aranya terdengar ragu. "Ada

wajah suaminya. "Arman, ada yang berubah dalam dirimu. Aku merasa kamu semakin menjauh. Apa yang sedang terjad

ia berusaha menutupi semuanya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia masih bisa mengendalikan situasi

dengan kebingungannya. "Aku merasa terjebak... di antara dua perasaan yang sangat kuat

mencari makna di balik kata-kata Arman.

ras. Aku bertemu dengannya beberapa waktu lalu, dan entah kenapa, aku merasa dia mengerti aku lebih dari yang bisa kamu b

i kebingungannya menjadi kekecewaan yang mendalam. "Laras?" Maya mengulang nama itu, suara it

nya. Tapi aku merasa aku sudah melangkah terlalu jauh dengan perasaan ini. Aku tidak ingin menyakitimu, a

ntuk menjadi yang terbaik buatmu. Aku tahu kita bukan lagi seperti dulu, mungkin... mungkin itu yang kamu rasakan. Tapi aku t

pilihan yang diambilnya akan menghancurkan salah satu hati yang ia cintai. Maya, wanita yang telah bersamanya dalam suka

idak ingin kehilanganmu, tapi aku juga tidak bisa me

an. "Kamu harus membuat keputusan, Arman. Jika kamu merasa kamu tidak bisa melanjut

bahwa ia harus memilih satu di antara keduanya, tapi itu terasa seperti sebuah pengkhi

kata Arman dengan suara yang

mengalir. "Waktu? Baiklah, Arman. Aku akan memberimu w

rjadi, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Pada akhirnya, ia harus memilih di

tuskan, tapi setiap kali ia mencoba mengingat apa yang terbaik, semakin samar jawabannya. Hati Arman ter

ereka, atau apakah ia akan mengejar kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan ber

a tidak bisa kembali k

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka